Paperplane : 11

3.8K 522 2
                                    

Selamat pagi Bradford ...

Zayn pov

Aku terbangun dari tidur-ku. Semalam, ibu sudah membantu-ku untuk packing. Ya, kami akan menetap di London untuk selamanya. Dan, Bradford? bahkan, aku tidak tahu kapan aku bisa kembali ke kota ini. Kota kelahiran-ku, kota dimana aku tumbuh dewasa, dan kota dimana aku bertemu dengan cinta pertama-ku, Daphney ..

Aku pun bergegas untuk mandi. Ya, aku tidak bersemangat untuk sarapan.

Kulihat dari jendela kamar-ku terlihat seorang gadis yang tak lain adalah Daphney. Ia tengah duduk diatas jendela-nya sambil menimang-nimang sebuah benda dan benda itu adalah kalung pemberianku.

Apa dia merasakan rasa kehilangan seperti-ku?

Sebaiknya, setelah ini aku menghampiri-nya.

"Zain, kau mau kemana?" tanya Ibu yang tengah membantu adikku memasukan koper-nya kedalam mobil. "Aku ingin bertemu Daphney, bu!" aku pun berlari menuju rumah Daphney sambil menggenakan jaket-ku. Kebetulan, cuaca hari ini sedang gerimis. Sama seperti perasaan hati-ku.

Aku pun mengetuk pintu rumah Daphney. Sampai pada akhirnya, Mommy Daphney membukakan pintunya untukku.

"Kau terlihat tampan Zain, apa kau mau mengencani putri-ku?" tanya Mommy Daphney.

Astaga ... kenapa wanita itu seolah-olah membaca pikiran-ku? ya, aku ingin sekali mengencani putri-mu itu Mrs, tetapi, waktu yang tidak memungkinkan kami untuk bersama.

"Boleh aku menemui Daphney untuk pamitan, aunty?" tanya-ku. Terlihat ekspresi kaget dari wajah wanita itu. "Kau mau pamitan? pamitan kemana Zain?" tanya Mommy Daphney yang nampak kaget. Apa Daphney tidak menceritakan akan kepindahan-ku ini pada ibunya sendiri? setahuku, dia adalah gadis yang terbuka sekali pada orang tua atau orang terdekatnya.

"Aku akan pindah ke London, aunty. Maaf jika aku baru mengabarkan-mu!" seru-ku. "Oh, Zayn .. cepatlah kau temui Daphney! pantas saja semalaman ia tak mau makan atau keluar dari kamar-nya! pasti ia merasa berat hati untuk berpisah dengan-mu!"

Sudah kuduga! pasti gadis itu melakukan hal yang tidak-tidak. Aku pun segera berlari ke kamarnya dan menemukan seorang gadis yang tengah duduk diatas jendela sambil membenamkan kepalanya kedalam kedua lutut.

"Daphney ..."

Tidak ada jawaban.

"Daphney .. maafkan aku" aku pun berjalan mendekati-nya.

"Daphney, jangan seperti itu .." ucapku.

"Kenapa k--kau harus pergi? a--aku akan kehilangan sahabat Zayn!" ucapnya lirih.

"Hei, lihatlah aku ada disini Daphney .." ujarku. "A-aku tidak ingin berpisah denganmu .." lagi-lagi ia menangis. "Aku berjanji suatu saat nanti kita pasti bisa bertemu Daphney!" seruku sambil tersenyum.

"Berjanjilah pada-ku Zayn .." ia mengacungkan jari kelingking-nya. Aku pun mengaitkan kedua jari kelingking kami dan tersenyum kearah Daphney yang juga sedang tersenyum pada-ku.

"Kalau begitu, jangan menangis lagi ya? wajahmu berubah seperti monster zombie lhoh, jika kau terus menangis seperti itu!" seru-ku berusaha membuatnya tersenyum.

 "I love you, Zayn!" seru Daphney.

Apa? apa aku tak salah dengar? jadi ia sudah tahu apa itu arti dari cinta?

"Kau tahu apa artinya, Daph?" tanyaku. Dia hanya menatapku sambil menggeleng.

Oh, tuhan! kapan gadis ini bisa tahu apa arti dari kata 'cinta' tersebut. Kenapa ia polos sekali? bahkan anak kecil berusia sembilan tahun saja sudah tahu apa itu arti dari cinta.

"Apa kau akan pergi sekarang Zayn?" tanya Daphney memecah lamunan-ku. Aku mengangguk sambil mengacak-acak rambut panjangnya yang diikat dengan asal. Walaupun, begitu ia tetap terlihat cantik.

"Aku akan merindukan-mu Mr.Malik!" seru Daphney sambil tersenyum kecil.

-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --

"Bye Aunty!" aku melambaikan tangan-ku pada ibu Daphney dan pada Daphney tentunya. Ayah pun melajukan mobil kami menuju airport.

Selamat tinggal Bradford! selamat tinggal rumah-ku dan selamat tinggal Daphney!

Huh, air mata-ku terjatuh setiap kali mengigat gadis itu.

Paperplane ⇒ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang