Prolog

7.7K 376 0
                                    

Suara tangis memenuhi ruangn vip di malam hari awal tahun 2015, suara tangis bahagia, tawa, teriakan kecil bermacam macam rasa tercampur menjadi satu, menyambut kedatangan seorang bayi laki-laki yang sedang menangis saat ini.

Yonn Jeonghan, seorang ayah, kini sedang memeluk istrinya erat, matanya berkaca tanda kebahagiaan, isaknya semakin menjadi entah bagaimana.
Nyonya Yoon, Jung Hana teman dekat ku, terlihat lemas, pucat tak berdaya, namun senyumnya masih mengembang disana, tanda kepuasan, air mataku mengalir dari ujung, melihat perjuangannya yang luar biasa, tak bisa ku bayangkan.
"kau kapan seperti dia" bisik wanita tua yang tak luput dengan cubitan pada pinggangku, sangat merusak suasana.
"Wonwoo sedang kerja, nanti malam akan ku ajak Wonwoo membuatnya, seeperti yang eomma inginkan" jawab ku asal
"Yak! Awas kau sampai berani membuka kancing didepan wonwoo sebelum dia menikahimu" jawabnya kesal, kuabaikan karena tiba tiba ruangan menjadi riuh, dokter dan juga perawat berlarian.
Monitor jantung mengeluarkan suaranya cepat
'Ada apa!!'
Ku langkahkan kaki ku mendekati hana, Jeonghan menangis semakin menjadi, tangannya meremas tangan dan lengan hana.
"Andwae Jung hana!, Jangan sekarang, ku mohon, temani aku membasarkan bayi kita!" Teriaknya diikuti isak tangis,
Deg
Apa ini!!!
"Hana ya!!!, Jangan hanya senyum!! Berjuanglah" teriakan susulan dari ku, membuat eomma ku menggenggam lengan ku, memberikan tanda bahwa ucapan ku tak pantas dikeluarkan.
Air mataku keluar dengan sendirinya ketika wanita pucat ini menggenggam jemariku lemas.
"Sia-ya, mianhae" ucapnya kesusahan membuat ku merubah posisi membungkuk kali ini, mendekatkan diri padanya.
Dokter memberikan oksigen lagi sebagai alat bantu pernafasan.
"Jeonghan oppa, mianhae, beri nama anak kita Jihoon, Yoon Jihoon"
"Jung hanaaa!!" Panggilku menggerak-gerakkan tangannya
"Sia-ya, aku mohon, jagalah Oppa, aku mohon dengan sangat, apapun yang terjadi pada oppa, berjanjilah kau akan menjaganya" ucapnya menggenggam tangan ku erat kali ini, aku menggeleng tak tau maksud dari perkataannya.
"Jaga anak ku juga" ucapnya tak bertenaga
"Oppa, kuharap sia bisa menggantikan ku di kehidupan mu, jagalah sia juga, sayangi anak kita, dan sia" ucapnya setelahnya genggaman kami terlepas, matanya terpejam, namun bibirnya memebentuk sedikit senyuman.
Ruangan kini pecah oleh tangisan, betapa jahatnya Hana yang meninggalkan kami dengan dunia super kejam ini, bagaimana bisa di meninggalkan anak malangnya hanya dengan meninggalkan satu nama, Jihoon.

Therapying MR. Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang