Selamat membaca 🌻
...Kini, Sarah tengah merias dirinya dengan sangat telaten dihadapan cermin. Wanita paruh baya itu memilih mengkreasikan rambut hitamnya dengan model sanggul yang terkesan simple namun elegan. Sarah mulai menggulung rambut panjangnya dari ujung hingga ke area tengkuk hingga menyerupai bentuk roti croissant.
Tak itu saja, kebaya modern yang sedikit menjuntai begitu sempurna saat melekat ditubuhnya.
Acara anniversary butiknya akan berlangsung satu jam lagi. Setelah memastikan tak ada yang kurang pada penampilannya, ia segera mengambil quilted bag- nya.
Tas berukuran mini dengan motif diamond berwarna silver tersebut selalu Sarah pakai dalam setiap acara formal. Wanita itupun segera keluar kamar lalu mulai menuruni tangga.
Setelah sampai, tepatnya diruang tamu, Sarah melihat Skala yang tengah duduk dihamparan sofa. Sebuah gitar yang ada dipangkuan putranya itu begitu menarik perhatian Skala sampai-sampai tak menghiraukan kehadiran sang Bunda.
"Kamu yakin gak ikut ke acara?" tanya Sarah membuka suara.
Skala berhenti mengetik senar gitarnya, beralih menatap Sarah yang tengah berdiri tak jauh darinya.
Skala menggeleng singkat untuk membalas, lalu fokus kembali dengan alat musik dipangkuannya.
Sarah tersenyum kecil, berusaha untuk memaklumi. Ia sangat paham situasi apa yang tengah menimpa saat ini.
"Ya sudah, Bunda pergi dulu, ya? Ayah udah nunggu di mobil," pamit Sarah, Skala kembali membalas dengan anggukan pelan.
Setelah memastikan Bundanya lenyap dari balik pintu, Skala segera menyandarkan tubuhnya disandaran sofa. Berdiam dirumah ternyata lebih menyakitkan. Suntuk juga tentunya.
Skala menegakkan tubuhnya, merogoh ponsel disaku celananya lalu menghubungi seseorang.
"Kenapa?"
"Lo dimana, Ga?" tanya Skala setelah seseorang menyahut diseberang sana.
"Rumah. Why?"
Skala melirik ke arah jam dinding di sudut ruang tamu, waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Oke, masih ada banyak waktu sebelum orangtuanya pulang.
"Lo masih idup 'kan?" celetuk Raga tak mendengar suara Skala.
Skala mendesis pelan, "Masih." sahutnya malas. "Kumpul ditempat biasa. Ajak yang lain juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSKALA RAY BUANA, Seorang lelaki remaja yang memiliki banyak penderitaan dalam hidupnya. Semua berasal dari keluarga. Hidup tanpa perhatian dan kasih sayang dari orangtua menyebabkan sosok SKALA menjadi berandal dan keras kepala. SKALA selalu bers...