21

1.4K 170 3
                                        

Jangan lupa untuk klik Vote terlebih dahulu ya sisteur~~~😘




"Wonwoo ya, kita harus berpisah"








Tangan ku bergetar hebat, segera ku letakan garpu dan juga pisau di sisi piring, dan segera menurunkannya.

Wonwoo bahkan tak bergeming, masih dengan kegiatan mengirisnya.

"Mianhae Won.."
'Praaank!!'
Suara nyaring yang membuat ku bungkam.
Suara yang tercipta dari pisau di tangannya yang sengaja ia letakkan dengan kasar diatas piring berisikan daging.

"Aku sudah mengatakan jangan beromong kosong"
Suaranya semakin lirih namun tajam, matanya tak beralih dari piring.

Dasinya ia longgarkan kasar, dilanjutkan dengan meneguk anggur merah yang telah tersedia dimeja.

Bibir ku kaku, melihat apa yang dilakukan lelaki ini semakin membuat ku panik.
Sebelumnya Wonwoo tak pernah seperti ini, mungkin ia sedang banyak beban karena pekerjaan.

Lalu bagaimana aku menjelaskannya?.

Sempat hening beberapa menit, Steak yang sedari tadi sudah siap untuk disantap kini dibiarkan terbengkalai.

"Wonwoo ya, bukan mak-"

"Kaja pulang saja"
Potongnya, ia berdiri meninggalkan ku yang masih duduk.

Aku hanya mengamatinya, ia melempar uang dengan kasar di kasir.
Apa seperti ini jika Wonwoo dikuasai amarahnya?, benar kata Eomma.

"Sia ya!, apa kau tak mendengarku?"
Panggil Wonwoo cukup kencang, jarak kami terlampau jauh, Ia mengatakannya dari ambang pintu keluar, sedangkan aku masih terduduk di tempat semula, belum beranjak.

Kalau seperti ini mau bagaimana lagi, segera ku ikuti perintahnya, pergi dari kursi yang telah menyimpan kenangan manis sebelumnya, namun kini tertoreh karena siapa lagi kalau bukan karena ku.

Pengunjung lainpun menatapku nanar, seakan seperti istri yang mendapatkan tekanan dari suami. Berpasang pasang mata mengikuti arah gerak ku hingga mendekati ambang pintu.

Melihat diriku yang telah mendekat, Wonwoo segera keluar dari restoran, ia mendahuluiku tak menunggu ku, tak apa, aku memang pantas mendapatkan perlakuan seperti ini. Bagus Wonwoo lanjutkan.












Hening. Tak ada suara.
Hingga gerak jarum jam tangannya pun terdengar berdampingan dengan suara halus yang keluar dari mesin mobil.

Lelaki yang kini duduk di sampingku benar benar tak mengeluarkan sepetah katapun, seperti tak ada hal yang terjadi sebelumnya, ia hanya fokus melihat jalanan.

Sesekali ia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya dengan kasar. Matanya tajam benar benar tak diarahkannya pada ku sama sekali.


"Dengarkan aku, kumohon"
Sekali lagi ku beranikan diri untuk menjelaskan, aku tak boleh menyerah, bukan aku Egois, namun jika menurutinya untuk tak mengatakan apapun, beban di pundak ku akan semakin bertambah, seiring berjalannya waktu.

'Ciiitttttttt'
Mobilnya berhenti dengan kasar, sempat mementalkan diriku yang bisa tertahan karena sabuk pengaman.

Therapying MR. Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang