Paperplane : 30

2.7K 374 3
                                    

Daphney pov

"Ugh, morning Daph!" ucap Niall yang masih setengah memejamkan matanya.

"Morning too, Ni!" aku pun bangkit dari tempat tidur dan bergegas untuk sarapan juga mandi. Karena, hari ini the boys akan melakukan interview.

"Tidak sarapan dengan yang lain terlebih dahulu, Daph?" tanya Niall saat aku tengah berada didalam kamar mandi.

"Kau duluan saja, nanti aku akan menyusul!" seruku.

"Baiklah, kau tahu tempatnya bukan?" tanya Niall setengah berteriak.

"Tentu saja!" sahutku dari dalam kamar mandi.

Usai mandi dan berganti pakaian, aku pun bergegas menuju ruang makan tentunya, untuk sarapan.

"Hei, Daphney!" sapa Eleanor yang duduk disebelah Louis. "Hey, Ele!" aku memilih untuk duduk diantara Harry dan Niall. Karena, memang hanya itu satu-satunya tempat yang kosong.

-------------------------------

"Aku duluan ya?" tanya Niall yang sudah menghabiskan cukup banyak makanan. Aku menganggukan kepalaku dan kembali menyantap sarapanku.

Satu per satu dari mereka pun meninggalkan ruang makan. Kini, tinggal aku dan Zayn.

Oh, ini akan menjadi awkward moment!

"Hi, Z--Zayn!" seruku menyapanya terlebih dahulu.

Ia tidak mengubrisku. Tetapi, malah kembali sibuk dengan ponselnya. Baiklah, kurasa aku tidak dianggap olehnya. Usai menyelesaikan sarapannku, aku pun bangkit dari tempat dudukku.

Namun, tiba-tiba Zayn menoleh kearahku.

"Uh--eh, ada apa?" tanyaku sedikit terbata.

"Huft, mungkin kita harus memulai semuanya dari awal, Daph!" seru Zayn dengan nada bicaranya yang dingin.

"Apa maksudmu?" tanyaku tak mengerti.

"Kau tahu, semua yang pernah terjadi diantara kita ... bisa kau lupakan?" tanya Zayn menundukan kepalanya. Dapat kulihat rahangnya mulai mengeras dan, ia mengepalkan tangannya seperti menahan emosi.

"Huft, baiklah! aku duluan ya?" aku pun melangkahkan kakiku kembali kekamar.

Apa Zayn sudah gila?
Ia memintaku untuk melupakan semuanya? memangnya itu semudah membalikan telapak tangan?huh.

Bagaimanapun juga, aku tidak akan pernah bisa melupakan sosok Zayn dan semua kenangan persahabatan dan lainnya yang kami alami bersama.

Dan, tak lupa ...

Janji itu.

-Skip-

The boys sedang melakukan interview. Sehingga, Eleanor dan Sophia mengajakku untuk berbelanja kesalah satu pusat perbelanjaan di Los Angeles.

"Apa menurutmu sackdress ini cocok untukku?" tanya Sophia.

"Hmm, yeah sangat cocok!" seruku menanggapinya sambil tersenyum. Tidak, bukan aku malas menanggapinya tetapi, aku masih terus memikirkan perkataan Zayn pagi tadi.

Kenapa ia mengiginkan kami mengulang semuanya dari awal?

Aku tidak habis pikir terhadap ucapannya pagi tadi.

Zayn pov

"Baiklah, cukup sekian untuk interview hari ini dan terimakasih!" seru si penyiar.

Akhirnya, interview pun selesai. The boys segera kembali menuju hotel diantar oleh Paul, tentunya. Sepanjang perjalanan, sama sekali tidak ada yang berbicara.

Paling-paling hanya keluhan Niall yang kesal akan kejahilan Louis.

Beruntung aku tidak duduk didekat si mahluk idiot itu. Kalau tidak, bagaimana aku bisa menenangkan pikiranku?

Ya, aku sedang memikirkan perkataanku pagi tadi pada Daphney.

Apa iya, gadis itu marah padaku?

Tetapi, bukankah itu untuk kebaikan kami juga?

Aku dan Daphney harus berpura-pura tidak saling kenal. Walaupun, Niall sudah mengetahuinya setidaknya, yang lain belum.

Yeah, walaupun rasanya sangat mustahil.

Sekarang, aku tahu, kita tidak boleh berjanji dan mengatakan sumpah jika, kita tidak bisa menepatinya. Karena, sudah pasti orang yang diberi janji akan merasa sedih bahkan, sakit.

Kalau begitu, saat sudah sampai nanti aku akan bicara pada Daphney dan kembali mengulang semuanya. Agar, kami juga bisa kembali berteman dan tidak saling bersikap canggung.

Maaf kalau gaje!

Vomments!

Paperplane ⇒ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang