Paperplane : 18

3.4K 432 1
                                    

Zayn pov

Aku membanting pintu kamar-ku dan itu menimbulkan suara yang cukup keras.

"Kau benar-benar bodoh Zayn!" aku merutuki diri-ku sendiri yang memang pada kenyataannya sudah bertindak bodoh.

Bagaimana aku bisa tidak tahu kalau Daphney juga datang ke pesta itu? dan, kenapa gadis itu bisa berada di London? seharusnya, ia berada di Bradford bukan?

Semua pertanyaan itu terus berputar-putar didalam otakku.

"Hei, Zayn!" terlihat Niall yang tengah berdiri diambang pintu sambil memegang sebungkus snack. "Ada apa dengan wajah-mu itu?" ia pun menghampiri-ku yang hanya bisa berdiri mematung menatap langit-langit kamar.

"Ceritakan saja pada-ku jika kau sedang ada masalah Zayn .." Niall pun menarik lengan-ku untuk duduk diatas tempat tidur milikku.

"Jadi, ada masalah apa dengan-mu?" tanya Niall lagi.

"Apa kau mengundang seorang gadis?" tanya-ku sambil mendongak kearah Niall. Yang ditanya malah menggaruk tengkuknya yang sepertinya, tidak gatal itu.

"Tentu saja aku mengundang banyak gadis!" seru Niall lagi. Astaga! benar saja. Ada banyak sekali tamu undangan yang diundang ke pesta Niall kemarin bukan?

"Maksudku, seorang gadis yang berlari kearah pintu keluar?" tanya-ku lagi.

"Seorang gadis yang berlari kearah pintu keluar?" tanya Niall mengulangi perkataan-ku. Aku membalasnya dengan anggukan.

Niall menggelengkan kepalanya. Huh! "memangnya ada apa? apa gadis itu Perrie?" tanya Niall lagi. "Tidak-- huft, kalau begitu apa kau mengundang seorang gadis bernama Daphney?" tanyaku langsung ke pointnya.

"Daphney? oh, kalau tidak salah dia adalah rekan kerja teman lama-ku, Skandar. Aku mengundang Skandar dan, ia mengajak Daphney ke pesta-ku. Tetapi, mereka mengatakan bahwa mereka hanya berteman!" seru Niall.

Apa dia Daphney yang dibicarakan oleh Niall?

"Kalau begitu, apa kau melihat dengan jelas pakaian yang dikenakan gadis itu?" tanya-ku lagi. "Umm, kalau tidak salah dress berwarna maroon!" seru Niall sambil melahap snack miliknya.

Tak salah lagi! dia benar-benar Daphney!

"Memangnya, ada masalah apa dengan gadis itu Zayn?" tanya Niall tanpa menatap wajah-ku karena, ia tengah sibuk memandang bungkus snack-nya yang sepertinya, sudah habis itu.

"Berjanjilah untuk tidak menceritakannya pada siapapun, Nialler!" seruku memperingatkan. "Termasuk Harry, Liam, Louis?" tanya Niall lagi. Aku pun mengangguk.

"Jadi, apa yang ingin kau ceritakan, Zaynie?"

Aku pun menceritakan semuanya kepada Niall. Mulai dari awal pertemuan kami, disaat aku mengutarakan perasaan-ku pada Daphney walaupun, ia sama sekali tak mengetahuinya dan, sampai kami harus terpisah karena, pekerjaan ayah yang dipindahkan ke London.

"Apa yang harus kulakukan Ni? aku benar-benar bodoh!" seru-ku sambil mengacak-acak rambutku frustasi. "Tenanglah Zayn! kau pasti bisa mengatasi masalah ini!" ujar Niall berusaha menenangkanku. "Bagaimana Ni? bagaimana? apa yang harus kulakukan?" emosi-ku sudah sulit sekali untuk dikontrol.

"Calm down, Zayn!" seru Niall sambil memintaku untuk kembali duduk di posisi semula.

"Dalam masalah ini, tidak ada yang salah! lagipula, kau dan Daphney tidak bertemu selama bertahun-tahun dan, disaat kalian dipertemukan dalam keadaan kau sudah memiliki gadis lain yaitu, Perrie!" seru Niall panjang lebar.

"Tidak ada yang salah bagaimana? bagaimana jika gadis itu sudah mengetahui apa arti dari cinta? bagaimana kalau ia sudah merasakan timbal balik dari perasaan tersebut?" tanya-ku lagi masih dengan emosi yang menyala-nyala.

Niall nampak berpikir sebentar kemudian ia hanya mengangkat kedua bahunya.

Apa yang harus kulakukan? menggejar Daphney? belum tentu juga ia mau menerima-ku kembali dan itu akan menyebabkan Perrie mengakhiri hubungan kami. Belum lagi komentar-komentar dari para directioners maupun publik! jadi, apa yang harus kulakukan? bagaimanapun, dalam posisi ini aku sangat bersalah pada Daphney dan juga Perrie karena, sudah membohongi keduanya.

Ya, kau adalah pembohong Zayn!

Daphney pov

"Kenapa wajahmu kusut sekali Daph?" tanya Skandar yang tengah menyetir. "Ah, aku hanya kelelahan!" seru-ku berbohong. Padahal, semalaman aku habis menangisi Zayn sampai-sampai aku tidak tidur. Berlebihan sekali ya? tetapi, kurasa kalian akan melakukan hal yang serupa jika berada di posisi-ku.

"Kalau begitu, sebaiknya kau tidak usah masuk kerja!" seru Skandar. Skandar pun meminggirkan mobilnya dan menghentikan kemudi.

Yang benar saja? padahal, tidak ada tanda-tanda demam sama sekali. "Bagaimana kalau kuantar kau kembali ke apartment-mu?" tawar Skandar. "Kau ini berlebihan sekali! sudahlah, apa kau mau terlambat?" Skandar pun kembali ke lajur jalan dan kembali menancap gas.

-- -- -- -- -- -- -- --

"Jangan terlalu dipaksakan!" seru Skandar sambil memberikan senyuman terbaiknya.

"Terimakasih atas perhatian-mu Mr.Stuward! tetapi, aku baik-baik saja!" seru-ku sambil berjalan masuk kedalam ruanganku.

-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --

"Jadi apa kau sudah selesai?" tanya Skandar sambil berdiri di ambang pintu. Aku pun merapihkan kertas-kertas yang berantakan diatas meja kerja-ku. Setelah itu, aku pun menghampiri Skandar. Mobil pun melaju menuju apartment-ku. Sedari tadi, kepalaku terasa pusing sampai-sampai ada pasien yang tidak mengerti apa yang kubicarakan untuk solusinya. Huft, apa ini efek dari semalam?

Aku membuka pintu apartment-ku dengan langkah gontai dan dalam sekejap aku sudah menghempaskan diriku diatas sofa.

Kepalaku serasa dihujam oleh ribuan tombak dan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Ditambah lagi dengan seorang Zayn malik yang kini telah menjadi seorang terkenal yang telah mengingkari janjinya.

Kenapa harus dalam saat seperti itu aku bertemu dengan Zayn?

Rasa sakit itu kembali muncul lagi. Mau tak mau air mata-ku turun membasahi kedua pipiku. Lengkap sudah penderitaan-ku ini!

Paperplane ⇒ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang