Bulir-bulir air mata mengalir membasahi pipi-ku.
Aku sudah terkulai lemah didepan pintu apartment-ku sendiri.
Tanpa sengaja, aku harus bertemu kembali dengannya padahal, aku sendiri yang menghindari pertemuan itu.Daphney pov
Aku menyandarkan diriku didepan pintu. Aku tidak tahu harus melakukan apalagi dan, aku sama sekali tak bermaksud untuk membuang kalung itu mentah-mentah dihadapan Zayn. Jujur, aku menyesali perbuatanku itu. Dan, disaat Zayn hendak memungut kalung itu, aku malah menutup pintu dan menguncinya. Apa yang harus kulakukan?
Aku pun membalikan tubuhku dan membuka kunci yang masih terpasang di lubangnya. Setelah itu, aku memutar knop pintu dan terlihat seseorang sudah terlelap dengan posisi duduknya. Orang itu adalah Zayn! kenapa dia masih disini?
Aku pun menguncang-guncang tubuhnya. Namun, tak ada respon sama sekali.
Aku ingin sekali memutar waktu agar bisa bersama Zayn.
Tetapi, kali ini aku harus membuang jauh-jauh pemikiran macam itu. Walaupun, aku sama sekali tidak bisa merelakannya. Ini semua tidak sepenuhnya menjadi kesalahan Zayn karena, aku sendiri yang bertingkah bodoh dan terlalu polos untuk mengerti apa itu arti dari semua yang pernah terjadi diantara kami. Zayn juga pernah mengatakan pada-ku jangan membencinya atau bahkan melakukan hal yang tidak-tidak setelah aku mengetahui apa arti dari 'cinta'.
Tetapi, tak bisa dipungkiri lagi rasa kekecewaanku mengalahkan semua pemikiran bijakku itu.
-- -- -- -- -- -- -- -- --
Zayn pov
Aku membuka kedua kelopak mataku. Samar-samar dapat kulihat langit-langit sebuah ruangan yang tidak kuketahui adanya dimana. Aku pun bangkit dari posisi tidur-ku ternyata, aku sedang berbaring diatas sebuah sofa. Aku menoleh kearah kanan-ku. Ada sebuah meja bundar dan kalung berbentuk pesawat itu tergeletak diatasnya. Aku pun meraihnya dan kusematkan dileherku.
Aku pun mendongak kearah sebuah pintu. Terlihat seorang gadis tengah memainkan ponselnya sambil menyuap sesendok sereal kedalam mulutnya. Kurasa, aku sudah sangat familiar dengan wajah gadis itu. Ya, tentu saja gadis itu adalah Daphney. Akhirnya, aku mendapatkan jawabannya bahwa aku sedang berada didalam apartment Daphney.
"Daphney .." aku pun berjalan mendekatinya. Ia hanya menoleh dan kembali fokus kelayar ponselnya. "Kenapa aku bisa ada disini?" tanya-ku sambil berdiri tepat dihadapan gadis itu. Namun, ia masih tak mau menjawabku.
"Kutanya, kenapa aku bisa ada di apartment-mu?" tanya-ku dengan nada suara yang lebih tinggi lagi. Ia pun menoleh kearahku dan hendak membuka mulutnya namun, semua itu gagal karena, ada panggilan masuk dari ponselnya.
"Hi?" gadis itu pun melangkahkan kakinya dan mendaratkan tubuhnya diatas sofa tempatku tertidur tadi.
"....."
"Astaga, Skandar! aku benar-benar merindukanmu!"
Siapa itu Skandar? aku pun menyimak pembicaraan gadis itu dengan lawan bicaranya dengan lebih jelas lagi.
"....."
"Ya, tak masalah lagipula jarak kantor dan apartment-ku tidak begitu jauh!"
"....."
"Hah? dia meminta ponselku? untuk apa?"
"...."
Siapa yang meminta nomer ponsel gadis itu? bahkan, aku saja tidak mempunyai nomer ponselnya.
"Baiklah, berikan saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Paperplane ⇒ z.m
FanfictionI'd rather be called a boy and play with Paper airplanes, than be called a man and play with girl's heart. -Paperplane Amazing cover by Lou_Caster