Memperdebatkan hal yang
tak penting hanya akan membawa suatu hubungan ke jurang terdalam.Takkan bisa kembali,
Tak akan bisa diselamatkan.Selamat membaca🌻
......Sore ini---tepatnya saat sepulang sekolah, para siswa yang mengikuti ekstrakurikuler mading disuruh untuk berkumpul di aula serba guna.
Pak Sandi selaku pembina ektra mengumumkan perihal tersebut pada saat jam pelajaran terakhir tengah berlangsung.
Luna menghela nafas lega. Mungkin dengan hal ini, Luna bisa menghindar dari Skala.
Setidaknya, Skala tak punya kesempatan untuk menginterogasinya karena lelaki itu pulang lebih dahulu.
"Selama kamu kumpul, aku tunggu di kan.."
"Gak usah, kamu pulang duluan aja." tolak Luna cepat.
Dengan segera, Luna mengemas buku- bukunya lalu memasukannya ke dalam tas.
"Aku akan pulang bareng Dian," ungkap Luna lagi.
Skala menatap Luna lekat, membuat cewek itu mengeratkan pegangan tasnya.
"A.. aku ke bangku Dian dulu,"
"Lun,"
Luna menggigit bibirnya kuat- kuat, Skala tiba tiba menahan dirinya untuk beranjak.
"Luna," panggil Skala lagi, suaranya terdengar sangat berat.
"Maaf," ucapnya kemudian.
Setelah kepergian Luna dari lapangan, Skala mulai menyadari bahwa Luna merasa.. kecewa mungkin? Entahlah.
Jujur saja, Skala tak bermaksud apa apa untuk menerima pemberian minum dari Gadis. Skala hanya menghargai apa yang orang lain berikan kepadanya. Dan lagipula, Gadis memberikan air mineral ke teman temannya juga. Dan itu tak menjadi masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Подростковая литератураSKALA RAY BUANA, Seorang lelaki remaja yang memiliki banyak penderitaan dalam hidupnya. Semua berasal dari keluarga. Hidup tanpa perhatian dan kasih sayang dari orangtua menyebabkan sosok SKALA menjadi berandal dan keras kepala. SKALA selalu bers...