18

1.4K 177 18
                                    

Vote please ~ ☹️


"Kau, jangan menghubungi mantan mu ketika suamimu tidak disampingmu"

Perkataan Jeonghan sedikit menyinggung ku, apa maksudnya, selama inipun, tak pernah sekalipun aku mencoba menghubungi, jangan kan menghubunginya, membalas pesannya saja aku tak tega.

"Entahlah, ini kan kesempatan besar" Candaku.
Raut wajahnya berubah, Topi yang sedari tadi di bawanya kali ini ia pasang menutupi mata. Ia membalikkan badannya, melihat Seokmin yang sedang berurusan dengan imigrasi.



Ya, incheon.
Mengantar suamiku untuk dinas luar, dan juga mengantar orang kepercayaan ku mengekornya, entah kini ia orang Jeonghan atau orang ku.

"Ya~!"
Suara ku menyeruak, melihat jaket parasutnya tak dipasangnya dengan benar, suhu kini sedang menurun drastis, entah bagaimana cuaca bisa berganti tiba tiba.

Kaki ku menuntun ku untuk mendekat, Jeonghan yang membelakangiku masih tak menyadarinya. Kutarik jaket parasut sisi kirinya yang ia tanggalkan sengaja tak dipasangnya, namun aku tak bisa melihatnya seperti itu. Bergelantung bebas tak jelas.

Tarikan ku membuatnya menghadapku.


"Wae?, kau membuat ku terkejut" ucapnya

Kesalahan, ternyata kegiatan asal ku membuat jarak kami semakin dekat.

"Mana lengan mu?" Ucap ku meneruskan kegiatan untuk membenarkan jaket parasutnya.

"Ah, biarkan seperti ini"
Rengekannya membuat dahi ku reflek mengerut.
Aku terkejut, ia merengek seperti Jihoon, ku pikir Jihoon lebih menurut padaku daripada lelaki didepan ku ini.



"Cepat, pasang jaketnya dengan benar!" Bentak ku, membuatnya terdiam pasrah.

Ku tuntun lengannya.

"Anak pintar" ucap ku ketika jaket sudah terpasang dengan benar.
Tangan ku mengusap rambutnya pelan, seakan anak TK yang menurut pada ibunya.


Jeonghan menaikkan sisi bibirnya, memperlihatkan gigi, tidak seluruhnya, hanya dibagian bibir yang terangkat, membuat ku bergidik. Senyuman apa ini, menakutkan.

Jeonghan menunduk, mencium bibir ku sekilas, membuatku benar benar terkejut dengan tingkahnya.

Kaki ku tanpa disuruh memundurkan langkah, menjauhi Jeonghan. Namun Jeonghan masih membungkukkan badanya sehingga masih saja jarak kami dekat. Senyumannya kini merekah.

"Gomapta~"

"Aku akan merindukan mu" lanjutnya.

Sebenarnya, mungkin aku yang akan lebih merindukannya, Jeonghan di Ceko dengan segala kesibukannya, dan bersama orang orangnya. Sedangkan aku?, sendiri, tak memiliki pekerjaan, Jihoon juga sudah memasuki sekolah.

Rasa hangat mengalir dalam tubuh, rengkuhan hangat Jeonghan yang tiba tiba, membuat ku melemas.

Kenapa ia harus melakukan hal manis yang pasti memabukkan ku. Dan ini jelas tidak baik. Aku akan selalu merindukan rasa hangat ini nantinya, tanpanya selama hampir sebulan kedepan.


Kupejamkan mataku menikmati aroma khas dirinya dan juga dekapannya.sungguh raga ini dimabukkan dengan tingkah lelaki ini. Hana ya, aku sudah jatuh padanya, untuk kedua kalinya. Maafkan aku.



"Jika aku merindukan pelukan ini bagaimana"
Otak ku tidak pernah memerintahkan bibir ini berbicara seperti itu, tapi hati ku seakan menuntunnya.

Therapying MR. Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang