Nenek Lee

1.3K 221 17
                                    

Lee Minho, cucu terakhir nenek Lee. Cucu yang paling disayang meski semasa kecil sampai remaja lelaki berhidung mancung itu termasuk badung. Dulu memang nenek Lee tidak begitu menyukai Minho ㅡsebenarnya alasannya karena lelah menghadapi cucunya yang berotak setengah itu tapi semua berubah setelah Minho memilih pasangan hidup.

"Kapan kamu ajak Jisung pergi ke sini?" Suara serak khas nenek-nenek terdengar melalui ponsel Minho, ya memang mereka sedang bertelepon.

"Minggu ini tidak bisa nek, Jisung sedang sibuk. Aku rasa weekend perlu dia gunakan untuk istirahat," Minho menjawab dengan nada menyesal pula.

Hampir setiap satu minggu sekali sang nenek selalu minta Minho untuk mengantar Jisung ke rumah, menjenguk sang nenek yang hidup sendiri dan itu selalu dituruti oleh Jisung.

"Yaaaaah, nenek kangen Jisung, Minho ya," nenek bernada ingin menangis.

Nenek Lee memang begitu dekat dengan Jisung. Karena suami maupun istri kakak-kakaknya Minho galak semua. Jadi nenek bilang paling nyaman hanya dengan Jisung.

"Tolong bilang kalau nenek kangen Jisung, cu," nenek Lee merengek memelas.

"Kalau Jisung aku beritahu pasti dia akan menyuruh Minho untuk mengantarnya."

Bukannya Minho tidak sayang nenek tapi Jisung memang akhir-akhir ini sibuk karena perusahaan tempat dia bekerja sedang mengembangkan menu baru jadi sebagai kepala teknisi kendali mutu dia harus bekerja ekstra.

"Nenek ke sana ya?"

"Mau ke sini naik apa nek?"

"Naik odong-odong. Ya kamu jemputlah. Aku sudah rindu berat dengan uri Jisung."

Minho heran, di sini siapa yang berlaku sebagai cucu dari nenek Lee?

Selalu seperti ini jika pendamping hidup tersayangnya bertemu dengan nenek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selalu seperti ini jika pendamping hidup tersayangnya bertemu dengan nenek.

Minho terlupakan.

Seoul-Paju memang tidak begitu jauh tapi ya tetap membutuhkan tenaga dong pergi ke sana. Tapi sampai di pintu, Jisung yang sepertinya baru saja pulang  ㅡdilihat dari dia yang masih memakai kemeja kerjanya tadi pagi itu langsung menubruk badan nenek, iya nenek bukannya Minho.

"Neneeeek Jisung kangen bangeeettt!!!"

"Nenek lebih kangen Jisung sayang."

"Ayo nek langsung duduk di ruang tamu, nenek mau minum apa biar Jisung buatkan?"

Tangan keriput nenek memegang tangan Jisung ketika dia hendak pergi.

"Jangan, ayo duduk aja sayang, biar Minho yang membuatkan kita minum," pernyataan nenek secara tidak langsung menyuruh Minho untuk membuatkan mereka minum.

Minho tersenyum kecut tapi dia tidak menolak. Langkah kakinya dia bawa ke dapur.

Demi menyiapkan minuman dua orang terkasihnya.

"Jangan cemberut terus, nenek tak akan memonopoli Jisung semalaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan cemberut terus, nenek tak akan memonopoli Jisung semalaman. Aku tahu kamu rindu Jisung," nenek Lee berucap pada Minho karena sejak tadi ekspresi cucunya itu sangat tidak mengenakan.

"Minho, nenek sudah sangat siap menerima cicit darimu loh~" tambah nenek Lee pada cucunya itu.

"Nenek apaan siiiihh!!" Yah, Minho malu euy.

"Minho masih malu saja ya sayang," nenek Lee mengungkapkan pendapatnya mengenai cucu bungsu yang memang selalu malu jika membahas mengenai hal-hal seperti itu.

"Iya nek, tapi itu yang Jisung suka."

"Tapi Jisung sebenarnya punya kejutan buat kak Minho dan nenek," Jisung berucap membuat kedua orang terkasihnya itu penasaran.

Merek berdua memasang telinga, siap mendengarkan setiap penuturan Jisung.

"Akusebenarnyahamil, tigaminggu."

Kedua orang yang mendengarkan penuturan Jisung langsung melongo. Melongo karena Jisung tak memberi jeda atas penuturannya ditambah setelah dicerna ya tambah membuat mereka kaget.

"Aaaaa benarkaah????? Kok tidak ada tanda-tanda? Kamu tidak mengalami nyidam begitu? Masa sih sudah hamil?" Rentetan pertanyaan dari nenek Lee yang ditujukan pada Jisung. Sedangkan oknum Lee Minho masih kaget, dia tidak bisa berkata-kata.

Plak!

"Aduuh sakit nek," Minho mengaduh kesakitan kala punggungnya di tampar oleh tangan kurus nenek Lee.

"Ini loh istrimu hamil, tanya-tanya nyidam apa begitu, apa yang dia rasakan. Kamu jangan diam-diam saja!"

Salah lagi. Salah lagi.

Memang cucu nenek Lee itu Lee Jisung, bukannya Lee Minho.

Jisung hanya menatap tersayangnya kasihan, "yang sabar ya," tanpa bersuara Jisung menyampaikan ucapan semangat.

Tangan Minho membentuk pose oke ditambah tak lupa senyum manisnya.

"DAN LEE MINHO KAMU TIDAK MELARANGNYA BEKERJA????!!"

"Awasi Jisung jangan sampai lecet ya, awas kalau sampai lecet!"

Rententan wejangan ini siap Minho dengarkan sampai esok pagi.

Selesaaaaai.


















Enggak tahu dah nulis apa :((

Setelah beribu purnama gincu tidak upload di akun ini 😣😌

Masihkah ada yang menyimpan buku ini di perpus?

Melebur bersama Minsung✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang