26

1.4K 173 0
                                    


Jangan malu malu untuk klik Vote yaah 🤗









Kopi panas memaksa kedua mata ku terbuka, yang semula berat karena rasa kantuk akan menunggu dan juga ditambah beban karena menangis tak henti hentinya.

Ditinggalkan oleh sahabat dan juga sekaligus mantan kekasih yang sangat berjasa di kehidupan ku bukanlah hal mudah, rasa menyesal karena telah menyakitinya dan juga rasa takut akan merindukan sosoknya nanti terbayang di pikiran.

Sebelum akhirnya aku menunggu di kedai kopi yang berada di terminal kedatangan, aku sempat menangis sekitar selama 20 menit setelah Wonwoo menghilang dari pandangan.

Mata ku masih terlihat bengkak, berkali kali menatap bayangan ku pada cermin, berusaha menghilangkan jejak kesedihan ku, agar tak dicurigai oleh suami ku sendiri.

"Noona, enak sekali apa kau tak mau mencoba?"
Jihoon yang sedari tadi memakan kue tart slice nya ia tawarkan pada ku dengan garpu yang ia sodorkan ke udara.

Aku tersenyum

"Aaaa"
Ucap ku melebarkan mulut menerima suapan roti dari Jihoon.

"Hummmm!, Enak sekali Jihoon ah!, wahh kau pintar sekali memilih roti"
Jihoon kegirangan, tertawa lebar merasa bangga karena di puji.

Tawa ku melayang melihat tingkah Jihoon yang semakin hari semakin menggemaskan.

Tangan ku bergerak merapikan rambut tebalnya yang sedari tadi berantakan karena angin dan juga tangan nakal Wonwoo.






Papan informasi menandakan bahwa penerbangan dari Cheko telah mendarat.

"Jihoon ah, Appa mu sudah sampai, kajja"
Jihoon mengangkat kedua tangannya, seperti biasa ia sedang malas untuk berjalan, Aku juga tak akan membiarkannya berjalan ketika kami hanya berdua di tempat yang seluas dan seramai ini.




Ku langkahkan kaki ku perlahan, tak mau terburu buru, beban Jihoon kini mulai bertambah, sehingga tak selues dulu dalam menggendong Jihoon.

Banyak sekali yang menyambut kedatangan keluarga atau kerabat dari gerombolan penjemput di depan ku, semua memasang papan nama masing masing membuat ku mengurungkan niat untuk mendesak ke barisan depan agar dapat melihat rombongan Jeonghan sampai.

"Noona, mana Appa"

"Sebentar"
Satu persatu gerombolan manusia didepan ku mulai berkurang, semua telah bertemu dan menghampiri keluarga atau kerabat masing masing. Hanya tinggal aku dan Jihoon.

"Noona, mana Appa"

"Noonaaa"

Jihoon merengek takut akan tertinggal oleh Appa nya, membuat ku juga semakin panik, sudah tak ada tanda tanda orang keluar dari pintu otomatis itu, namun Jeonghan, Seokmin, dan juga Seungkwan masih tak terlihat oleh pandangan ku.

Apa mereka terlewatkan?, ah sial seperti ini jika menjemput seseorang tapi tanpa ada janji terlebih dahulu,
seperti sia sia.

"APPAAAAA!!!"
Teriak Jihoon kencang membuat ku tersadar akan lamunan ku.
Jeonghan terdiam di ambang pintu menatap ku dan juga Jihoon bergantian namun tak segera menghampiri ku.

Dibelakangnya baru keluar Seokmin dan juga Seungkwan yang kini menanggalkan lengan di bahu masing masing.
Kegiatannya juga terhenti ketika melihatku dan juga Jihoon.

Betapa bahagianya melihat Seokmin kembali setelah sekian lama, meskipun hanya hampir 2 minggu tapi keberadaannya sangat mempengaruhi kehidupan ku.

"Sia ya!!!!!" Teriaknya sembari menghambur berlari padaku, dengan koper yang ia tarik menimbulkan suara yang sangat mengganggu.

Therapying MR. Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang