12. Lezat: Makan Malam

531 88 18
                                    

Tunggu aku di halte ya kak, aku sebentar lagi selesai.

Susunan kata yang dikirim oleh Jisung ke ponsel Minho membuat pemuda berhidung mancung itu tersenyum.

Jisung memang kembali ke kantornya setelah rapat dan membuatkan teh kamomil.

Kini Minho sudah menunggu Jisung di halte. Dia melirik jam tangan yang bertengger di pergelangan tangan kirinya. Jarum menunjukkan pukul 17.30.

Minho berpikir jika sekitaran jam ini belum cocok untuk melakukan makan malam.

Apa dia harus membawa Jisung jalan-jalan lebih dulu? Tapi takut jika Jisung capai.

Apa harus pulang dulu? Tapi membuang-buang waktu dan biaya.

"Hei!"

Asyik berpikir membuat Minho tidak sadar jika dari tadi Jisung sudah berada di sampingnya.

"Akhir-akhir ini kakakbjadi sering melamun ya? Apa kepikiran desain proyek? Tuan Woojin banyak menceramahimu ya tadi?" Jisung mengajukan banyak pertanyaan yang membuat Minho pusing.

Pusing karena melihat ada manusia yang begitu manis dan imut ketika mulutnya mengucapkan itu semua. Minho jadi ingin mencicipinya.

Hih, ada apa dengan otak Minho?

"Ji, mau langsung makan malam atau bagaimana?" Abai dengan pertanyaan Jisung karena sejujurannya pemuda itu tidak begitu menyimak apa saja pertanyaan Jisung tadi, dia kan terfokus pada bibir Jisung.

"Belum waktunya jam makan malam sih tapi aku sudah lapar Kak, langsung makan saja ya?"

Minho mengangguk menyetujui.

"Makan di sekitar sini saja untuk meminimkan pengeluaran. Aku ada rekomendasi kedai mie yang enak. Tak apa kan makan mie?"

Minho lagi-lagi hanya mengangguk.

Biarkanlah saja Minho, mungkin dia berada di atas awan. Di situ itu hanya tubuhnya.

"Okay, yuk!" Jisung menggandeng tangan Minho.

What menggandeng loh!

Mari kita ulang.

Menggandeng!

Duh, makin naik ke langit tujuh deh Minho.

Dengan berbagai kupu-kupu yang masih berkeliling di kepala Minho, mereka sampai di depan kedai yang sudah cukup ramai dengan pembeli.

Jisung menarik tangan Minho untuk masuk dan mencari kursi yang kosong.

Minho banyak diam tadi di perjalanan kemari tapi Jisung mengabaikannya karena dia berpikir jika Minho mungkin sedang banyak pikiran.

Tidak butuh waktu lama setelah memberikan pesanan pada pelayan, makanan yang mereka pesan telah datang.

"Kamu harus coba mie ini, super enak~" ucap Jisung yang sudah mulai memasukkan mi ke dalam mulutnya menggunakan sumpit.

Jisung tak berbohong.

Mi ini memiliki ciri khas tersendiri dan itu membuat adanya semacam ketagihan bagi penikmatnya. Enak.

Acara makan mereka selesai lebih cepat. Efek karena terlalu enak atau terlalu lapar, entahlah.

"Bagaimana enak kan?" Jisung menanyakan pendapat Minho.

"Aku tak pernah kecewa dengan rekomendasi darimu."

"Aku? Tumben Kak," ucap Jisung seraya mengusap sekitar mulutnya yang mungkin ada noda-noda bekas kuah mi dengan tisu.

"Apa tidak boleh? Agar kita lebih dekat, Ji."

"Lebih dekat? Bukannya kita sudah dekat?"

Minho tiba-tiba terpikirkan perkataan Woojin tadi sewaktu di ruangan bosnya itu.

Dia tersenyum.

"Ji-"

Jisung memberi atensinya pada Minho.

"Mungkin ini termasuk terlalu cepat, tapi aku sudah jatuh pada pesonamu Ji. Entah sejak kapan tapi kamu selalu memenuhi isi kepalaku. Aku ingin lebih dekat dengan. Izinkan aku masuk ke hatimu ya, Ji?"

Huh?

Jisung speechless.

Minho terlalu jujur dan tiba-tiba.

"Aku terlalu frontal ya, Ji?"

Jisung diam.

Suasana menjadi tidak enak.

Minho gugup ditandai dengan tangannya di bawah meja berkeringat banyak. Jisung pun bingung dan kaget.

Tapi tak lama kemudian Jisung mengangguk, memilih untuk mencoba pendekatan Minho yang terlalu open dan transparan itu.

Wajah Minho langsung sumringah, "Benarkah?"

Jisung mengangguk, "Tak ada yang pernah bilang lebih dulu jika ingin mendekatiku seperti kakak saat ini jadi kakak yang pertama. Tidak ada salahnya aku memberi kakak kesempatan dan lagian aku juga nyaman-nyaman saja bersama kakak," lalu dia tersenyum.

"Siap Ji, selamat datang di langkah pendekatan Minho!!"

Jisung tertawa begitu pula dengan Minho, tidak menyangka dia bisa seberani itu.

Minho senang.

Mengikuti nasihat bosnya menguntungkan ternyata.

***












Penasaran tidak Minho-Woojin ngomongin apa aja di ruangan Woojin jadi bisa mengubah pola pikir serta aksi Minho?

Aku udah buat part itu tapi ternyata jadinya panjang dan gak ada minsung moment.

Oiyaa cerita ini berlatar minsung di akhir kepala tigaan yep😉

Semoga kalian selalu bahagia ♡♡

Melebur bersama Minsung✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang