17. Lezat: Caramel Macchiato✔

642 92 10
                                    

Setelah berbulan-bulan mereka menjalin proses pendekatan. Akhirnya Jisung sudah bertekad ingin menjawab hasil pendekatan mereka hari ini.

Pemuda yang memiliki wajah secerah awan itu mengajak Minho pergi ke kafe sepulang dari kantor.

Minho yang sudah tahu jika tetangganya itu mengajak ke kafe untuk membicarakan hal yang dinanti-nantikannya pun merasa deg-degan.

Jantungnya berdetak kencang setelah dirinya berhasil melangkah keluar gedung kantor dan makin kencang setelah memasuki kafe tempat dia dan Jisung janjian.

Menghela napas dan membuangnya berkali-kali dengan tujuan mengusir rasa gugup dilakukan Minho.

Tidak berbeda jauh dari Minho, Jisung juga gugup.

Dia kan sudah expert dengan masalah cinta, entah mengapa dia gugup sekali saat ini.

"Jisung~"

"Oh, kak Minho. Silakan duduk~"

Mereka pun duduk lalu memesan caramel macchiato saran dari Minho. Sekali-kali Minho yang memberi rekomendasi untuk Jisung.

Dan anehnya Jisung memang suka dengan minuman itu.

Mungkin memang mereka berjodoh.

Pesanan mereka telah datang lima menit lalu tapi kedua sejoli itu belum ada yang berniat membuka pembicaraan.

"Ji-"

Jisung mendongak, menatap kedua manik Minho yang tengah menatapnya penuh kasih. Huhuhu Jisung jadi melting sendiri.

"Oh, iya aku akan bicara."

Minho siap menyimak, memasang telinga untuk menyiapkan kemungkinan terbaik hehe dia tak mau menyiapkan kemungkinan terburuk.

Minho sudah melakukan semua saran bosnya. Sampai-sampai bosnya sering dia ganggu dengan berbagai pesan penuh pertanyaan setiap hari. Dengan konsekuensi dipecat, masa hati Jisung tak dapat terbuka juga untuknya?

"Aku mau, Kak. Ayo berkencan tapi-"

Kok ada tapinya?

Tapi Minho tetap menyimak pernyataan Jisung sampai akhir dengan opsi dia tetap diam.

"-tapi aku ingin langsung menikah. Aku sudah tiga puluh tahun, kakak harus tahu itu."

"Menikah?"

"Ya, menikah."

"Tapi Ji, kakak belum cukup secara finansial. Tabunganku tidak begitu banyak."

"Digabung saja dengan tabunganku."

"Tapi Ji-"

"Aku sudah tiga puluh tahun, Kak. Kakak pun juga. Umur yang dinanti-nantikan keluargaku untuk menikah. Bukan lagi waktunya untuk berpacaran."

Minho berpikir keras.

"Sepertinya aku butuh waktu Ji," final Minho.

Jisung tahu hal ini akan terjadi. Minho tentu saja hanya ingin berpacaran, mencicipi euforia rasanya berpacaran dengan cinta pertamanya. Memang salah dia yang malah langsung menawari ikatan suci di hadapan Tuhan seperti ini.

Entah mengapa ada rasa sakit hati dalam diri Jisung ketika Minho secara tidak langsung menolak seperti ini. Mungkin dia tadi terlalu berharap banyak untuk diterima karena melihat Minho telah begitu menyukainya.

"Ji-" Jisung mendongak kala suara Minho menyapa telinga dan tangan hangatnya digenggam. Matanya yang berair menatap mata teduh Minho.

"-beri waktu aku setengah tahun dan aku akan siap menikahimu. Tolong tunggu sebentar lagi, hmm?" Minho berucap penuh keyakinan.

Pemuda berhidung mancung itu mengeser kursinya tanpa melepas genggaman tangannya pada tangan Jisung.

"Sampai saat itu tiba, tolong selalu berada di sisiku Ji. Jangan menjauh."

Setelah mengucapkannya Minho mendekat ke arah Jisung.

Di depan dua caramel macchiato yang masih habis setengah, Lee Minho mencium hangat penuh cinta kening indah Han Jisung.

Tamat.


Terima kasih telah membaca dan vomment♡♡♡

Mau bts 'diskusi kopi' Minho dengan Woojin?

Hiks buku ini sudah akan di penghunjung satu tahun

Melebur bersama Minsung✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang