30. Duka

6.9K 269 7
                                        

Saat pembelajaran sedang berlangsung, tiba-tiba ada pengumuman dari kepala sekolah yang menyuruh semua murid berkumpul di lapangan indoor karena cuaca yang sangat panas. Semuanya bersorak gembira dan berharap akan dipulangkan lebih awal.

Semua murid berbaris rapi sesuai dengan kelasnya masing-masing. Mereka penasaran dengan pengumuman apa yang akan disampaikan oleh kepala sekolah. Terlebih lagi terlihat anggota OSIS juga ikut berkumpul di depan dengan raut wajah yang terlihat sedih.

"Selamat siang, anak-anak!" sapa kepala sekolah SMA Galaksi.

"Siang, Pak!"

"Hari ini Bapak mau menyampaikan kabar duka sekolah kita. Salah satu anggota OSIS kita tiga hari yang lalu mengalami kecelakaan dan kita baru mendapat kabar sekarang," ucap kepala sekolah itu. Semuanya langsung ribut mendengar kabar tersebut. Mereka penasaran siapa yang mengalami kecelakaan itu.

Tina yang merupakan wakil ketua OSIS mendekati kepala sekolah dan membicarakan sesuatu. Kemudian Tina mengambil alih mic yang tadinya dipegang kepala sekolah.

"Semuanya, kalian pasti tahu Misha. Dia kecelakaan tiga hari yang lalu dan dia mengalami mati otak," ucap Tina dengan nada bergetar. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak mengalir. Tapi akhirnya Tina menangis juga.

"Dia... dia gak ada harapan hidup lagi," ucap Tina. Tangisnya pecah. Begitu juga dengan para anggota OSIS dan juga teman sekelas Misha. Semua yang mengenal Misha menangis. Para guru juga menangis karena mereka mengenal Misha dengan sangat baik.

"Dia masih di rumah sakit. Dia masih hidup, tapi dia gak bisa sembuh," ucap Tina lagi.

"Dia mantan lo kan, Dan?" tanya Indra sambil menyenggol Aidan yang terlihat melamun. Semua yang ada di dekat Aidan menoleh penasaran karena pertanyaan Indra.

"Gue pergi dulu," ucap Aidan lalu berlari pergi dari lapangan indoor. Aidan menuju toilet dan mengeluarkan ponselnya. Aidan mencari-cari kontak Misha dan menghubunginya. Beberapa kali Aidan menelpon tapi tidak diangkat. Dan pada panggilan ke 7 akhirnya dijawab juga.

"Hallo..."

"Iya, siapa ya?"

Jleb

Aidan meluruh seketika mendengar bukan Misha yang menjawab.

"Ini ibunya Misha? Mi-misha beneran kecelakaan?"

"Iya ini ibunya Misha. Misha beneran kecelakaan, Nak."

Terdengar isakan kecil dari ibu Misha saat menjawab pertanyaan Aidan. Aidan terdiam sejenak mencoba menenangkan diri. Aidan tidak menyangka Misha benar-benar kecelakaan.

"Iya Bu, terimakasih infonya."

"Iya, Nak."

"Misha..." gumam Aidan. Aidan merasa sangat berduka dengan keadaan Misha yang kabarnya mati otak dan tidak ada harapan untuk hidup.

"Aidan!" panggil Elvan. Aidan menoleh dan melihat Elvan dan Indra berjalan menghampirinya.

"Lo kenapa?" tanya Indra.

"Misha beneran gak punya harapan hidup," lirih Aidan.

"Iya kita semua berduka. Tapi jangan terpuruk banget, Dan," ucap Indra sambil membantu Aidan berdiri.

"Gue sayang sama Misha," ucap Aidan.

"Lo sayang sama Misha? Terus Kana, lo sayang dia juga kan?" tanya Elvan.

"Beda, Van. Gue sayang sama Misha karena dia udah kayak kakak gue. Dia baik banget sama gue," ucap Aidan. Matanya memerah karena menahan tangis.

"Ya jangan lo terang-terangan kayak gini terpuruknya. Kana bisa salah paham lihat lo gini," ucap Indra. Aidan pun menghela napas berat. Aidan sungguh merasa kehilangan. Misha adalah orang kedua yang meninggalkan Aidan saat Aidan sedang sayang. Ya walaupun sayang bukan sebagai pacar.

"Ya udah kita ke kelas sekarang. Gue mau cuci muka dulu," ucap Aidan. Indra dan Elvan menunggu Aidan mencuci muka dan mereka pun ke kelas bersama.

Sesampainya mereka di kelas, semua teman sekelasnya menatap Aidan.

"Eh ngapain ngelihatin gue?" tanya Aidan sambil terkekeh.

"Lo gak berduka? Dia kan mantan tersayang lo," ujar Bulan dengan nada menyindir.

"Cuma mantan dan gue gak sayang sama dia. Ngapain gue terlalu berduka?" ucap Aidan santai. Aidan pun berjalan menghampiri Kana yang sedang melamun.

"Na..."

"Pembohong," gumam Kana tapi Aidan masih bisa mendengarnya.

"Maksudnya apa, Na?" tanya Aidan bingung.

"Sekalinya pembohong ya gak bakalan pernah bisa jujur," gumam Kana lagi.

"Gue gak ngerti, Na. Lo ngomong apa sih?" tanya Aidan.

"Siapa yang ngomong sama lo?" tanya Kana sambil menatap Aidan sinis.

"Oh kirain ngomong sama gue," ucap Aidan sambil menyengir. Aidan menarik kursi di sebelah Kana dan duduk di sana.

"Siapa nyuruh lo duduk di sini?" tanya Kana.

"Gue sendiri."

Kana langsung merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Kana bangun dari duduknya dan menuju meja Indra dan Elvan.

"Van, lo pindah sana!" suruh Kana. Elvan pun menurut dan pindah ke samping Aidan. Aidan menatap semua gerak-gerik Kana. Ia merasa bingung dengan perubahan sikap Kana. Tadi pagi Kana tidak menolak duduk dengannya, tapi sekarang Kana tidak mau duduk dengannya.

"Kenapa dia, Dan? Kok kalian makin jauh?" tanya Elvan bingung.

"Gak tahu, Van. Gue bingung."

Update tanggal 2 Januari 2020 pukul 11.22

Aidan's Trap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang