_SEA IN YOUR AREA_
Suasana ruang rapat kali ini tegang serius gimana gitu. Pak Darto, pemilik dan pemimpin perusahan ini, terus megangin rambutnya yang ampir rata uban semua.
"Sepertinya tidak ada jalan lain, Pak. Buntu." ujar Kak Ratna, kepala devisi interior, tempat Gue dan kawan-kawan bernaung dan berkarya. Wanita berkaca mata entah minus berapa tersebut, keliatan udah pasrah banget dengan keadaan perusahan yang di ujung tanduk ini.
"Lebih baik Kita menerima tawaran PT Mera Aksara Permai, daripada gulung tikar, Pak." itu saran dari Mas Surya, kepala devisi kontraktor dan termasuk salah satu pemerkasa berdirinya perusahaan ini.
Pak Darto terlihat benar-benar frustrasi dan kalut. Bagaimana mungkin beliau sanggup merelakan perusahaan yang telah ia rintis bersama empat rekannya, lalu harus berpindah kepemilikan ke perusahaan lain. Terlebih, perusahaan itu adalah rival beratnya selama ini. Gue aja kagak sanggup, apalagi beliau.
"Saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan Mas Surya, Pak. Berdasarkan penawaran perjanjian perusahaan itu, kita tetap dapat beroperasi meski kepemilikan sahamnya mereka yang menguasai. Saya rasa itu lebih baik, dari pada harus tutup dan melakukan PHK besar-besaran. Banyak kepala keluarga yang menggantungkan hidupnya di perusahaan ini, Pak." bener banget apa yang dipertimbangkan Mbak Ita, wakilnya Mas Surya. Gue sependapat banget.
Pak Darto makin terhimpit, berat banget pilihannya. Pak Darto menghela napas berat, lalu menatap Kami bergantian.
"Beri Saya waktu sebentar saja untuk menjernihkan pikiran dan mengambil keputusan. Rapat dilanjutkan nanti lagi, Saya permisi." Pak Darto buru-buru mengakhiri rapat yang belum ada titik terangnya ini. Beliau keluar dari ruang rapat dan pergi.
"Biarkan Pak Darto menjernihkan pikirannya, Rekan sekalian. Kita bisa kembali ke ruang masing-masing." ujar Mas Surya sambil membereskan dokumen dan laptop yang dibawanya.
"Sea, kuy, balik!" ajak Drau, rekan sejawat Gue.
"Kuy!" Gue ikut keluar bareng yang lainnya juga. "Eh bentar, pulpen Gue ketinggalan."
"Ya udah, Gue duluan aja, ya? Gue pingin ke toilet."
"Oke!" kami pun berpisah di depan pintu ruang rapat.
Gue masuk ke ruang rapat lagi, terlihat di dalem masih ada Kak Ratna yang diem entah lagi mikirin apaan. Mungkin terkait masalah pelik ini. Mungkin.
Gue segera ke tempat di mana Gue tempati tadi dan ngambil pulpen kesayangan Gue.
"Kak, gak balik?" sengaja Gue ngebuyarin dunianya Kak Ratna. Biar gak kebablasan jadi ngelamun gitu. Kan ngelamun nggak baik, Guys.
"Eh, ada apa, Sea?" Kak Ratna keliatan kaget.
"Udah pada pergi, Kak Ratna nggak balik? Ngelamun di tempat kek gini, bahaya lho, Kak." Gue naruh telapak tangan kiri di samping pipi Gue dan berbisik, "Di sini banyak penunggunya."
Seulas senyuman langsung tercipta dari bibir manis Kak Ratna. Makin cantik nih orang, Gue jadi makin kalah saing.
"Kamu ini, suka banget ngomongin yang begituan. Kak Ratna kan takut tau!" Kak Ratna merengut sebal.
Gue terkekeh sumbang, ngebuat orang lain yang penakut jadi merinding, emang seru banget.
"Makanya, gih, pergi dari sini!" Gue ngerangkul lengan Kak Ratna dan mengajaknya pergi.
"Iya, iya." Kak Ratna beresin barang yang dia bawa dan mengikuti langkah Gue meninggalkan tempat ini.
_AKSARA IN YOUR AREA_
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAHPANKAPAN [TAMAT]
Romance[[KEN AKSARA MERA & SEAZALIKA JANARDANA]] "Kapan kawin?" Bisa nggak, kata itu dihilangin aja dari dunia ini?😤 "Kapan nikah?" Besok, kalo gak ujan. 😒 Selengkapnya, silahkan mampir. Dipublikasikan pertama kali tanggal 22 Mei 2020 dan tamat pada ta...