Paperplane : 25

2.9K 369 2
                                    

Daphney pov

"Morning ..." aku merengangkan kedua lenganku tinggi-tinggi keatas.

Hari ini, aku akan menemui Skandar karena, kebetulan ia sudah kembali dari Vienna! aku pun bersiap untuk menemuinya disalah satu cafe langganan kami.

Sepertinya, hari ini aku harus menggenakan mantelku. Karena, diluar sana hujan salju sangat lebat.

Aku memilih untuk naik taxi dalam cuaca yang kurang bersahabat seperti ini. Ya, aku tidak mau mati kedinginan dalam keadaan berdiri diluar sana.

"Terimakasih!" seruku pada sopir taxi yang kembali melajukan mobilnya. Dalam cuaca dingin seperti ini memang sulit sekali untuk mencari pelanggan apalagi, orang-orang lebih memilih untuk berada didalam rumah.

Aku pun memasuki cafe langgananku dan Skandar. Terlihat seorang lelaki melambaikan tangannya kearahku. Tak salah lagi itu pasti Skandar!

"Hei bro!" seruku.  "Astaga .. aku benar-benar merindukanmu!" seruku lagi sambil menepuk-nepuk pundaknya.

"Kau merindukanku karena, tidak ada rekan kerja yang membantumu bukan?" tanya Skandar. Aku hanya terkekeh mendengarnya.

"Kalau begitu, apa yang ingin kau pesan?" tanya Skandar lagi. "Uhm, hot cakes dan cokelat panas jadi pilihan yang sangat tepat untuk cuaca seperti ini!" seruku. Skandar pun memanggil pelayan dan mengatakan pesananku juga pesanannya.

"Jadi, bagaimana pekerjaanmu di Vienna?" tanyaku pada Skandar yang tengah menyeruput kopi-nya.

"Begitulah. Tidak begitu mengesankan! pada pekan terakhir sedikit sekali pasien yang berkunjung padahal, atasanku memberiku target yang jauh diatas perkiraan!" seru Skandar.

"Huft .. aku juga seperti itu!" seruku sembari memotong hot cakes dan memasukannya kedalam mulutku.

-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --

"Sampai jumpa Skandar!" aku pun melambaikan tanganku kearahnya.

Aku terpaksa kembali ke flat dengan berjalan kaki karena, sama sekali tidak ada taxi yang lewat didepan cafe. Huft .. naas sekali nasibku ini.

Setelah berjuang menempuh perjalanan yang lumayan jauh dengan cuaca dingin yang begitu menusuk tubuhku akhirnya, aku pun sampai didepan flat.

Astaga aku benar-benar merasa seperti berdiam diri didalam lemari pendingin selama berhari-hari. Padahal aku sudah menggenakan pakaian hangat dan syal tetapi, tetap saja hawa dingin itu menusuk tubuhku.

-- -- -- -- -- -- -- -- -- --

Hari ini, seharusnya aku kembali bekerja. Tetapi, karena diluar sana sedang terjadi badai salju seluruh kantor dikota pun diliburkan. Sampai-sampai cafe dan berbagai toko dipinggir kota juga ikut tutup karena, parahnya badai salju yang melanda kotaku pagi ini.

Drtt .. drtt ..

Ponselku berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Saat aku melihatnya ternyata, itu dari Niall.

"Halo?"

"Hai, Daphney!"

"Ada apa Nee?"

"Bisakah kau datang ke modest? kau tahu tempatnya bukan?"

"Kau sudah gila ya? diluar sedang badai salju tahu!"

"Benarkah? pantas saja sedari tadi aku kedinginan! baiklah, aku akan menjemputmu!"

"Tidak bisa Ni! diluar sana sedang badai salju dan pintu masuk menuju flatku sudah tertutupi oleh salju!"

"Tenang saja aku bisa mengatasinya!"

"Terserah! kalau kau mau terkena flu atau bahkan mati kedinginan!"

"Jadi, kau mengkhawatirkanku ya?"

"Ck, tidak usah terlalu percaya diri!"

"Hahaha, baiklah tunggu aku Daphney!"

"Ya--ya--ya"

Aku pun mematikan ponselku. Apa Niall sudah gila? diluar sana sedang badai salju lalu, ia ingin menjemputku? bahkan aku sama sekali tidak sanggup untuk berjalan keluar sana. Kini aku masih memeluk erat selimutku.

Tiba-tiba ponselku berdering lagi. Aku pun melihat nama yang tertera ternyata Niall lagi.

"Apa lagi?"

"Grr .. a--aku sudah didepan flat-mu! cepatlah i--ini dingin!"

Cepat sekali ia sampai! aku pun menurunkan selimutku yang hampir menutupi seluruh tubuhku itu lalu, menggenakan slippers dan sweater-ku untuk membukakan Niall pintu.

Aku pun memutar knop pintu. Salju-salju itu hampir menutupi seluruh jalan masuk menuju pintuku.

"Ni!" aku pun memanggil anak itu. Tubuhnya benar-benar kaku bibirnya juga membiru. Sudah kuduga ia pasti terkena hipotermia.

"Kau ini kenapa nekat sekali sih? sudah kukatakan bukan kalau cuaca diluar sana benar-benar tidak bagus!" seruku sambi menyalakan perapian diruang tengah.

"I--iya, apa ada cokelat hangat?" tanya Niall sedikit gemetaran. Aku pun membuatkan anak itu cokelat hangat dan juga panecake dengan saus maple diatasnya.

"Ini, sebaiknya kau beristirahat!" Niall pun meneguk segelas cokelat hangat itu dan menyantap panecake yang memang sengaja kubuat untuk sarapan.

"Lain kali, jangan seperti ini lagi Ni!" seruku. Niall hanya tersenyum dan kembali meneguk cokelat hangatnya. Kalau dilihat-lihat Niall benar-benar imut!

"Jadi, ada apa kau kesini?" Tanyaku.

"Aku sudah mengatakan semuanya pada pihak management-ku. Mereka mengiginkan kita menjalankan semacam fake dating!" Seru Niall

"A--apa? Kau bercanda bukan?" Tanyaku tak percaya.

"Apa nada bicaraku terdengar seperti sedang bercanda?" Niall mengangkat sebelah alisnya naik.

"Tidak aku tidak setuju!" Bahkan aku sama sekali tidak berpengalaman dalam hal berkencan.

"Terserah kau saja. Apa kau mau pulang dengan keadaan tangan lebam wajah memar dan cakaran-cakaran ditangan?" Tanya Niall lagi.

"Tentu tidak. Apa fans-mu seganas itu? Seperti singa saja!" Cibirku.

"Ya, sebagian dari mereka memang sangat fanatik padaku karena, aku keren!" seru Niall.

"Kenapa kau percaya diri sekali?" tanyaku sekaligus menyindirnya.

"Hahaha! akui saja kalau aku ini keren, Daph!" seru Niall. "Tidak!" seruku sambil menggelengkan kepalaku. "Yasudah, terserah apa katamu! jadi, setelah badai salju reda kita akan berangkat ke modest!" seru Niall lagi. "Tetapi, salju-salju ini baru akan dikeruk lusa karena, hari ini tidak memungkinkan untuk melakukan pengerukan salju-salju itu!" seruku.

"Itu artinya, aku akan menetap disini sampai lusa!" seru Niall tanpa rasa berdosa.

Oh, tidak itu artinya, aku harus menampung monster yang kelaparan!

Paperplane ⇒ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang