SKALA bagian 2 | Chap. 59

2.1K 157 25
                                    

Selamat membaca 🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca 🌻
...

Gadis melebarkan senyumnya ketika menuju parkiran. Disana, Skala sudah menunggunya untuk mengantarkannya pulang.

Gadis mengeratkan jaket yang melekat ditubuhnya, mulai memasang wajah lemah.

"Lo punya seragam cadangan'kan?" tanya Skala setelah Gadis sampai dihadapannya. Lelaki itu sudah duduk di atas motornya.

Gadis menunduk, mengangguk pelan. "Punya," jawabnya.

Skala berdeham pelan. "Buruan naik,"

Tanpa pikir panjang, Gadis langsung naik ke atas motor. Skala pun menghidupkan mesin lalu menyusuri gerbang sekolah dan mulai membelah jalanan.

Sepanjang perjalanan, Skala hanya fokus terhadap jalanan. Sedangkan Gadis tak henti-hentinya tersenyum kemenangan karena berhasil menjalankan rencananya dengan sangat lancar.

Gadis terdiam sebentar, berniat untuk membuka obrolan dengan Skala.

"Makasi ya, Skala. Lo udah perhatian sama gue dan antar gue pulang," ucap Gadis. Tangannya sangat berani berpegangan pada pinggang Skala yang juga berlapiskan jaket---dimana lelaki itu mengambilnya ke kelas sebelum menuju parkiran tadi.

"Hm," sahut Skala singkat, Gadis berusaha untuk tidak mendengus.

"Gue gak mau kejadian di kantin sampai ke telinga guru, apalagi bokap lo guru kesiswaan."

Skala berdeham pelan sejenak, lalu kembali melanjutkan perkataannya.

"Gue juga gak mau kalian bertiga sampai ke BK, sangat disayangkan kalau Luna dapet poin hanya karena masalah sepele."

Seketika perasaan Gadis menjadi berantakan, Gadis menyesal mendengar kalimat terakhir yang Skala ucapkan.

Tanpa sadar, Skala telah mengungkapkan perhatiannya terhadap Luna. Dan hal itu membuat emosi Gadis seketika naik ke ubun-ubun. Sangat menyebalkan.

Untuk beberapa saat, Skala mematung---merutuki serta menyadari apa yang ia katakan barusan. Gelagatnya seketika aneh, ia berpikir keras guna menetralkan jantungnya yang entah kenapa bergejolak hebat.

"Gue gak tau rumah lo. Tu.. tunjukin jalannya, gue bakal ngikutin."

...

Istirahat telah usai, saatnya memasuki jam pelajaran ke empat. Bu Tika selaku guru ekonomi tersebut tengah menayangkan beberapa materi mengenai Perusahaan Dagang dengan model presentasi.

Dian yang sibuk mencatat, tak sengaja melirik Luna yang mengetuk-ngetuk bolpoinnya disertai menatap kosong ke suatu arah.

SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang