Dua jam Mina tidur. Itu pun belum sepenuhnya nyenyak. Lantaran Mina masih mendengar suara bising yang terus mengganggu acara tidurnya di malam hari.
Namun, karena usapan lembut di tangannya dan usaha keras Mingyu, Mina masih bisa tidur meski agak terganggu.
"Mina, bangun yuk," usapan di tangan Mina kembali terasa.
Ia menggeliat pelan, namun tidak merespon panggilan Mingyu.
"Mina," panggil Mingyu lagi.
Mina kembali menggeliat, "ngantuk," gumam Mina.
"bentar lagi turun buat makan," kata Mingyu.
Butuh beberapa waktu untuk mencerna perkataan Mingyu sampai Mina membuka kelopak matanya yang terasa berat.
"yaampun gue lupa," ujar Mina.
"jam berapa sekarang?" tanya Mina parau. Khas orang bangun tidur. Matanya masih merem melek, menyesuaikan pencahayaan di dalam bus.
"jam tujuh kurang delapan," jawab Mingyu.
"oh,"
Sadar masih saling menggenggam, Mina menarik tangannya dari Mingyu. Terus pura-pura benerin rambut, diiket cepol. Walau nyatanya Mina malu banget dan merasa jijik dengan dirinya sendiri.
Kenapa bisa minta tolongnya ke Mingyu? Sekarang Mina gak punya muka untuk berhadapan dengan cowok yang disukainya sejak kelas sepuluh itu.
Mau ngomong juga takut. Haduh, gue kayak orang ketiga anjir.
"em, makasih Gyu, sorry kalau lo gak nyaman," kata Mina menunduk. Gak berani melihat wajah Mingyu apalagi matanya.
Bikin mampus doang.
"hm," jawab Mingyu.
Tak lama setelah itu, bus berhenti. Mungkin karena lapar, murid lainnya bergegas keluar sambil bawa hp masing-masing. Ada yang pakai bantal leher dan keluar buat makan. Ada juga yang pakek selimut diiket sekitar pinggang terus turun.
Mina milih turun terakhir bareng temennya. Mereka berdua, Mina dan Mingyu, memutuskan berpisah. Mingyu dengan Deka, seperti biasanya.
"oy, bangun lo beruang!" teriak Rose berusaha bangunin Jiho yang masih ngebo.