12

1.4K 163 5
                                    

Voting dulu yuk sebelum baca hihi 💕

"Sepertinya aku butuh liburan, bukannya begitu Sia ya?" Kata Jeonghan yang kini duduk di rerumputan, melihat Sia yang masih melempar batu ke sungai.

"Mwo??!, Aku tak mendengarmu!!!" Ucap Sia melebarkan senyumnya. Sia berada 2 meter di depan Jeonghan, masih dengan kegiatan lempar batunya yang kini membuat mood nya membaik.

Seokmin mendekati Jeonghan.
"Hyung" panggilnya, kini duduk di samping Jeonghan.
"Aku tak bisa mengikuti pertemuan atas nama yayasan Sia jika keadaannya seperti ini, kau jangan pernah tertipu dengan muka bahagianya saat ini, lihat saja malam nanti, ia akan menangis sendirian di kamar, Aisshh bocah ini memang" lanjut Seokmin

"Seokmin ah, Aku paham. Serahkan pada ku, kau tak perlu khawatir. Oh iya kosongkan jadwal mu besok" Jawab Jeonghan

"Mwo?? Wae??, Aku harus bertemu calon pengganti Sia besok, besok deadline ku!!" Protes Seokmin.

"Kau tinggal pilih, jadwal mu atau Sia" ucap Jeonghan membuat Seokmin berfikir.

"Mwoya?, Sia??"

"Aku akan pergi berlibur dengan Jihoon dan juga Seungkwan, aku fikir kau juga harus ikut, namun kau sangat sibuk jadi--"

"Baik aku ikut" ucap Seokmin memotong pembicaraan Jeonghan.

---
Jihoon menatap santapan malamnya membuat ku heran, apa yang membuatnya kehilangan selera makan.

"Jihoon ah, ini makanan kesukaan mu, sup ayam ginseng, kenapa kau memasang muka musam? Apa tidak enak?" Tanya ku padanya, ia menggeleng pelan, Aku beranjak dari kursi ku, menekuk kaki ku agar dapat menatap matanya.

"Wae?" Tanya ku, tak lupa merapihkan rambut acaknya.

"Appa, aku gugup makan malam bersamanya" ucapnya berbisik, ku keluarkan senyum yang merekah kini, Jihoon memang selalu berceloteh ria jika makan malam tiba, entah membicarakan hari harinya ataupun memberikan candaan pada ku juga pada pelayan rumah Jeonghan. Mungkin karena itu ia gugup jika makan malam bersama sang Ayah, pasalnya selama kami tinggal di kediaman Jeonghan, tak pernah sekalipun Jeonghan bergabung untuk makan malam bersama kami.

"Ya, mwoya, kau yang berharap ingin makan bersama setiap hari dengan Ayah mu" ucap ku penuh canda.

Jihoon melebarkan senyum sembari menggaruk belakang kepalanya, manis sekali ia malu sekarang, pipinya memerah.

"Ku kira ada apa, memang kau ini" ucap ku, tiba tiba pelayang berkumpul dan berbaris menunduk bersama, selanjutnya sang Tuan memasuki ruang makan dengan kemeja putih tipis seperti kain sutra sedikit berkilau terkena cahaya lampu terang di ruang makan. Aish, berlebihan sekali pakaiannya.

Jihoon kesusahan ingin turun mengikuti pelayan untuk berdiri dan menundukkan badan, ingin memberikan hormat kepada sang Ayah.

Ku tahan, ku tekan bahu kecilnya pelan agar tak turun dari kursinya.

"Yak!, jangan berlebihan" ucap ku berbisik pada Jihoon, ia hanya melirikku kesal, ia ingin memperlihatkan pada sang Ayah bahwa anaknya bocah yang baik dan patut dibanggakan.

"Mwoya, kenapa aku baru melihat ritual ini?" Tanya ku pada Jeonghan yang mendekat dan mengambil tempat duduk di kursi kepala meja, di sebelah Jihoon.

Therapying MR. Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang