23. lupakan!

17 3 0
                                    

Happy reading:-)

**

~lupakanlah segala kenangan yang sudah berlalu, dan sekarang rangkai kenangan yang indah untuk selalu dikenang dalam hidup~

Valdo bertanya – tanya pada dirinya sejak meninggalkan sekolah tadi, ia ingin sekali menanyakan hal ini pada Shireen. Ia benar – benar tidak nyaman dengan semua ini. Apalagi menyangkut Dara.

Rasa lelah dan pegal karena mengendarai motor terlalu jauh menyerang Valdo. Ia langsung merebahkan dirinya diranjang empuk, tempat favorit semua orang.

Lapar  mulai menyerang perut Valdo, ah..ia malas untuk bangkit dari tempat favoritnya ini. Apalagi suara kebisingan yang terdengar begitu kerasnya menyerang gendang telinganya. Dan malas untuk bertemu dengan mama tirinya itu

Berbeda dengan rumah Shireen yang selalu sepi, rumah Valdo selalu dipenuhi tawa dan tangisan adek barunya, membuatnya frustasi jika dirumah ia mendengar suara tangisan bayi.

ia tidak akan menyangka ia mempunyai adek lagi setelah berumur cukup tua, punya adek yang jaraknya sekitar 10 tahun saja merepotkannya. Ketika keluar rumah untuk belanja bersama adeknya selalu orang akan mengatakan "anaknya mas? Cantik amat.pasti mamanya cantik" arrgghh.. mendengar orang mengatakan itu, Valdo ingin mencekik lehernya saat itu juga.  Masa iya, cowok semuda dan setampan dirinya sudah memiliki anak. Punya pacar saja belum. Papanya tidak berfikir tentang hidupnya, seharusnya jika papanya akan memiliki anak lagi, seharusnya ia bilang dulu ke Valdo. Tapi apa daya papanya tidak akan sepeduli itu padanya. Mungkin jika Valdo membawa adeknya ke supermarket orang–orang akan mengatainya "pamu"( papa muda). Jarak antara Valdo dan adeknya sekitar 18 tahun. Cukup pantas jarak antara anak dan ayah.

Ia tidak akan pernah membawa adek tirinya keluar rumah, apalagi untuk sekedar menggendong dalam rumah saja Valdo ketakutan. Dan perlu diketahui, sejak mama barunya itu mengandung bahkan, saat mamanya melahirkan adeknya. Valdo tidak pernah menanyakan sesuatu tentang adeknya itu. Saat adeknya datang kerumahnya ia tidak pernah menanyakan nama, jenis kelamin ataupun melihat wajahnya. Ia terlalu trauma pada anak-anak bahkan bayi sekalipun.

Suara tangisnya yang begitu kencang, seakan memecahkan gendang telinga Valdo, ia terlalu cuek terhadap keluarganya, kecuali pada adek kandungannya sendiri, Adel.

Valdo juga tidak pernah berbicara pada mama tirinya itu, Valdo tidak pernah sekalipun memanggil mamanya dengan sebutan "mama atau bunda atau ibu" ia lebih banyak pertanya pada asisten rumahnya, jika  ia  tidak tau. Valdo akan mencari sendiri hal yang dibutuhkan. Ia tidak akan pernah berbicara atau bertanya pada mamanya itu. Kecuali jika mamanya yang bertanya atau berbicara terlebih dahulu padanya.

Tidak ada yang peduli pada kehidupan Valdo, papanya yang super sibuk dengan pekerjaan dan istri barunya berserta anak barunya itu. Valdo ingin melawan papanya yang selalu membedakan dirinya dengan yang lain, menurut Valdo papanya kurang memberikan perhatian pada anak ke–duanya Adel. Mentang-mentang Adel sudah ada baby sitter nya kasih sayangnya hanya untuk bayi kecil yang belum bisa ngomong.

Maka tidak heran, jika ada makan malam bersama, Valdo selalu menolak untuk ikut bergabung. Entah kenapa ia jijik jika bergabung pada saat makan malam, papanya tidak akan pernah menanyakan tentang dirinya, malah papanya selalu membandingkan dirinya dengan anak temannya itu. Hal itu membuat Valdo kesal, ia akan makan jika sudah semua keluarganya tertidur.

Hari ini, hari yang sangat melelahkan. Rasa lapar disertai ngantuk berat setelah mandi mulai meningkat. Dan malas yang bercampur jadi satu.

Can Be With Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang