19

1.2K 161 10
                                    

Jangan lupa klik vote yaa ~ 😊






Jeon Wonwoo

Jeon Wonwoo

Jeon Wonwoo


Nama itu kini berputar dalam otak, lelaki yang hampir 3 bulan tak bertatap muka denganku, meskipun ia selalu saja berusaha menyenggolku, dari dunia maya.

Aku berusaha keras, tak membalasnya, apa lagi memulainya, sekedar menanyakan kabarpun tidak, aku tidak bisa. Rasa takut dalam diri selalu saja meluap, takut menyakitinya pada akhir.

Dan kini usahaku sia sia, usaha untuk tak bertatap muka dan juga tak menghubunginya,
berusaha menghilang dari pandangannya kalau perlu, secara tiba tiba.

Tapi itu hanya harapan lalu, kini lelaki ini jelas berada di depan ku, masih dengan mata sayu dibalik kacamata bulat, senyuman menyeringai khas darinya dan juga hidung yang kadang bergerak karena sensitif dengan suhu rendah.



Jika seperti ini aku harus bagaimana?

Ceroboh, kali ini aku benar benar ceroboh, aku tak merencanakan apapun jika lelaki ini datang tiba tiba.

Seperti saat ini.

Jemarinya dengan berani ia selipkan disela sela jemari ku, menggenggamnya erat seakan tak mau lepas.

Bagaimana jika ia tahu, kalau wanita yang sedang digenggamannya kini sudah resmi milik orang lain, dan sekaligus menjadi ibu.
Ibu dari anak yang saat ini ia dekap, sesekali mereka tertawa berasama dengan godaan kata kata kecil yang membuat si bocah kesal.

Apa dia masih berani menyalurkan kehangatannya melalui jemari raksasanya seperti ini?



"Kau pulang bersama ku ara?, sana, beritahu Seokmin suruh pulang terlebih dahulu"
Titahnya, seakan tak ada suara yang mengintruksi ku, aku masih saja melihat lilitan jemarinya yang menggenggam ku. Hangat, sangat hangat, namun tak ada gejolak apapun dalam hati, berbeda.

Aku sudah gila.

Selama ini, apa benar hati ku tak pernah jatuh pada lelaki jakung ini?

Tapi, bagaimana bisa aku menjalani 4 tahun lebih ku bersamanya? Jika selama ini aku tak memiliki rasa padanya?.

"Kenapa diam?"
Kali ini aku menatapnya, dengan pandangan datar yang mungkin ia juga tak bisa mengartikannya.

Lilitan tangannya perlahan merenggang.
Jangan dulu, jangan lepas dulu Wonwoo, biarkan kehangatan kita bersatu. Untuk saat ini saja. Kali terakhir kita, mungkin.

Tangannya beralih menangkup wajahku, hanya satu tangan, karena tangan yang lain sibuk menahan tubuh berat Jihoon.

"Wae?" Tanyanya lagi.

Senyuman, hanya senyuman yang dapat ku sampaikan.

Aku tak tahu harus berbuat apa, otak ku benar benar berhenti berputar, aku harus segera mengatakan fakta yang terjadi saat ini. Keadaan yang akan membuatnya tersadar bagaimana selama ini wanita yang tengah digandengnya ini terlalu menyakitinya.

Ya wanita jahat yang pernah menjadi bagian hidup Jeon Wonwoo. Lelaki tampan idaman seluruh wanita di fakultas yang terlihat dingin namun selalu menghangatkan.

"Baiklah aku yang akan menyampaikannya"
Lanjutnya, ia menggiringku terlebih dahulu masuk ke mobil Coupenya. Mobil yang asing, tak pernah sebelumnya ia memakai mobil ini, ciri khas nya terdahulu adalah SUV merah.


Mataku hanya dapat melihatnya menutup pintu mobil bagian belakang, setelah mendudukkan Jihoon pada jok penumpang belakang.

Mataku seakan tak mau lepas dari gerakannya, bukan karena rasa rindu atau rasa kagum, hanya saja rasa bersalah, mengingat aku telah menyakitinya.

Therapying MR. Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang