#first Mr. Taeyong Lee.
Hujan adalah teman setiap manusia pagi ini. Turun deras tanpa jeda dan akhirnya menghambat beberapa pekerjaan. Tiap bulir air bening itu jatuh dan mambasahi semua yang ada di bawahnya.Kutatap hujan dalam diam dan sendu. Pasalnya aku tidak bisa pulang karena tidak membawa payung. Jadi, berakhirlah aku di sini. Di depan pintu lobby kampus dengan sesekali menghembuskan nafas.
Aku menatap ponselku. Sudah pukul 4 sore, apa sebaiknya aku kembali ke perpustakaan ? Sepertinya jangan.
Jemariku bergerak perlahan dan membuka aplikasi Line chat. Mengetuk ruang obrolan bersama seorang lelaki dan mendapati ia tidak membaca chatku sejak pagi ini, ralat, sejak dua hari lalu.
Lee Taeyong.
Aku berpacaran dengannya sejak musim gugur tahun lalu, beberapa bulan setelah aku memasuki kampus ini. Tampan, baik, ramah dan memiliki suara lembut, tipikal idaman sejuta umat. Dan aku salah satu dari 'sejuta umat' yang jatuh hati padanya. Iya, aku mengakui itu.
Cinta pandangan pertama, begitulah aku menyebutnya.
Sama seperti saat ini, waktu itu hujan turun sehingga aku tidak bisa pulang.
Aku memutuskan untuk berkeliling kampus. Saat itu lorong terasa sepi. Hanya beberapa orang yang masih tinggal, mungkin alasannya sama sepertiku. Terjebak disini.
Membosankan sekali karena suasana sangat senduh.
Beberapa menit setelah aku menaiki tangga untuk ke lantai 2, aku mendengar sesuatu dari jauh.
Samar tapi makin jelas. Sebuah dentingan ah tidak, lebih tepatnya disebut permainan piano yang memanjakan pendengaran.
Seperti suara pada film Frozen II yang menyuruh Elsa untuk datang, kurang lebih begitulah hingga aku sampai di sebuah ruangan.Suara itu datang dari balik pintu ruang audio. Dari jendela pintu, aku melihat seorang lelaki di sana. Memakai sweater hitam dengan paduan ripped jeans. Lengan bajunya ia naikkan sebatas siku, sementara jarinya menari di atas tuts dengan lihai.
Wajahnya tampak serius, tapi sesekali bergerak menyamai irama. Tampan sekali, begitulah pikirku.Ia seakan memiliki aura yang memikat saat seseorang melihatnya bermain piano. Jemari yang terlihat maskulin itu menekan tiap tuts dengan lembut, memainkan nada dari River and Flows milik Yiruma dengan indah. Terdengar penghayatan di sana. Membuat air mataku tak sanggup lagi kubendung.
Aku bergeser selangkah dari pintu itu, menyeka pelan mata dan mencoba manahan isakan. Lagu itu sangat sering kudengar tapi begitu sedih saat si pria memainkannya.
Klak, pintu terbuka tiba-tiba.
"Kau...tidak apa ?"
Itulah kalimat pertamanya untukku.
Ia tiba-tiba membuka pintu dan menatapku yang masih banjir dengan air mata. Sontak aku terkejut lalu tersandung oleh kakiku sendiri. Bahkan lututku sempat membentur pinggiran ambang pintu dan sukses membuatku terjerembab.
Aku meringis apalagi saat pergelangan kakiku mengeluarkan darah.
Bukannya tertawa, lelaki itu mearikku dengan mudah agar berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE || Nct with sad ending- short story [ TAHAP REVISI]
Short StoryNCT ot23 imagine with sad ending 💔 || Short Story|| Prepare your hearts Special note Ga semua sad end ya...variatif aja