Zayn pov
Aku baru saja pulang dari taman Griffith. Apalagi kalau bukan menemui Daphney dan menjelaskan semuanya pada gadis itu? lagipula, ada Perrie, bukan?
Ngomong-ngomong soal Perrie, kenapa ia tak pernah memberiku kabar? kenapa akhir-akhir ini ia tak menjawab teleponku atau membalas pesanku?
Kuputuskan untuk mengiriminya pesan.
To: Perriexx
Hi, Perrie!
Kemana saja kau selama ini?
Kau sedang tour di L.A. bukan?
Jika kau ada waktu, datanglah ke hotel tempatku dan the boys berada!P.s. Aku merindukanmu!
Setelah itu, aku pun membaringkan diriku diatas tempat tidur dan menatap langit-langit kamar. Mengingat saat-saat bersama Daphney membuatku tersenyum sendiri.
Yeah, kuharap suatu hari nanti, aku bisa berbahagia bersamanya.
Walaupun, kami tidak dapat bersatu.
Daphney povAku menatap Niall yang sedang duduk sambil memainkan gitarnya dibalkon kamar. Suaranya begitu merdu akan tetapi, kenapa ia terlihat sedih?
Aku pun menghampiri Niall dan menepuk pundaknya.
"Hey,Niall!" Sapaku. Niall pun berhenti memainkan gitarnya dan meletakannya disalah satu sudut balkon.
Ia tidak membalas sapaanku melainkan duduk bersila dibalkon. Aku pun ikut duduk dihadapannya dan menatap Niall. Tak biasanya ia seperti ini.
"Kau sedang lapar ya?" Tanyaku. Biasanya, Niall berubah menjadi menyebalkan saat sedang lapar.
"Apa pedulimu?" Tanya Niall ketus.
"K--karena, aku temanmu. Ya, temanmu!" Aku pun berusaha tersenyum walaupun, rasanya agak canggung.
"Teman? Ya, mungkin kita akan selalu menjadi teman!" Seru Niall sambil terus menerus menekankan kata 'teman'.
Aku sendiri tak mengerti apa maksud Niall sehingga, aku lebih memilih untuk diam.
"Kau memang tidak pernah mengerti ya?" tanya Niall lirih.
"K--kenapa kau berkata seperti itu, Nee?" Tanyaku.
"Karena, aku mencintaimu, Daphney! Namun, kau malah lebih memilih Zayn!" Seru Niall berbisik tetapi, aku masih dapat mendengarnya dengan jelas.
Seketika sekujur tubuhku seperti disengat listrik. Bibirku sudah terkatup dan lidahku kelu.
Jadi, selama ini Niall menyukaiku akan tetapi, aku tidak pernah menyadarinya.
Dan, yang lebih parahnya, saat itu aku masih menyukai Zayn bahkan, aku menceritakannya pada Niall.
-- -- -- -- -- -- -- --
Niall pov
Aku segera bangkit dari tempat dudukku dan meninggalkan Daphney yang masih membisu.
Yeah, aku tahu aku egois tetapi, aku benar-benar tidak tahu harus apalagi.
"Ni--Niall .." ujar Daphney tiba-tiba. Aku pun menoleh kearah gadis itu dan menatapnya menunggu kata-kata keluar dari mulutnya.
"Aku minta maaf, Nee .. aku memang tidak bisa berbohong kalau aku memang sudah menaruh hatiku sepenuhnya pada Zayn. Jadi, tidak ada salahnya bagi kita untuk mencoba bukan?" tanya Daphney.
Aku mengerutkan keningku dan mencoba mencerna perkataannya.
"Maksudmu ... kita .." belum selesai aku bicara Daphney sudah memotongnya.
"We're official!" ia pun tersenyum lebar.
Whoa! rasanya aku ingin terbang menuju antariksa!
Astaga! aku tidak sedang bermimpi bukan?
"Terimakasih Daphney .." ucapku.
Vomments!
KAMU SEDANG MEMBACA
Paperplane ⇒ z.m
FanfictionI'd rather be called a boy and play with Paper airplanes, than be called a man and play with girl's heart. -Paperplane Amazing cover by Lou_Caster