Paperplane : 22

2.9K 365 2
                                    

Niall pov

Mobil sport milikku berhenti didepan sebuah aparment. Ya, aku baru saja mengantar Daphney. Seharian ini aku dan Daphney menghabiskan waktu bersama di Nandos bahkan, perutku sudah terisi penuh oleh makanan-makanan itu.

Daphney sangatlah menyenangkan pantas saja Zayn tidak dapat melupakannya! ditambah lagi ia juga cantik dan ceria itu membuatku merasa nyaman berada disampingnya.

Tunggu, merasa nyaman?

Apa yang baru saja kukatakan?

Apa aku menyukainya?

Tetapi, bukankah Zayn juga mencintai gadis itu walaupun, ia masih memiliki Perrie disisinya.

Sungguh tidak adil bagi Perrie maupun Daphney bukan? jika, Zayn memilih salah satu diantara mereka jadi, lebih baik aku saja yang menjadi kekasih Daphney!

Tunggu! apa yang baru saja kukatakan?

-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --

Daphney pov

Tak terasa hampir satu bulan aku bertugas di London. Kota dimana menara big ben berdiri dengan tegak, kota dimana aku menemukan banyak pelajaran dan apa itu arti dari cinta yang sebenarnya.

Tak lupa, kota dimana dia berada ...

Akhir-akhir ini aku sudah jarang sekali membuat pesawat kertas. Dikarenakan pekerjaanku yang terus menumpuk ditambah lagi dengan Niall yang selalu mengajakku pergi entah itu ke taman atau sekedar menemaninya makan siang ralat mentraktirku makan siang.

Ya, akhir-akhir ini aku memang dekat dengan Niall. Dan entah kenapa ada perasaan nyaman saat berada didekatnya. Walaupun begitu, tak senyaman disaat aku sedang bersama Zayn.

Aku memang selalu terlihat cuek dan bersikap dingin pada Zayn tetapi, dibalik semua itu aku sakit. Ya, aku merasakan sakit yang teramat dalam. Tetapi, aku tahu ini semua salah! sangat salah! aku mencintainya disaat yang tidak tepat. Dimana disaat ia sedang bersama gadis lain dan, saat itu aku datang kedalam kehidupannya kembali.

Bahkan, aku tidak tahu siapa yang berada diposisi bersalah.

Ah, sudahlah lebih baik aku beristirahat. Lagipula, jam dinding sudah menunjukan pukul dua belas malam. Apa kalian tahu? aku baru saja pergi bersama Niall.

Sudah kukatakan bukan? kalau ia seringkali mengajakku pergi? ya, begitulah Niall horan.

-- -- -- -- -- -- -- -- --

"Morning!' ucapku pada diri sendiri sambil merentangkan kedua lenganku tinggi-tinggi. Sedari tadi alarm butut yang sengaja kuletakkan dimeja belajarku sudah berdering untuk yang kelima kalinya. Persetan dengan alarm itu!

Aku pun mematikannya dan segera melangkahkan kakiku menuju kamar mandi tentunya, untuk mandi dan mencuci wajahku.

Hari ini, aku harus kembali bekerja seperti biasa. Setelah selesai mandi aku pun segera menggenakan pakaianku dan tak lupa mantel berwarna peach dan juga beanie dengan warna yang senada.

Aku memang suka sekali menggenakan pakaian dengan warna yang serupa.

 -- -- -- -- -- -- --

Tin Tin!

Terdengar klakson mobil berbunyi menandakan Niall sudah datang. Aku pun segera melangkahkan kedua kakiku dengan penuh semangat dan memasuki mobil sportnya itu. Niall memang sering bahkan selalu mengantarku maupun menjemputku. Skandar? ia masih bertugas di Vienna padahal aku sangat merindukannya.

Aku pun memasuki mobil Niall dan mendapati Niall yang tengah membenarkan beanienya. Setelah itu, ia pun menancap gas menuju kantorku.

Tak lama, mobil Niall pun berhenti didepan sebuah gedung yang tak lain adalah tempatku bekerja.

"Terimakasih, Horan! dan, sampai jumpa!" seruku sambil keluar dari mobil. Ia pun tersenyum dan melambaikan tangannya kearahku.

Paperplane ⇒ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang