"Jeonghan ah" panggil Sia yang sedang menyipitkan matanya menatap suaminya curiga.
"Hmm?" Jawab Jeonghan tidak antusias.
"Kenapa kau membawa Seokmin Oppa semalam?" Tanya Sia penuh curiga.
"Kenapa kau tak menelponku sejak awal?, kenapa kau seperti bocah?, kenapa kau tak hafal alamat rumah sendiri?" Balas Jeonghan membuat mulut Sia melebar, yang dikatakannya pagi ini begitu panjang, tidak seperti biasanya, dan itu sungguh menyudutkan Sia, Sia tak bisa menahan malu, Jihoon menatap Sia kini dengan mulut yang penuh makanan.
"Ani, hanya saja.... hanya sajaaa""Annyeong!!" Sapa Seungkwan, membuat Sia bernafas lega, karena tak perlu menjawab pertanyaan konyol dari Yoon Jeonghan.
"Ya, Seungkwan ah, ikutlah bergabung dengan kami" ucap Sia berusaha mengakrabkan dirinya dengan Seungkwan.
"Ne Noonaa" Jawab Seungkwan yang kini telah duduk di depan Jihoon, tepatnya di samping Yoon Jeonghan.
Jeonghan mengusap bibirnya dengan sapu tangan berwarna gold miliknya, ketika Seungkwan menuangkan sup pereda pengar di mangkuknya.
"Hyung!! Jebbal jangan berdiri dahulu biarkan aku makan sebentar saja" rengek Seungkwan pada atasannya.Jeonghan tak membalas perkataan Seungkwan, namun ia memeriksa ponselnya kini. Seungkwan memakan sup dan nasi dengan gesit, ia tak mau membuat Jeonghan menunggu lama, mulutnya dipenuhi dengan makanan, kuah sup yang masuk ke mulutnya pun tak sepenuhnya masuk.
Jeonghan melirik Seungkwan yang kini sudah meminum air putih, segera Jeonghan beranjak dari tempatnya, ia memandang dengan tatapan tajamnya."Aku pergi ya" ucapnya, membuat jantung Sia seakan berhenti sesaat, mwoyaa apa yang diucapkan seorang Yoon Jeonghan di pagi hari yang begitu cerah ini? Apa efek alkohol masih melekat pada dirinya?. Ahh Jinjja.
"Noona, kenapa noona tak bertanya pada ku semalam?, aku tau alamat rumah ayah lengkap" sela Jihoon ditengah makannya.
Sia baru saja ingat, iya benar kenapa ia tak bertanya pada anak kandung Jeonghan, yang jelas ingat alamat rumah Jeonghan, bagaimana tidak, Jihoon selalu berusaha menghafalkan alamat rumah ayahnya jika ia disuruh mengisi kuis di yayasan.
-Drrrttt- Hp Sia bergetar ditengah ia sedang makan.
"Mwoya masih pagi" jawab Sia malas, berusaha merajuk karena merasa diabaikan seharian oleh pemilik suara di seberang kemarin.
"Sia ya!, aku pantas mati, maafkan aku jebbal jangan pecat aku" rengek lelaki dengan suara khas yang salalu membuat Sia tertawa. Kini Sia berusaha menahan tawa, melihat bagaimana suara Seokmin diimutkan untuk mendapat belas kasihan Sia.
"Sudahlah, mungkin memang ini saatnya kita bekerja di jalan masing masing" balas ku menggoda.
"Ya! Sia ya, bagaimana kau akan memecat ku, jika aku memiliki informasi besar untuk rencana Yoon Jeonghan kedepan?" Balas Seokmin yang sengaja menggoda Sia kembali. Namun Seokmin tidak yakin berhasil atau tidak, pasalnya Sia sekarang tidak terlalu memperhatikan urusan yayasan ataupun pekerjaan.
"Aku tidak peduli, antar aku ke yayasan pukul 10, segera tandatangani pemutusan..."
"Yoon Jeonghan akan mengadakan pertemuan pemilik saham, dan yayasan mu ikut serta, apa kau menyianyiakan kesempatan ini?, untuk menaikkan harga saham mu mungkin?, kau mau melepaskannya??, jika tak ada aku siapa yang akan mewakilkan??, Jina masih saja tak mau menerima tawarannya" balas Seokmin yang sekaligus membongkar semua pembicaraan pertemuannya semalam dengan Jeonghan.
Sia tersenyum, sangat mudah mencari informasi memang dari seorang Lee Seokmin.
"Antar aku ke yayasan pukul 10" jawab Sia sengaja, kini waktu menunjukkan pukul 09.45 yang berarti Seokmin harus datang di kediaman Sia dengan kurun waktu 15 menit.
"Ya, Sia ya! Neo jinjja" balas Seokmin yang langsung memutus panggilannya.
Sia melirik Jihoon yang sedang duduk tenang di kursi kecilnya.
"Apa kau sudah selesai makan?" Tanya Sia
"Ne, sangat kenyang Noona, aku mau bermain dengan Noona baik" ucapnya
"Baiklah, aku akan pergi ke yayasan, kau tak usah ikut ya?"
Jihoon hanya mengangguk patuh.---
Sia terdiam sedari tadi di jok belakang, berusaha menahan godaan untuk mencurahkan isi hatinya pada Seokmin."Ehem, Sia ya" panggil Seokmin mencoba memecah keheningan yang jarang sekali terjadi diantara keduanya.
"Wae?" Jawab Sia ketus menahan tawa.
"Ya, mianhae" ulang Seokmin.
"Bagaimana jika aku tak kembali?"
"Aku akan mencarimu sampai mati Sia ya, jebbal" keluh Seokmin tetap dengan posisi menyetirnya, sesekali ia hanya melirik pada kaca yang mengarah ke jok belakang, memperlihatkan mata sendunya untuk mendapatkan belas kasih Sia.
"Baiklah, kuberi kau kesempatan terakhir Oppa"
"Ya!!!! Jinjja!, Sia kau memang bos ku yang paling Jjang!!, gomapseumnida!!" Seokmin melebarkan senyumannya mendengar jawaban Sia, membuat beban di punggungnya telah hilang. Ia bisa tersenyum sepanjang jalan. Sia yang melihat juga ikut tersenyum.
Seokmin membukakan pintu mobil Sia, senyumannya masih saja merekah menyipitkan mata dan memperlihatkan giginya lebar.
"Ya, Oppa, kau mengerikan sekali" celetuk Sia yang semakin lama merasa tak nyaman dengan ekspresi Seokmin.
"Selamat pagi nyonya, ada barang di ruang kerjamu, silahkan diperiksa" ucap pelayan tetua ketika mendapatiku turun dari mobil dan akan berjalan memasuki yayasan.
"Mwo??, dari siapa imo?" Pertanyaan Sia tak dijawab, bibi itu telah pergi perlahan meninggalkannya.
Sia segera bergegas menaiki tangga dan memasuki ruang kerjanya, matahari sudah memasuki ruangannya, ia mengusap atasan sofa mencoba mengecek apakah ruangannya tetap bersih atau tidak, dan ternyata memuaskan, tak ada debu ataupun suatu hal kotor yang bertengger di ruangannya.
Sia menyadari sesuatu berjajar di meja kerjanya. Dengan bungkusan pink yang membuatnya tambah curiga.
Bunga mawar masing masing berwarna merah dan juga lily menemaninya, Sia tau betul siapa yang mengiriminya, air mata Sia kini berada di pelupuk, tak sanggup membuka amplop kecil dengan warna senada dan wangi khas pengirim.
Happy 5th Anniversary,
Kim Sia,
Wanita ku yang selalu menunggu kedatangan ku,
Aroma mu layaknya bunga mawar,
Aku selalu candu merindu,
Kecantikan mu layaknya bunga lily,
Tak dapat ku alihkan mata,
Hanya kau yang selalu memenuhi relung hati dan pikiran.--JWW--
Sia membiarkan air matanya turun, ia mendekap surat kecil itu, rasa bersalah yang amat kini ia rasakan, membaca tiap kalimat Wonwoo mengingatkan bagaimana ia melewati tahun tahun bersama Jeon Wonwoo.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Therapying MR. Yoon Jeonghan
Romance[COMPLETED] Yoon Jeonghan pimpinan grup Yoon, memiliki satu anak, namun kehidupannya berantakan setelah kejadian hebat menimpa dirinya. Sang istri meninggalkan dunianya ketika kebahagiaan datang, ya, ketika buah hatinya merasakan atmosfir bumi, ibun...