Selamat membaca 🌻
...Dengan seragam sekolah yang sudah melekat ditubuhnya, Luna mulai menuruni anak tangga.
Seperti biasa, Rani selalu berkutat di dapur guna menyiapkan sarapan untuk putri semata wayangnya.
"Luna, kemarin malam, Dian datang kesini?" tanya Rani, setelah Luna menarik kursi untuk ia duduki.
"Enggak, Ma," jawab Luna. "Kenapa?"
"Mama denger kamu ngomong sama orang di dalam kamar kemarin malam, tapi kalau Dian.. suaranya gak berat-berat gitu,"
Tangan Luna yang ingin mengambil selembar roti, segera ia urungkan. Tubuhnya mematung, cukup kaget dengan pernyataan Mamanya.
"Kamu bawa cowok ke kamar tanpa sepengetahuan Mama?"
Luna menggeleng cepat, "Enggak, Ma,"
"Lalu? Itu suara Dian? Tapi kok, Mama gak tahu kalo Dian kesini kemarin malam?" tanya Rani, meminta penjelasan.
Luna sontak berpikir keras, mencari alasan yang masuk akal.
"Gak ada siapapun yang kesini tadi malem, Ma," ucap Luna berusaha untuk tidak gugup. "Kemarin, Luna ditelpon sama Pak Sandi selaku guru pembina ektra. Mungkin, suara berat yang Mama maksud itu suara Pak Sandi."
Rani mengangguk paham, terkekeh kecil seraya menepuk dahinya pelan.
"Maaf ya, Luna. Denger suara orang asing dalam kamar kamu, pikiran Mama langsung kemana-kemana."
"Iya. Enggak apa-apa, Ma," sahut Luna, lalu kembali mengambil selembar roti lalu mengoleskannya dengan selai kacang.
Luna bernapas lega untuk sesaat, sangat beruntung karena sang Mama mudah percaya dengannya dan tak menginterogasinya lebih lanjut.
...
Skala melangkah menuju ruang kelas setelah memarkirkan motornya di parkiran sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSKALA RAY BUANA, Seorang lelaki remaja yang memiliki banyak penderitaan dalam hidupnya. Semua berasal dari keluarga. Hidup tanpa perhatian dan kasih sayang dari orangtua menyebabkan sosok SKALA menjadi berandal dan keras kepala. SKALA selalu bers...