1

4.5K 259 2
                                    

Sia mengedarkan pandangannya ketika ia keluar dari bangunan besar miliknya. Yayasan Kim dengan lampu-lampu berbentuk bunga tertulis di lantai teratas bangunan tersebut.

Tak asing seorang anak kecil duduk termenung di dudukan taman, tak usah bertanya akupun tau siapa dia, senyum ku terukir tipis, ku lipat kedua tangan ku di dada, dan segera menyusul duduk anak tersebut, namun kami duduk di tiap tiap ujung kursi.

Ia duduk termenung menatap langit, pandangannya kosong, tak sadar jika aku berada di dekatnya.

"Chukkae~" ucap ku sembari memberikan kotak kecil berisi mainan yang ia gemari.
Bocah itu terkejut melihat ku sudah berada di dekatnya.
"Noona" panggilnya mengulas suatu senyuman tipis.
Lihatlah gelagatnya sudah seperti lelaki berumur 18 tahun saja, membuat ku tambah gemas dengan bocah yang baru saja mulai berinjak 4 tahun ini.

"Ini ulang tahun mu, kenapa kau termenung?" Ucap ku melipat tangan kembali sembari mengedarkan pandangan ke langit

"Aku rindu Ayah" ucapnya membuat ku mengalihkan pandangan kepadanya.

"Kau mau bertemu Ayah?" Tanya ku, 4 tahun sudah ia berpisah dengan Ayah kandungnya, dan tak pernah sekalipun sang Ayah menjenguknya.

"Tidak" jawabnya, kini ia mengusap matanya.

"Kenapa?" Jawabku, mendekatkan diri padanya.

"Ayah sangat membenciku" ucapnya, kutarik tangan yang sedari tadi mengusap ujung matanya untuk melingkar ke pinggang ku, kini ia menangis di dalam pelukanku, ku tepuk punggungnya pelan, berharap ia lebih merasa nyaman.

"Tidak, kata siapa Ayah mu membencimu?, Hanya saja Ayah mu sibuk"

"Bagaimana aku percaya, hiks, Willy, Ayahnya bekerja di luar negeri, namun tetap bisa mengunjunginya walau setahun sekali" isakannya semakin menjadi, aku tak tau, bocah ini sudah berfikir sejauh itu, jangan menjadi dewasa sebelum waktunya nak.

"Jihoon-a, percaya padaku" kali ini seseorang ikut melingkarkan tangannya pada kami dari belakang, menyandarkan kepalanya pada bahu ku, membuat ku melirik.

"Ya, Woonwo-ya" panggil ku lirih

Chup~
Satu ciuman dilayangkannya ke pipi sang wanita, dan membuat Woonwo tersenyum menggemaskan seperti bocah.

"Hyung!" Panggil Jihoon yang sedari tadi menenggelamkan wajahnya kini ia mengangkat dan tersenyum, lega rasanya.

"Ya!, Bagaimana kau bisa menangis di pelukan ceo dan juga kekasihku ini?, Di pagi hari?" Ucap Woonwo pura pura kesal.

"Tidak seperti itu hyung, maafkan aku" ucapnya menundukkan kepalanya.

"Seonmul" ucap woonwo menyodorkan kotak kecil di depan mata Jihoon dan mengacak pelan rambut Jihoon
"Saengil Chukkae" lanjut woonwo

Tangan woonwo tiba-tiba sudah dikaitkannya pada ku, melingkarkan tangannya pada pinggang.

"Aku harus pergi lagi ke sidney" ucapnya memejamkan mata sembari menyandarkan kepalanya pada bahu ku.
"Jinjja?, Lagi?, Baru saja kemarin kau datang" ucap ku pura-pura kesal
"Entahlah, Appa menugaskan ku untuk konsinyering"
"Berapa lama?" Ucapku mengetahui tugas yang akan ia lakukan, konsinyering, dimana kau tak boleh membawa ponsel dalam waktu tertentu dan fokus dengan pekerjaan, seperti orang hilang tiba-tiba.

"Entahlah" ucapnya

"Kapan kau berangkat?" Kini bisikku padanya membuat wajah kami lebih dekat, ku amati mata woonwo yang semakin memiliki kantung mata hitam.
Chu~
Kecup ku pada matanya, membuat yang punya tersenyum
"Ku harap kau tak lupa beristirahat disana"

Chu~
Balasnya pada bibirku, hanya kecupan kecil

"Ku harap kau tak didekati oleh siapapun, ucapnya.

Sia yang menyadari di sampingnya masih ada Jihoon ia lirikan pandangannya, melihat apakah Jihoon mengamati mereka atau tidak, ternyata tidak, Jihoon masih berkutat dengan hadiah yang kami berikan.

"kapan kau akan berangkat?, Perlu ku antar?"

"Tidak, tidak usah, sore ini aku pergi"

"Jadi kau tidak ikut pestanya Jihoon?" Tanya ku

"Itu alasanku membawakan hadiah limited edition ini" jawabnya
"Jihoon-a!, Maafkan hyung, nanti aku tak bisa datang ke pesta mu"

"Baiklah hyung, tak apa, triamakasih hadiahnya, ini luar biasa" ucap Jihoon masih dengan menggeluti hadiah barunya.

"Apa kau masih menerima terapi Jeonghan?" Tanya woonwo membuat ku melirik curiga

"Aniyo, aku hanya bertanya melihat Jihoon seperti ini" jawab woonwo berbisik

"Iya, masih, namun setahun sekali, jangan bilang ini akan menjadi senjata mu untuk mnyerang perusahaannya"
Woonwo menggaruk kepalanya,

"Iya, aku ingin seperti itu, ingin sekali menulis artikel bagaimana kegilaan CEO dari Yoon corp ketika istrinya meninggalkannya"

Pletak~
Ku pukul kepalanya membuat woonwo mengangkat kepalanya dari bahu ku dan meringis kesakitan

"Apa kau tau?, Sudah 3 bulan ini artikel tentangnya bermunculan, mabuk di tiap malam, menabrak mobil taxi dengan keadaan mabuk, wanita mengaku diperkosa ceo yang mabuk, banyak lagi artikel tentang jeonghan bermunculan kali ini dalam 3 bulan terakhir"

"Benarkah?" Jawabku

"Kau tak pernah membaca berita?"

"Hampir 3 bulan ku tak membaca berita" jawabku sembari menggaruk dagu ku
"Apa karena itu Jeonghan melewatkan jadwal therapynya kemarin"

"Siang hari dia sibuk untuk menaikan saham Yoon corp, dimalam hari dia akan tetap seperti itu, mabuk-mabukan" cerita woonwo

"4 tahun, 4 tahun hanya ia gunakan untuk mabuk-mabukan di malam hari" ucap ku "percuma ia melakukan therapy ini"

Suasana tiba-tiba hening, kami larut dalam pikiran masing-masing

"Aku ingin membawamu ke sidney" ucap woonwo,
Tiba-tiba sesuatu yang basah menyentuh bawah telingaku, membut ku bergidik, kulihat Jihoon masih asyik dengan permainannya, ku harap jihoon tak menyadari kegiatan kami.
Ku remas tangan woonwo yang melingkari pinggang ku ketika ia mulai menyesapnya, aku tak bisa lepas dari ini, karena aku tau ia akan pergi untuk waktu yang lama.

"Kau yakin tidak mau ku bantu untuk berkemas?" Tanya ku menatapnya dengan pandangan mengejek

"Kim sia, kupikir kau harus membantu ku" ucapnya menarik tangan ku dan sedikit berlari

"Jihoon-aa, bersiaplah untuk pesta nanti sore" teriak ku

Tak lama kami sudah sampai di rumah woonwo, rumah yang ia tinggali sendiri, statusnya masih anak tunggal dari ceo Jeon grup. Ia sangat tenang ketika memasuki rungannya, berbeda saat ia menarik membawa ku kesini dengan kecepatan penuh

"Dimana koper mu?" Ucap ku mencari pelayan agar memberikan koper yang akan di bawa woonwo besok

"Disini" ucap woonwo menarik ku, menaiki tangga ke salah satu pintu terbesar di lantai itu.

Ia menatap ku seakan sangat menginginkan, setelah kami memasuki ruangan besar tersebut, ku lingkarkan tangan pada lehernya dan ia menarik pinggangku mendekat,
Chu~
Woonwo tanpa ragu mencium bibir ku, kubalas ciumannya membuat atmosfir di kamar woonwo bertambah panas.

TBC

Nb.

Konsinyering atau Consinering adalah pengumpulan/proses mengumpulkan pegawai di suatu tempat (hotel, penginapan, ruang rapat lainnya) untuk menggarap pekerjaan secara intensif yang sifatnya mendesak, harus segera selesai dan tidak dapat dikerjakan di kantor serta dilarang meninggalkan tempat kerja selama kegiatan berlangsung[1] Dalam percakapan sehari-hari, konsinyering sering disebut sebagai "konser" atau "konsi" saja.

Therapying MR. Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang