💌delapanbelas

913 132 3
                                    

Ucapan Yuju memang ada benarnya. Temen unfaedah Yuju adalah Mina. Begitu pula sebaliknya. Mereka berdua sama aja, gak ada yang bener.

Sedang Mina di sini mengumpat terus-terusan. Yuju mungkin sudah amat tenang di rumah karena pulang sebelum bel berbunyi. Meninggalkan Mina sendirian, duduk sambil melihat banyaknya kendaraan yang tidak sengaja lewat di depannya.

Mencari kendaraan umum yang sepi penumpang adalah tindakan bodoh yang dilakukannya. Secara logika, dijam pulang sekolah dan jam pulang kerja, mustahil kendaraan umum sepi penumpang.

"syit man, gue pulang naik apa dong," kata Mina mengeluh. Dia capek ngelihatin kendaraan lalu lalang.

Ia merasa dejavu duduk sendirian di trotoar, menunggu jemputan yang hanya ada dalam angan.

Dulu, ada Mingyu yang tiba-tiba menghentikan motornya dan menawarinya tebengan.

Sekarang? Boro-boro mengkhayal, realitanya saja tidak sesuai dengan harapannya.

"pokoknya gak boleh telpon ayah," katanya dengan segenap hati dan jiwa raga.

Dia gak mau nyusahin ayah, dia udah besar, jadi harus belajar mandiri. Tapi naasnya, Mina terlalu malas jika pulang jalan kaki atau naik kendaraan umum yang banyak penumpang.

Dia trauma. Pernah sekali naik angkot, padahal angkotnya udah penuh, melebihi kapasitas penumpang malah. Namun supir angkotnya terlalu tamak, setiap ada orang nunggu angkot langsung berhenti dan disuruh masuk.

Mina kesempitan, dia bahkan memangku seorang anak kecil saking gak muatnya tempat duduk.

Seketika itu Mina benci menaiki kendaraan umum yang penuh kepala manusia, sesak dan bikin emosi mendidih.








"Mina,"





💌





Waktunya pulang!

Ia sudah siap dengan tasnya. Tinggal melangkah keluar dan menemui jemputan yang sudah menunggu lama di depan sekolah.

Salahkan kakaknya yang terlalu disiplin. Efek menjabat sebagai ketua osis masih melekat dalam kehidupan kakaknya itu.

"oy, gue cabut dulu," teriaknya pada sekumpulan orang yang masih bergelut dengan nota-nota dan laptop.

"tiati," balas salah seorang di antaranya sebagai perwakilan.

Langkah lebarnya diiringi senyuman jenaka. Dia merasa kasihan tapi lucu juga melihat teman-temannya sibuk menghitung uang yang kesingsal dan mencari kemana hilangnya uang kas tersebut.

"dari mana lo? Punya jam kan?"

"punyalah."

"kenapa masih telat pulang?"

"ck, kan gue udah bilang, gue ada rapat sebentar sama pengurus kelas,"

"kenapa telponnya sejam yang lalu bego? Lo tahu kan, waktu gue terlalu berharga dibuang-buang kayak gini!"

"nyalahin gue mulu lo. Salah lo sendiri punya kuping gak dipake,"

"diem lo. Malah nyalahin gue lagi, gak ada sopan-sopannya,"

"bodo. Serah lo deh bang, capek gue," katanya merajuk. Dia malas berdebat dengan kakaknya, dia akan kalah. Lebih baik diam dan tidur.

Tapi, perutnya menjadi zombie, minta dikasihi jatah makan.

"bang," panggilnya.

"apalagi?" sahut kakaknya sembari memakai sabuk pengaman.

"gue laper, makan dulu yuk. Mama pasti belum masak,"

"rewel lo. Bayar sendiri tapi,"

"ya allah, punya abang gini amat, pelit kuburan sempit kan ya allah??"

Kakaknya itu hanya menatap tanpa ekspresi padanya. Sedang ia sudah mendengus dengan reaksi kakaknya.

"iya iyaa gue bayar sendiri, puas lo?"

Gak dijawab sama kakaknya. Ia memilih memandang keluar jendela. Kayaknya lebih asik daripada berbicara dengan sang kakak.

"bang, itu bukannya Mina ya?"

"mana?!"

Ditatapnya sang kakak dengan mata menyipit, "giliran cewek aja garcep,"

"suka suka guelah. Gih turun, panggil Mina sekalian ajak dia makan,"

"harus gue yang bayar?!"

"bukan. Gue yang bayar makanan Mina entar," ia tergelak.

Sungguh, abang durhaka.

"cepetan turun, Kim Younghoon!"

"ck, ngerepotin aja nih cewek,"

"JALAN KAKI SANA!!!"

"ampun ampun,"






••••


Hello GoodbyeReomit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello Goodbye
Reomit

Ikkumplikat | Mingmin✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang