Lebih baik curhat dengan orang yang lebih dulu bertanya akan masalah lo,
daripada mencurahkannya ke orang dengan asal yang nyatanya gak peduli sama lo.
Selamat membaca 🌻
...Skala memandangi jalanan ramai dari jendela kafe yang ia singgahi. Larut malam seperti ini, Skala memilih untuk keluar rumah. Berusaha me- refresh pikirannya agar lebih tenang.
Skala tersenyum miris mengingat kejadian di koridor tadi sore. Dengan santainya ia berbicara seperti itu terhadap Luna.
Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini, Skala merasa bingung dengan dirinya sendiri. Hati Skala terasa aneh saat memperlakukan Luna dengan sangat kasar, namun apa penyebabnya?
"Ngelamun mulu, perlu ditemenin?"
Skala mendongak, menatap Axel yang tengah berdiri. Axel menarik kursi, lalu duduk dihadapannya.
"Udah selesai nangani pelanggan?" tanya Skala tenang.
Axel mengibaskan tangannya, "Ada karyawan lain, gue pengen rehat bentar."
Skala hanya mengangguk paham, menyeruput sekilas latte macchiato miliknya.
Ini untuk pertama kalinya, Skala berkunjung ke kafe milik Axel teman satu kursusnya. Lelaki bertubuh tinggi itu memulai bisnisnya dari tamat SMK. Ilmu pemasaran beserta marketing yang Axel kuasai menjadi bekal dirinya dalam membuka usaha ini. Hingga kini, usahanya semakin lancar dan mendapatkan banyak pelanggan.
"Ada masalah?" tebak Axel cepat.
Skala terdiam, memilih untuk meletakkan minumannya kembali di atas meja.
"Sedikit," sahut Skala seadanya.
"Sedikit tapi muka kek kemeja kantoran yang belum disetrika!" sindir Axel.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
أدب المراهقينSKALA RAY BUANA, Seorang lelaki remaja yang memiliki banyak penderitaan dalam hidupnya. Semua berasal dari keluarga. Hidup tanpa perhatian dan kasih sayang dari orangtua menyebabkan sosok SKALA menjadi berandal dan keras kepala. SKALA selalu bers...