Paperplane : 28

2.7K 384 1
                                    

Zayn pov

Kini, aku dan yang lainnya sudah berada didalam pesawat. Sedari tadi, Harry sibuk memainkan ponselnya, Louis dan Eleanor sedang mengobrol entah apa yang mereka bicarakan, Liam dan Sophia pun begitu.

Pandanganku pun beralih pada Niall dan Daphney yang duduk tak jauh dari tempat dudukku dan Harry. Mereka tengah tertawa. Sepertinya, Daphney benar-benar telah melupakanku. Ia terliha bahagia bersama Niall. Apa ia sudah menutup hatinya untukku?

"Hey, Zaynie! kenapa sedari tadi kau diam saja?" tanya Harry.

"Tidak apa" aku pun berhenti menatap Niall dan Daphney. Hanya mereka yang sedari tadi tidak menyapaku sama sekali.

"Bisakah kalian diam sedikit?" teriak Louis pada Niall dan Daphney yang tengah tertawa terbahak-bahak.

Otomatis, semua mata tertuju pada mereka, termasuk aku.

Namun, tanpa sengaja mataku bertemu dengan mata Daphney. Gadis itu pun cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Aku pun memperhatikan sebuah benda yang tergantung diatas lehernya. Ya, itu adalah kalung berbentuk pesawat kertas dariku.

Kenapa ia masih menggenakan kalung itu?

 Daphney pov

"Hei, lihatlah Daph! awan-awan itu keren sekali bukan?" tanya Niall menepuk-nepuk pundakku.

"Yeah, keren!" setelah melihat keluar jendela pandanganku pun kembali pada Zayn. Tadi, aku sempat menangkapnya tengah memperhatikanku. Untuk apa ia memperhatikanku? apa penampilanku terlihat aneh?

-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --

"Akhirnya, kita sampai juga di Los Angeles!" pekik Louis. Eleanor yang melihat tingkah Louis langsung menjitak kepalanya.

"Hey!" Louis nampak tidak terima atas perlakuan Eleanor itu pun membalas gadis itu.

Alhasil, mereka saling menjitak satu sama lain. Dan, tingkah mereka itu menarik para paparazzi juga directioners yang sudah berkumpul menunggu kehadiran kami.

Tiba-tiba sebuah blitz kamera mengarah padaku dan Niall. Ck, mereka benar-benar membuatku risih.

Setelah berjalan menghadapi para directioners dan paparazzi yang ganas itu, kami pun memasuki bus yang akan mengantarkan kami menuju hotel.

-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --

"Sampai jumpa, Daph!" ucap Niall sambil berlari menghampiri the boys yang sudah terlebih dahulu naik keatas panggung untuk konser.

"Kau beruntung, Daphney!" seru Eleanor tiba-tiba.

"Beruntung? karena apa?" tanyaku menoleh kearah gadis itu.

"Yeah, kau sangat beruntung memiliki Niall!" ucap Eleanor sembari menampakan senyuman diwajahnya.

"Tidak, Ele. Kami hanya fake dating!" sergahku. Namun, Eleanor cepat-cepat menggelengkan kepalanya.

"Dia mencintaimu melebihi itu, Daphney!" seru Eleanor membuatku tercenggang.

"Tidak mungkin, Ele! kami juga terpaksa melakukan fake dating ini karena, kejadian kami sedang bermain-main ditaman saat hujan salju. Tetapi, paparazzi melebih-lebihkan berita itu!" seruku.

"Kalau begitu, kenapa kalian bisa pergi bersama jika masing-masing dari kalian tidak memiliki perasaan lebih?" tanya Eleanor menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi.

"Karena, kami teman baik!" seruku.

"Ck, kau ini benar-benar tidak mengerti ya?" tanya Eleanor memutar bola matanya lalu, pandangannya kembali mengarah padaku.

"Ya, aku tidak mengerti karena, kau tidak memberitahuku!" ucapku sambil tersenyum melihat Ele kembali memutar bola matanya.

"Hey, Daph!" Niall pun membuyarkan pandanganku dari Eleanor. Oh, rupanya mereka sudah selesai konser.

"Oh, rupanya kau Ni! ini!" aku pun menyerahkan sebotol air mineral pada Niall.

"Terimakasih!" ia pun meneguk air mineral itu dan menyeka keringat yang membasahi keningnya.

"Setelah ini, kita akan kembali bersama yang  lainnya!" seru Niall sambil mendaratkan tubuhnya diatas salah satu kursi yang terletak dibelakang panggung.

-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --

Jam dinding menunjukan pukul dua belas malam. Tetapi, mataku belum bisa tertutup sepenuhnya. Niall sudah terlelap terlebih dahulu dariku karena, aku tahu ia pasti kelelahan setelah konser tadi. Aku pun bangkit dari tempat tidur dan memastikan kalau NIall sudah benar-benar tertidur.

Lorong hotel yang ditempati oleh the boys dan para crew terlihat sangat sepi.

Namun, dapat kulihat samar-samar seseorang tengah berdiri dari atas balkon yang terletak tak jauh dari kamar-ku. Aku pun mengerjapkan mataku beberapa kali untuk memperjelas pandanganku. Tak salah lagi, ada seseorang yang tengah berdiri disana.

Karena penasaran, aku pun menghampiri orang itu.

Kini, aku sudah berada diatas balkon bersama orang itu. Lelaki itu tengah berdiri mematung dan kembali memandangi langit malam yang tidak dihiasi oleh bintang ataupun bulan.

Dulu, Zayn sering bercerita padaku kalau sedang merindukan seseorang lihatlah langit. Mungkin, orang itu juga sedang merindukan seseorang.

"Hey .." aku pun memberanikan diriku untuk menyapa orang itu.

Orang itu pun berbalik sehingga, ia dapat melihatku. Karena, cahaya disekitar balkon sangat redup ia pun harus mendekatiku terlebih dahulu untuk melihat wajahku. Begitu juga, denganku.

Namun, saat aku dan lelaki itu sudah saling berhadap-hadapan aku dapat menangkap sepasang mata hazel yang juga tengah menatapku.

Saat aku mengerjapkan kembali mataku, aku baru sadar kalau dia adalah ...

Zayn.

 

Paperplane ⇒ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang