Daphney pov
"Kau tidak mengantuk?" tanya Niall yang masih mengunyah snack milikku. Dasar rakus!
"Tidak!" aku pun menganti channel televisi.
"Lagipula, tidak ada acara yang bagus. Kenapa kau masih tetap menganti channelnya?" tanya Niall.
"Apa urusanmu?" tanyaku memutar bola mata dan kembali menganti channel televisi berkali-kali.
"Memangnya, tidak boleh bertanya ya?" tanya Niall mendongakan kepalanya kearahku.
Astaga! anak itu tidak tahu ya, kalau sekarang jantungku sudah bekerja dua kali lipat lebih cepat?
"Tak bisakah kau berhenti bertanya Nayell?" tanyaku berharap ia mau berhenti bicara.
"Aku lapar .. aku ingin Nandos!" seru Niall dengan wajah memelasnya. Ya, tuhan! kenapa mahluk semenyebalkan Niall bisa memiliki wajah yang sangat cute? itu membuatku tidak bisa memarahinya sama sekali.
"Ini sudah malam! diluar sana juga sedang badai salju. Apa kau mau mati kedinginan demi Nandos?" tanyaku.
"Aku rela melakukan apapun demi perutku yang malang ini!" seru Niall memegangi perutnya yang mungkin sedang keroncongan.
"Ck, kau ini!" aku segera bangkit dari sofa dan mematikan televisi. "Kau mau kemana?" tanya Niall lagi.
"Tidur! apa kau tak lihat sudah jam berapa?" aku pun bergegas menaiki tangga dan memasuki kamarku.
"Uhm, dimana aku bisa tidur Daph?" tanya Niall yang ternyata mengekorku dari belakang.
"Kau bisa tidur disofa ruang tengah!" seruku.
"Baiklah, selamat tidur Daphney! semoga kau bermimpi indah! oh ya, aku juga berharap dapat memimpikan Nandos! kalau begitu, aku tidur dulu ya?" ia pun segera melangkah menuju ruang tengah.
-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
"Jadi, apa yang akan kita lakukan di modest?" Tanyaku. Kini, kami sudah berada didalam mobil Niall.
Beruntung hari ini badai salju sudah reda sehingga, memungkinkan kami untuk keluar rumah.
"Kau akan menandatangani perjanjian fake dating itu!" Seru Niall.
"Hell-no! Bahkan aku tidak setuju sejak awal!" Seruku membuat Niall kaget dan mengerem mendadak.
"Apa kau mau hidup dengan tenang?" Tanya Niall.
"Tentu saja, hidupku sangat tenang sampai kau muncul dalam kehidupanku!" Seruku sambil membenarkan ikatan rambutku.
"Baiklah, terserah apa katamu. Tetapi, kita sudah sampai di modest!" Seru Niall menepikan mobilnya.
Niall pov
"Hey, Nee!" Seru Louis.
"Kemana saja kau?" Tanya Liam yang duduk disebelah Louis.
Apakah aku harus jujur kalau aku menetap diflat Daphney? Mereka memang sudah tahu kabar itu. Akan tetapi, mereka tidak mengetahui nama gadis itu. Sampai pada akhirnya, aku membawanya ke modest.
Sebenarnya, aku sama sekali tidak keberatan dengan usul ini. Akan tetapi, apa yang harus kukatakan pada Zayn? Bukankah ia masih mencintai gadis itu?
Sebut aku pengkhianat. Tetapi, memang begitulah kenyataannya!
Tiba-tiba Zayn keluar dari kamarnya. Dan pada saat itu juga Daphney memasuki modest.
Oh tidak!
"D--Daphney?" Tanya Zayn dengan suara yang cukup pelan akan tetapi, aku masih dapat mendengarnya.
"Apa yang ia lakukan disini Ni?" Tanya Zayn tepat ditelingaku.
"Eh--i, itu .." Aku benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Disatu sisi aku mengiginkan Daphney akan tetapi, aku merasa tidak enak pada Zayn. Apalagi kami harus menjalankan fake dating ini selama tour.
Otomatis, Daphney akan ikut tour bersama kami dan itu artinya, ia akan selalu bertemu dengan Zayn.
"Jadi, dimana gadis itu Horan?" Tanya Uncle Si tiba-tiba keluar dari ruangannya.
"D--dia!" Seruku menunjuk Daphney tanpa menoleh kearahnya.
"Apa maksudmu Ni?" Tanya Zayn lagi. Tetapi, ia berbicara dengan nada yang sangat rendah sehingga hanya aku yang bisa mendengarnya.
"Baiklah, siapa namamu?" Tanya Uncle Simon pada Daphney.
"Daphney" jawab Daphney.
"Apa kau sudah tahu apa maksud Niall membawamu kesini?" Tanya Uncle Simon.
"Ia mengatakan kalau kami harus menjalankan fake dating jika, aku ingin selamat dari fans-fansnya yang ganas itu!?" Seru Daphney dengan polosnya.
Tiba-tiba Zayn berjalan menjauhiku dan memasuki kamarnya. Sudah kuduga ia marah padaku.
"Kalau begitu, silahkan tanda tangani kontrak ini dan, kau akan menjalani fake dating bersama Niall selama satu bulan!" Seru Uncle Simon sambil menyerahkan Daphney secarik kertas.
"Aku? Menandatangani kontrak ini?" Tanya Daphney mengangkat alis kanannya.
"Ya, dan kau akan mendapat bayaran karena ini!" Seru Uncle Simon.
"Baiklah!" Daphney pun menandatangani kontrak itu. Itu berarti selama 1 bulan aku akan bersamanya!
"Kurasa dia gadis yang baik Nee!" Seru Liam lagi.
Tak lama, Harry pun datang dan ikut bergabung bersama kami. Ia menghempaskan dirinya disebelah Louis.
"Jadi, kau akan ikut tour bersama kami bukan?" Tanya Louis mengalihkan pandangannya dari Harry, kepada Daphney.
"A--aku?" Tanya Daphney. Apa gadis itu masih tidak mengerti?
"Tentu saja, selama satu bulan kedepan kau akan ikut tour bersama kami dan, kau akan bertemu dengan the girls!" Seru Liam menjelaskan.
Daphney hanya mangut-mangut. Padahal, aku tahu ia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Liam dan juga Louis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paperplane ⇒ z.m
FanfictionI'd rather be called a boy and play with Paper airplanes, than be called a man and play with girl's heart. -Paperplane Amazing cover by Lou_Caster