Hari ini tepat 11 purnama gue mengabdi di perusahaannya si manusia spesial. Gue mulai terbiasa dan hafal seluk beluk kantor ini, mulai dari dasar gedung sampai atap gedung. Gue khatam ama isinya. Apalagi tim devisi desain interior, gue hafal di luar kepala tentang adat istiadat mereka.
"Yeah, kontrak Lu bentar lagi abis. Lo gak berniat memperpanjang?" ungkap Nina saat kami mengobrol santai di pantry.
"Entah. Gue masih gamang." jawab gue santai sambil menyeduh segelas kopi instan.
"Gamang kenapa? Apa karena Lo udah nyaman di sini?" tebaknya.
"Mungkin." sampai gue singkat sembari mengaduk gelas kopi gue.
"Gue pingin Lo sedikit lebih lama di sini. Lagian, Lo bilang di kantor lama Lo udah banyak yang berubah. Termasuk para penghuninya." curhat Nina sambil mengamit lengan besar gue. "Lo, kan, tipe yang gampang gak nyaman dengan situasi baru." imbuhnya benar sekali.
"Iya, sih." gue membenarkan. Apa yang diucap Nina memang menjadi beban pemikiran gue selama beberapa waktu belakangan ini. Kenyamanan menjadi poin penting yang gak boleh dilanggar. Tapi, gimana kalo si manusia spesial menyungguhi niatnya buat kembali memimpin perusahaan ini. Pasti bakal gak nyaman harus memisahkan antara hubungan pekerjaan dan hubungan pribadi. Pusing kepala gue.
"Se, ada panggilan masuk tuh, di HP Lo!" Nina menyenggol lengan gue dan menyadarkan gue.
Gue lihat nama si pemanggil, bibir gue langsung melengkung indah melihatnya.
"Dari pacar Lo, ya? Cie, diem-diem udah punya pacar...." ejek Nina menggoda gue.
"Rahasia." balas gue sambil mengayun kaki meninggalkan Nina dan mencari tempat yang agak sepi buat mengangkat panggilan masuk tersebut.
"Assalamualaikum, adekku yang paling cantik...." sapa Bang Syam dari ujung sana.
"Wa'alaikumsalam, Uri Oppa...." balas gue dengan panggilan berbahasa Korea. Terdengar gelak tawa dari seberang sana.
"Abang besok mau balik, Sea mau jemput Abang di bandara, gak?" kabarnya sekaligus tawarnya.
"Mau, mau banget, Bang. Abang beneran mau pulang?" gue antusias banget mendengar kabarnya mau pulang.
"Iya, beneran. Sesuai janji Abang waktu itu, Abang akan ajak Sea jalan-jalan ke luar kota. Sea masih mau, kan?"
"Mau banget ... Sea masih bersedia dan nungguin banget." gue jingkrak-jingkrak kegirangan saking senengnya.
"Oke, sip! Entar Abang kabarin keberangkatan pesawatnya."
"Siyup, Bang Syam! Jaga kesehatan, perutnya jangan sampai kosong, entar mabuk lagi." ujar gue ngingetin.
"Iye, iye, Adekku yang bawel...." gue ketawa mendengar ujarannya. Panggilan itupun berlangsung beberapa saat dan berakhir kemudian.
_💍_
Gue berniat merombak struktur organisasi perusahaan papa agar berisikan orang-orang yang kompeten dan ahli di bidangnya. Selain itu, gue ingin sistem dinasti dan titip menitip jabatan dihapuskan dari perusahaan ini agar yang bekerja emang ahlinya. Penempatan para kaum muda yang berkemampuan mumpuni akan gue tempatkan ke posisi-posisi strategis agar membawa kemajuan bagi perusahaan. Zaman terus berganti, perubahan demi perubahan harus dilakukan agar tidak digerus zaman. Lagi pula, papa setuju-setuju aja.
Setelah rencana perombakan itu rampung, gue ingin balik ke habitat asal gue. Semenggiurkan apa pun perusahaan papa, perusahaan yang gue rintis bersama Jono jauh lebih nikmat bagi gue. Gue akan balik ke sana, itu tekad gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAHPANKAPAN [TAMAT]
Romance[[KEN AKSARA MERA & SEAZALIKA JANARDANA]] "Kapan kawin?" Bisa nggak, kata itu dihilangin aja dari dunia ini?😤 "Kapan nikah?" Besok, kalo gak ujan. 😒 Selengkapnya, silahkan mampir. Dipublikasikan pertama kali tanggal 22 Mei 2020 dan tamat pada ta...