"Eh ada Kana tuh, samperin sana!" suruh Indra sambil mendorong-dorong tubuh Aidan.
"Gue telat, Ndra. Dia udah gak mau ngomong sama gue," ucap Aidan lesu. Aidan menatap Kana yang sedang makan di bangku kantin paling pojok.
"Lo nyerah gitu aja?" tanya Elvan.
"Ya mau gimana lagi?" lirih Aidan. Ini salahnya membuat Kana bersikap begitu. Harusnya ia tidak kasar pada Kana. Seandainya waktu bisa terulang. Ya seandainya.
"Berusaha lah, Dan. Lo tahu gak sakitnya Kana pas lo tinggal di hutan? Gue gak tahu sih tapi pasti sakit banget," kata Indra.
"Sana samperin!" suruh Elvan sambil mendorong-dorong tubuh Aidan. Aidan pun berjalan pelan menuju tempat Kana.
"Na..." lirih Aidan. Kana tidak menoleh sama sekali. Kana malah sibuk bermain ponsel. Sedangkan Bulan dan Olivia yang sedang bersama Kana pun menoleh.
Bulan berdecih, "cih, ngapain lo ke sini? Mau nyakitin Kana?"
"Enggak deh kayaknya. Palingan mau tobat," ucap Olivia sambil terkekeh.
"Kana, gue pingin ngomong," ucap Aidan tidak menghiraukan Olivia dan Bulan.
"Ngomong aja kali," sahut Kana tanpa melihat Aidan.
"Berdua."
"Oke."
Bulan dan Olivia menatap Kana tidak percaya. Bisa-bisanya Kana memberi kesempatan untuk Aidan.
"Kalian duluan aja ke kelas," ucap Kana lalu pergi meninggalkan kantin dan disusul oleh Aidan. Kana berhenti di taman belakang sekolah.
"Ngomong apa?" tanya Kana. Kana masih enggan menatap Aidan. Kana takut ia akan luluh kalau ia menatap Aidan.
"Tatap gue, Na!"
"Harus banget?"
"Lihat gue, Na!" suruh Aidan sambil membalikkan tubuh Kana yang tadi memunggunginya. Kana menatap wajah Aidan. Kana menatap matanya.
"Gue kangen!" batin Kana bersorak.
"Kenapa lo harus ngehindarin gue?" tanya Aidan. Kana langsung terkekeh mendengar pertanyaan Aidan. Lucu rasanya pertanyaan itu keluar dari mulut orang yang tidak ingin kehadirannya.
"Lucu lo!"
"Maaf kalau gue kasar sama lo dan nyakitin lo," ucap Aidan. Dengan mudahnya Aidan mengucapkan kata maaf setelah memaki-maki Kana, menyakiti Kana, mengasari Kana.
"Bagus kalau lo sadar!" ucap Kana meniru kata-kata Aidan tempo hari. Kalimat itu menyakitkan baginya.
"Gue tahu gue brengsek tapi please jangan jauhin gue," ucap Aidan sambil menggenggam tangan Kana. Kana menatap tangan itu lalu tersenyum miring. Kana menghempaskan tangan itu begitu saja.
"Bagus kalau lo sadar betapa brengseknya lo. Dan apa lo bilang? Jangan jauhin lo? Bukannya lo dulu yang jauhin gue? Oh atau lo bilang gitu biar lo aja yang bisa jauhin gue? Lo mau gue gak jauhin lo tapi lo jauhin gue?" tanya Kana dengan nada tinggi. Kana benar-benar heran dengan sikap Aidan yang gampang berubah-ubah. Kana tidak bisa mengerti Aidan dan juga menebak pola pikir Aidan.
"Maafin gue, Na. Gue harus apa biar kita balik kayak dulu lagi?"
"Gampang banget ya minta maaf. Lo gak ingat lo dengan teganya ninggalin gue di hutan? Kalau misalnya gue mati di sana lo seneng kan? Gue kan cuma manusia ngerepotin dan gue gak pantes hidup, iya kan?"
"Gue tahu gak gampang maafin gue. Tapi tolong kasih gue kesempatan, Na. Gue pengen nebus kesalahan gue," ucap Aidan.
"Tuhan, aku gak tega lihat Aidan mohon-mohon gini," batin Kana.
"Bullshit tahu gak? Lo mau gue masuk jebakan lo lagi? Enggak sudi gue!" teriak Kana sambil mendorong tubuh Aidan. Kana hendak pergi tapi Aidan malah memeluknya.
"Gue sayang sama lo, Na. Gue beneran jatuh cinta sama lo. Semua yang gue bilang di hutan itu gak bener," ucap Aidan sambil memeluk Kana dengan erat. Kana mendorong tubuh Aidan lagi hingga pelukannya terlepas. Kana menatap Aidan tidak percaya. Aidan mau membodohinya lagi.
"Gue udah move on dari lo. Gue udah gak cinta sama lo," ucap Kana dan membuat Aidan menatap Kana tidak percaya. Tidak mungkin Kana semudah itu move on darinya.
"Bohong!"
"Gue suka sama Jordan, sahabat gue. Puas?"
"Bohong! Gue gak percaya, Na. Jangan bohongin perasaan lo sendiri. Gue yakin lo masih cinta sama gue," ucap Aidan.
"Seyakin apa lo sama perasaan gue? Intinya mulai sekarang anggap kita gak pernah ada apa-apa. Jangan ganggu gue."
Kana pun mulai melangkah meninggalkan Aidan. Selangkah... dua langkah... tiga langkah...
"Akhhh!" jerit Kana sambil memegang dadanya yang terasa sakit lagi. Kana duduk bersimpuh di atas rerumputan. Aidan yang melihat Kana kambuh langsung menghampiri Kana.
"Mana obat lo?" tanya Aidan panik. Aidan menopang tubuh Kana, tapi Kana langsung menepis tangan Aidan dan mendorongnya. Kana merogoh kantong bajunya untuk mengambil obat dan langsung menelannya tanpa minum air.
"Na, masih sakit?" tanya Aidan penuh perhatian. Aidan tidak menyentuh Kana lagi karena Kana terlihat sangat risi.
"Peduli apa lo? Waktu gue kambuh di hutan lo malah ngata-ngatain gue kan? Kenapa lo sekarang sok perhatian sama gue?"
Jleb
Benar kata Kana. Aidan meninggalkan Kana di hutan saat Kana sedang kambuh dan ditambah Aidan menyakiti Kana dengan kata-katanya.
"Gue minta maaf, Na."
"Kata maaf lo gak guna. Pergi!"
"Na, jangan kayak gini."
"Lo yang jangan kayak gini, Dan. Gue bilang jangan ganggu gue lagi," ucap Kana penuh penekanan.
"Gue maafin lo kok, Dan. Tapi tolong jangan sakitin gue lagi," batin Kana.
"Lo lagi sakit, Na. Biarin—"
"Iya gue sakit dan gue gak mau ngerepotin. Makanya lo sekarang pergi!"
"Enggak, Na. Gue gak akan pergi dari lo," ucap Aidan kekeh. Tiba-tiba Aidan mengangkat tubuh Kana dan menggendongnya ala bridal style.
"Aidan! Turunin gue! Gue bilang turunin!" teriak Kana sambil meronta-ronta. Kana memukul-mukul dada Aidan dengan bruntal.
"Pukul gue sepuasnya, Na."
"Turunin gue! Turunin! Gue bisa jalan! Aidan!" jerit Kana. Aidan tetap menggendongnya dan membawa Kana ke UKS
Happy new year ya😁😁😁😁😁
Update tanggal 1 Januari 2020 pukul 13.45 PM
KAMU SEDANG MEMBACA
Aidan's Trap (END)
Teen FictionKanafa Nia Lovata, punya penyakit jantung yang sering kambuh. Hari pertama MPLS Kana diklaim sebagai pacar Aidan Dimarka Arion. Kana akui Kana memang terpesona dengan Aidan. Tapi Kana yang polos membuat Kana tidak menyadari Aidan punya banyak paca...