24

1.3K 152 4
                                    










Hati ku masih sakit rasanya. Kuputuskan untuk kembali ke ruangan ku, tak ingin Jeonghan mengetahui bahwa aku sedang tak baik baik saja.

Jeonghan sempat menengok ku sebentar di ruangan ku semalam. Ia masih mengecup keningku ketika aku berpura pura tidur, menghindari tatapannya.
Namun sikap manisnya mengapa tak hilang juga, karena aku yang memiliki paras hampir mirip dengan Hana maka mungkin ia memanfaatkan kehadiran ku sebagai pengganti Hana.

Aku tak bisa terlelap hingga pagi, pikiran ku melayang, membayangkan nasib ku kedepan.

Seperti inikah yang dirasakan Wonwoo?, inikah rasa yang selalu ditakuti Wonwoo selama ini?, memang sakit.

Masih petang, namun hati ku memerintah diri untuk melangkah meninggalkan kediaman Jeonghan, rasa gelisah sangat menggangguku.

Tak lama taxi yang telah kupesan segera datang, entah kenapa hati ku juga memerintah untuk pergi secara sendiri, tanpa menggunakan fasilitas yang telah tersedia.

"Mau kemana nona" tanya pengemudi yang berhasil menyadarkan lamunan ku

"Sungai han pak" jawab ku lirih.

"Bukan kah terlalu petang untuk kesana nona?, kau hanya menggunakan kaos dan juga training apa tidak terlalu dingin udara pagi ini?"

Hanya ku balas dengan senyuman.

Memang bodoh, sampai lupa tak menggunakan sweather yang jelas sudah ku keluarkan dari lemari tadi.

Sial.
Batin ku kembali kesal, menyadari kebodohan lain yang datang pada diri ku.
Ponsel ku tertinggal.

Arrgh!! Bodoh sekali Sia ya!.
Ingin merutuki diri sendiri dengan lantang. Kebodohan ku memang melampaui batas. Seakan Sang Sia kritis dengan pemikiran liar kini telah hilang karena jatuh pada seorang laki laki yang tak menganggapnya ada.

Jalanan Seoul masih terlihat kosong. Belum banyak pengendara yang berlalu lalang untuk kesibukan rutin paginya.

"Silahkan nona"

Sekali lagi aku yang tenggelam dalam pikiran sendiri terkesiap, karena disadarkan paksa oleh pengemudi.

"Kamsahamnida" ucap ku sembari memberikan beberapa lembar uang kertas. Untuk ini aku tak melupakannya.

Kaki ku melangkah menuju dudukan taman yang menjadi tujuan wajib ku ketika sesuatu hal terjadi.
Baru kali ini aku datang sendiri, biasanya pasti ada seseorang yang menemani ku.


Pada saat ini, aku benar benar membutuhkan dan merindukan Seokmin.
Namun sepertinya dia memang tak bisa diganggu, mungkin bahkan ia tak mengetehaui bagaimana kacaunya keadaan atasan yang selalu dianggapnya adik ini.

Baru kali ini aku menangkup semua keluh kesah ku sendiri.

"Kau"
Ucap seseorang yang berhasil membuat ku terkejut atas suara beratnya yang sudah tak asing di telinga ku.

"Wonwoo ya" ucap ku sedikit takut.

Aku tak sadar bahwa dia telah duduk di sana terlebih dahulu, entah sejak kapan.

"Ke..kenapa kau disini?" Tanya ku berhati hati.

"Menurut mu?" Ucapnya, sembari menghisap batang rokok di sela sela jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Ya.." ucap ku tertahan, ingin mengomelinya perihal rokok yang kembali ia hisap, namun ku menyadari siapa diriku hingga harus menasehatinya.

"Dimana Jeonghan?" Tanyanya tanpa melihatku. Aku tau ia kecewa.

Therapying MR. Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang