11

1.4K 157 1
                                    

Seokmin mendekap bahu Sia, menuntunnya untuk duduk di kursi kerjanya. Sesekali seokmin mengusap airmata adiknya, menenangkan. Ia paham pasti Sia sangat merasa bersalah pada Wonwoo.

Getaran suara ponsel pintar Sia yang sedari tadi ia simpan di dalam tas biru mudanya memecah suara isakan Sia. Getaran yang berulang, membuat Sia terpaksa membuka ponselnya.

Pesan yang berulang.
Air mata Sia kembali pecah.

'Kau menerimanya?'
'Kau menerimanya?'
'Kau menerimanya?'
'Kau menerimanya?'
'Kau menerimanya?'
'Kau menerimanya?'
'Kau menerimanya?'

Getaran yang putus putus berganti dengan getaran panjang. Wonwoo memanggil...

Sia menutup mata sebelum melihat Seokmin, yang di tatap hanya memandang kosong menggeleng seperlunya, karena juga tak tau akan berbuat apa.

Sia menerima panggilannya dalam diam, takut isakannya terdengar, kini ia menggigit jemari kirinya menahan isak. Tangan kanannya memegang kain lengan seokmin, menggenggamnya erat menahan emosinya pecah.

"Hai" sapa Wonwoo layaknya orang Aussie

"Ya, Kim Sia, kemana suara mu? Tak perlu kukatakan aku merindukanmu bukan?" Ucapnya tak sabaran ingin mendengar suara pujaan hati.

"Ne, Wonwoo ya" balas Sia singkat berusaha menyamarkan isakannya.

"Mwoya, hanya saperti itu?, apa barangku belum kau terima?"
"Apa kau kecewa dengan.... pemberian ku?, aisshhh maaf aku memberikan barang yang sama setiap tahun" ucap Wonwoo melirihkan suaranya.

"Aniya, aku sangat suka, kau yang paling tahu bagaimana kesukaan ku"

"Hmmm?, Sia ya?" Panggil Wonwoo tiba tiba

"Ne??"

"Apa kau menangis?" Sia segera menutup mulutnya lebih dalam. Tangan yang lain menggenggam kain Seokmin lebih erat, Seokmin memberikan ekspresi 'MWO?' dengan mulutnya.

"Sebegitu rindukah kau padaku??, hehett, tenanglah Aku akan segera kembali, Aku juga gila dengan semua kerjaan ini, Aku butuh kau" Genggaman Sia merenggang.

"Sia ya, sepertinya Pak Jeon masih belum bisa memberikan izinnya untuk ku menikah, apakah Eomma akan kecewa jika mengetahuinya?" Tanya Wonwoo yang kembali membuat pertahanan Sia pecah.

"Apa kau mau menunggu ku?"

"Sia ya, Aku memikirkan mu selama sebulan ini, apa kau tak menerima sinyal rindu ku?, kenapa kau tak mengirimi ku email kali ini?, Aku membuka pesan masuk setiap hari, tapi kenapa nama Kim Sia yang aku beri bintang tak muncul? Apa kau mendapatkan lelaki baru?"

Sia menatap Seokmin dengan mata bulatnya, ia menyadari sesuatu, bom pesannya tak terkirim. Apa yang terjadi?, Sia yakin pesannya sudah masuk di folder pesan terkirim

"Wonwoo ya, Aku, Aku benar benar terlalu fokus dengan yayasan, Wonwoo ya, Aku ingin mengatakan sesuatu"
Seokmin yang mendengar langsung menggenggam tangan Sia, menggeleng cepat kepalanya, takut Sia akan memberi tahu semua yang terjadi sebulan ini.

"Aku menyimak sayang"

"Wonwoo ya, lelaki tampan yang 5 tahun lebih selalu setia di dekat ku, selalu menghantui ku dengan kasih sayang, Aku ingin meminta maaf mu karena aku jauh dari kata sempurna, Aku akan sering mengecewakan mu kedepannya, Aku harap kau selalu diberikan keberkatan dan juga wanita terbaik, aku sungguh minta maaf tak bisa memberikan rasa kasih yang lebih besar dari mu-"

"Ya, Sia ssi, apa yang kau katakan, Kau mulai lagi mengatakan hal hal tak penting, Aku akan selalu mendekapmu dan tak melepas mu walau kau hanya memberikan sebutir cinta atau apalah itu, yang jelas, Kita akan bahagia kedepannya, Aku sangat menyayangimu, tunggu Aku sayang"

Therapying MR. Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang