14

1.3K 163 0
                                    

Vote dulu yuk ~~

"Hyung, kamar sedang penuh, hanya 2 kamar tersisa, aku akan bersama Jihoon, kalian berdua saja"

"Mwo??" Ucap kami bersamaan. Ujung mata Jeonghan menatap ku, entah mengartikan apa, seperti pasrah mungkin?

"Ya, Oppa, bagaimana bisa hotel sebesar ini penuh?, ini juga bukan hari libur" protes ku kepada Seokmin yang kini hanya terdiam dengan wajah polosnya, tangannya yang baru saja menerima akses kamar hanya mengangkatnya tanpa kata, memperlihatkan padaku.

Seungkwan menarik kunci yang dibawa Seokmin, memberikan akses satu kepada Jeonghan sembari membisikkan sesuatu.

Tentu saja aku bisa gila dibuatnya penasaran, ku lipat kedua tangan ku di dada. Melihat Seungkwan yang kini kurasa betapa keterlaluan sikapnya.

Kulihat raut wajah Jeonghan menarik salah satu ujung bibirnya, tapi tetap tak bisa ku baca mimik bibirnya, apa yang sedang mereka bicarakan.

"Ya, Sia ya, ini kesempatan mu, siapa tau kau bisa memberikan adik untuk Jihoon" Seokmin Oppa yang tiba tiba membisikkan ku kalimat yang sungguh tak masuk otak ku.  Ia masih menggandeng Jihoon yang sedang berkutat dengan mainan Dino nya.

"Ya!!! Seokmin ssi!! Apa yang kau katakan!!" Jawabku namun tak tau kenapa atmosfir disini memanas, padahal sedari tadi aku kedinginan karena angin kencang.

"Mwoya, wajahmu memerah" celetuknya lagi membuat ku reflek menangkup wajahku dengan kedua tangan. Aku tak bisa terus terusan bersama makhluk pemikir hal kotor ini.

Kaki ku melangkah mendekati dua manusia yang sedari tadi menjauhi ku untuk berbisik, ku tarik ujung sweather Jeonghan hingga ia terkejut namun mengikuti ku.

"Hyung!! Fighting!! Kau bisaa!!" Teriak Seungkwan yang entah kenapa membuat kedua pipiku terasa semakin memanas. Jeonghan masih mengikutiku dibelakang.

"Kenapa kau?" Ucapnya saat pintu lift tertutup, ia menempelkan kartunya menciptakan angka lantai berapa yang akan kami tuju.

"Kenapa muka mu memerah?" Lanjutnya yang seketika membuat ku lemas karena kedua tangannya ditangkupkan ke wajahku, apa yang dia lakukan, mataku melotot menandakan reflek diri yang terkejut dengan hal tak terduga ini.

"Yoon Jeonghan lepaskan" ucapku lirih sembari memegang tangannya yang bertengger di kedua pipi ku, berusaha melepaskannya dari sana.

Ia tersenyum seperti bayi, sembari menggoyangkan tangannya, membuat kepalaku bergoyang, ada apa dengan sikapnya kini, sangat aneh, harusnya siklus terapiku tidak membuatnya seperti ini.

"Kajja" ajaknya menarik tangan ku ketika lift sudah terbuka, lihatlah kurasa bulu kudukku berhasil berdiri dibuatnya dengan sikap aneh Yoon Jeonghan.

Cklik,
Suara pintu tanda bahwa sudah tidak terkunci kini menuntun Jeonghan mendorong gagang pintu, ia masih saja menggenggam jemariku, rasa hangat yang mengalir dari permukaan kulitnya kini merangsangkan rasa nyaman yang belum pernah terjadi di diri ku.

Aku hanya terdiam menikmati suasana yang tercipta, jujur sekali bisakah momen ini berhenti?, haya genggamannya, yang menggenggam dan aku. Hentikan waktu ini.

"Sia ya, gwaenchana?" Suara beratnya berhasil menyadarkan lamunan ku, kini wajahnya terlalu dekat untuk memeriksa keadaan ku, segera ku lepas genggamannya.

"N..ne, aku baik baik saja" pandangan ku beredar, hotel bintang 5 dengan kasur king size, dan perabotan mewah dominan warna merah dan hitam, membuat ruangan ini semakin jelas untuk kelas atas.

Jeonghan melemparkan badannya ke kasur, telungkup dengan tangan lurus disisi badannya, aku melanjutkan kegiatan ku memasukan tas tangan kecil ku di lemari kaca.

"Jeonghan ah" panggil ku, ingin bertanya setelah ini kegiatan apa yang dilakukan, pasalnya Jeonghan yang mengajak kami liburan, harusnya Jeonghan lah yang mengatur tempat tempat mana saja yang akan dikunjungi.

Namun tak ada respon
"Ya!, Yoon Jeonghan" panggil ku lagi sembari mendekat. Ia terdiam masih dengan posisi telungkup.

"Aigoo, kau tertidur?" Celetuk ku melihatnya terlelap dengan posisi seperti ini sepertinya tidak nyaman.

Pandangan ku terpaku pada paras tampannya yang tertutup poni panjang. Ku sibakkan poni yang menutupi setengah wajahnya, memperlihatkan ketampanannya.

Fokusku terganggu, tangan ku kaku, sekujur tubuhku juga, tangannya menggenggam pergelangan ku yang masih sibuk dengan poninya. Akhh ketahuan.... lagi???

Ia mengerjapkan matanya tanpa dosa, ku gigit bibirku merasa bersalah dan merasa bodoh, ingin sekali tangan ku terbebas dan memukulkannya pada otak ku.

"Mian, aku tertidur" jawabnya, matanya masih sayu, seperti ia ingin menutup matanya lagi, namun masih menggenggam pergelanganku kencang.

"Tidak apa, kau istirahat saja, mm boleh kau lepaskan tangan ku?" Tanya ku ia hanya tersenyum sembari memejamkan matanya. Tetap tidak ada respon.

"Ya, lebih baik kau memperbaiki posisi tidur mu, itu tidak nyaman" ucap ku lirih.

Ia menegakkan tubuhnya, matanya masih terlihat lelah.

"Kau tak mau istirahat?" Tanyanya, pertanyaan yang berhasil membuat wajah ku kembali memanas.

"Mwo?!! Tidak aku tidak mengantuk!!" Ucap ku salah tingkah

"Duduklah sebentar" ucapnya sembari menepuk pinggiran kasur, kuikuti apa maunya agar tangan ku terlepas, ia memperbaiki posisinya, memiringkan badannya kearah ku, dari pergelangan tangan, kini ia menggenggam jemari ku.

"Aku rindu, Hana, aku mohon biarkan aku tidur dengan posisi ini" ucapnya dengan mata terpejam, senyum terukir di wajahku, sedikit rasa lega namun ada juga rasa aneh yang menggelitik, ku ikuti apa yang dia mau.

Tangan ku yang terbebas ku gunakan untuk menepuk bahunya pelan, kadang merapihkan rambut hitam yang telah memanjang, hingga dia benar benar tidur.

Aku sempat terkejut, ujung matanya tiba tiba mengalirkan air yang segera ku usap. Aku tau betapa sakitnya hati Jeonghan. Aku harus membuatnya bahagia kini.
Tekat baru ku, yang tiba tiba muncul.

TBC

VOTE doongg, huhuu biar semangat nih ngelanjutinnya 🥺

Therapying MR. Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang