Setelah ini, tidak boleh ada kecurigaan, kesalahpahaman, perdebatan, lalu.. saling berjauhan.
Selamat membaca🌻
......Sang mentari masih malu malu untuk menunjukkan sinarnya pagi ini.
Masih pukul setengah enam pagi, namun Luna sudah hampir selesai dengan merias dirinya di hadapan cermin.
Luna memoleskan sedikit lip balm ke bibir mungilnya, menyisir rambutnya sekilas dengan tangannya lalu menyampirkan tas sekolah di pundaknya.
Luna tentu tak lupa untuk membawa tote bag berisikan baju gantinya nanti. Luna sudah berjanji akan menemani Skala menjalani kegiatan kursus pencak silatnya.
Semoga sore ini menyenangkan untuk mereka berdua.
Kaki Luna menderap menuju ruang makan dimana Sang Mama selalu bergelut dengan acara masaknya setiap pagi.
"Selamat pagi, Ma." sapa Luna sangat hangat.
"Pagi juga, anak Mama." sahut Rani tak kalah hangat.
"Pagi- pagi sudah selesai prepare, bahagia banget pasti nih!" goda Rani, menyenggol sekilas siku putrinya.
"Luna setiap hari selalu bahagia, Ma."
"Iya, anak Mama memang selalu bahagia dan selalu cantik." puji Rani.
Rani mengulurkan dua kotak bekal kearah putrinya, "Nih seperti biasa, kasih ke Skala."
"Makasi, Ma. Seperti biasa juga, Skala pasti suka." balas Luna.
Rani mengangguk kecil, menatap lekat wajah putrinya yang kini semakin dewasa.
"Mama sayang kamu, Nak."
"Luna juga sayang sama Mama. Makasi sudah selalu sayang Luna dan buatkan bekal setiap pagi untuk Luna,"
"Iya, sama sama, Sayang." ucap Rani tulus.
Rani mengalihkan pandangannya ke bawah, dimana Luna tengah membawa sebuah tote bag.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSKALA RAY BUANA, Seorang lelaki remaja yang memiliki banyak penderitaan dalam hidupnya. Semua berasal dari keluarga. Hidup tanpa perhatian dan kasih sayang dari orangtua menyebabkan sosok SKALA menjadi berandal dan keras kepala. SKALA selalu bers...