1. RANIA NISMARA
"Raniaaa! Bantuin Mama beresin ini dooong. Baru sampai kamu udah main gadget aja. Stalking mantan ya kamu?!"
Rania Nismara, gadis yang dipanggil barusan baru saja pindah bersama keluarganya dari Jambi ke Jakarta. Jauh banget 'kan? Tetapi karena Papa Rania pindah tugas, mau tidak mau mereka harus pindah rumah juga.
Mama Rania bilang tadi stalking mantan? Bagaimana mau stalk mantan, kalau dia saja tidak punya mantan. Iya, Rania belum pernah pacaran.
Rania memejamkan matanya sebentar, ia baru saja berbaring di kasur melepas penat, kemudian menarik napas dan mengembuskannya seperti baru saja melepaskan semua beban hidupnya. Rania menegakkan badannya dan melakukan peregangan tubuh.
Huaaa capek banget gueee!
Dengan langkah gontai Rania menghampiri Mamanya di ruang tamu. Ketika sampai di ruang tamu, Rania membelalakkan matanya, melongo melihat pemandangan di depannya.
Kenapa bisa banyak sekali barang yang belum dibereskan?! Ah ya, mereka baru saja sampai. Ia menepuk keningnya dengan keras, Rania lupa. Untung cantik.
"Apa yang bisa saya bantu Kanjeng Ratu?" Rania membungkukkan badannya, seperti sedang menghormati ratu kerajaan.
Iya, mereka itu se-random ini. Keluarga ini memang bisa se-random ini. Keluarga yang sangat harmonis, Rania bisa merasakan kehangatan dan kenyamanan berada di tengah mereka. Rania selalu bersyukur, karena mungkin masih banyak orang di luar sana yang sudah berpisah dengan orang tua mereka, atau mungkin beberapa ada yang broken home.
Ekhem!
Mama Rania berdeham memperbaiki suaranya dan merubah sikapnya seperti layaknya seorang ratu.
"Tolong kamu letakkan barang-barang ini pada tempatnya, Upik Abu!" perintah Mama Rania dengan garang. Ini kenapa malah terlihat seperti ibu tiri yang menyiksa anaknya?
"Kok Upik Abu sih Maaa," rengek Rania.
"Sudah-sudah! Kamu Iyem dan kamu Inem, bereskan semua ini sekarang juga!" perintah Papa Rania yang sedang membawa beberapa barang dari dalam mobil yang terparkir di depan rumah mereka.
Rania dan mama mendelik ke arah papa. Rania, mama dan papa merapikan semua barang-barang itu ke tempat yang telah ditentukan oleh mama.
"Ma, di meja makan nggak usah tarok bunga, ribet," ucap papa tiba-tiba, membuat Rania menoleh melihat mama dan papa yang sepertinya sebentar lagi akan adu mulut. Rania menghela napas.
"Biar cantik dong, Pa. Kalau nggak pakai bunga sepi banget jadinya, masa nggak ada apa-apa di atas meja makan," balas mama tak mau kalah.
"Kan kita bisa taruh buah-buahan di sana." Papa menatap tajam ke arah mama.
"Ya tapi kan harus ada bunganya juga dong, Paaa." Mama membalas tatapan papa lebih tajam sambil berkacak pinggang.
Rania memijit kepalanya melihat tingkah mama dan papa. Kemudian mengusap dagunya sedang memikirkan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini.
Rania menepuk tangannya dengan agak keras, sontak mama dan papa terkejut mendengarnya.
"Gini aja, keduanya kita taruh di atas meja makan dan meja tamu, gimana?" tanya Rania dengan hati-hati, takut kalau papa dan mama kembali cekcok.
Papa dan mama tampak sedang memikirkan hal itu, sedetik kemudian mereka akhirnya menganggukkan kepala menyetujui saran Rania. Akhirnya Rania bisa bernapas lega dan meletakkan bunga dan buah-buahan itu di atas meja.
"Akhirnya selesai juga," kata Rania sambil meregangkan tubuhnya.
"Ma, aku boleh ke kamar lagi kan?" Rania menampakkan wajah melasnya pada mama, terlihat kedua bahunya menurun.
"Hm. Tapi jangan stalking mantan terus kamu ya, move on dong."
Rania menggeram, "Aku gak punya mantan, Mamaaaa."
"Lho! Terus yang waktu di Jambi itu siapa? Pacar kamu kan? Terus karena kalian pisah, jadi putus."
"Mama kebanyakan nonton sinetron sih, jadi ngawur gitu. Dia cuma teman aku. Udah ah, aku mau tidur."
Rania langsung berjalan menuju kamarnya meninggalkan mama dan papa yang terbengong melihat tingkah anaknya.
"Nggak sopan ya kamu sama mama." Mama kembali merengek.
"Ma," panggil papa yang entah kenapa menatap selidik ke arah mama.
"Apa?!"
"Jangan-jangan yang punya mantan di Jambi itu mama, ayo ngaku!"
Mama menatap tajam papa, dan dengan gesit memukul papa tanpa ampun, yang berakhir dengan papa yang terus saja tertawa geli merasa bahagia mengerjai mama.
Sedangkan di dalam kamar, Rania berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Jujur sebenarnya Rania tidak ingin pindah, tetapi mau bagaimana lagi. Kalau ia tidak ikut bersama orang tuanya, tidak ada siapa-siapa lagi di Jambi yang bisa menemaninya.
Kebanyakan saudara Rania pisah-pisah, maksudnya itu ada yang tinggal di Bandung, Padang, bahkan ada yang di Kalimantan. Kenapa? Karena mereka semua bekerja di perusahaan yang sama, menjadi kepala perusahaan yang cabangnya ada di beberapa daerah di Indonesia. Termasuk Papa Rania yang menjadi kepala perusahaan di Jakarta, menggantikan kakaknya yang baru saja meninggal dua minggu lalu. Terus yang membangun perusahaan tersebut siapa? Jawabannya adalah Kakek Rania.
Keluarga Rania merupakan salah satu keluarga terpandang di Indonesia, karena Kakek Rania termasuk jajaran orang terkaya ke-7 di Indonesia.
Setelah lama dalam lamunannya, Rania mengambil handphone-nya, lalu membuka aplikasi Instagram.
"Udah seratusan aja nih yang follow. Tapi ini siapa aja sih? Kok nggak ada yang gue kenal?"
Rania menscroll down halaman Instagram-nya, lalu mengecek biodata itu satu persatu, kali saja ada teman yang dia lupakan. Lalu mengikuti balik akun yang dirasanya memang ia kenali.
Rania memang selalu menjadi pujaan para cowok di mana pun karena kecantikan paras dan hatinya. Namun ia tidak pernah sadar kalau ia telah menjadi idola banyak orang sejak dulu. Ketika dibilang cantik, ia merasa bahwa dirinya biasa saja. Dibilang baik juga biasa saja, membantu orang lain kan tidak ada salahnya.
Karena kecantikan dan kebaikannya itu membuat banyak cowok baper tak keruan. Pernah nih, ada cowok culun pakai kacamata tebal lagi dibully sama siswa lain, lalu Rania menolong cowok culun itu dan berani melawan beberapa cowok yang nakal itu.
Eh, si cowok culun malah kebaperan dan malah mengira Rania membantunya karena suka kepadanya. Lalu cowok culun itu hampir selalu mengikutinya dan membuat Rania tak tenang sepanjang hari. Sampai Rania harus meminta tolong pada temannya untuk berpura-pura menjadi pacarnya, karena itu ia bisa bebas dari cowok culun. Dan malah berakhir dengan Mama yang selalu menyinggung tentang hal itu. Mama mengira Rania benaran pacaran, padahal itu cuma pura-pura.
"Semoga aja gue bisa lebih tenang sekolah di sini dan jangan sampai ada geng-geng nakal lagi."
**
a/n:
yak itu dia gambaran singkat tentang Rania.
apa pendapatmu tentang Rania?
seperti yang sudah aku umumkan sebelumnya kalau cerita ini kembali dipublish. perbedaan dengan yang sebelumnya nggak terlalu banyak, sekitar 30%-40%. mungkin aku bakal nambahin scene dan mengubah scene, memperbaiki typo dan tulisan supaya lebih enak dibaca.
so, ikutin terus perjalanan mereka ya.
jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian, biar bisa seru-seru bareng di sini.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAGES
Jugendliteratur𝙍𝙀𝙁𝙊𝙐𝙍 : "SIAPA YANG BERANI GANGGU, MAKA AKAN SELALU KITA INCAR!" *** "REFOUR itu geng yang paling ditakuti di wilayah sini, apalagi Rages Yogaswara si ketua yang nggak pernah ngebedain mau cewek atau cowok, semuanya disikat habis sama dia." R...