👑40

1.6K 145 5
                                    

Si tengik terlihat berdiri di samping sepedanya di depan kantor lama gue. Dengan setelan pakaian olah raga, si tengik melambaikan tangan dan tersenyum lebar menyambut gue. Mau pakai apa pun, kadar kecakepan si tengik kagak berkurang. Dia cocok pake apa aja. Batin gue mengagumi.

"Harusnya Gue jemput Lo sekalian menyapa Emak dan Babeh." ujarnya saat gue tiba.

"Jangan merusak suasana pagi Gue dengan kehebohan Emak." balas gue.

"Oke, Gue nurut. Kuy, keburu panas entar!" ajaknya. Kamipun menaiki sepeda dan segera mengayuhnya melintasi jalanan.

"Besok, Lo serius dengan rencana Lo?" si tengik menyejajarkan sepeda kami.

"Serius. Emang kenapa?" tanya gue balik.

"Gue gampang mabuk laut, entar malah merusak acara." ungkapnya dengan ekspresi agak murung.

"Kenapa gak bilang dari kemarin? Tahu begitu Gue batalin pemesanan tiketnya." agak kecewa aih dengan kejujurannya yang terlambat ini, tapi gimana lagi. Gue harus mengutamakan kesehatannya.

"Sorry, Gue cuman ingin merasakan apa yang membuat Lo seneng. Gue gak berpikir panjang." sesalnya.

"Ya udah, entar Gue ganti rencananya. Tapi, Lu harus jujur kalo emang gak bisa. Jan kek begini lagi, oke?"

"Asyiapppp, Boscu!" pengungkapan si tengik ala artis pemilik jargon itu, ngebuat gue ketawa. Ada-ada aja tingkahnya manusia paling tengik yang satu ini.

_💍_

Sehabis keringetan berkeliling jalanan ibu kota, gue dan Sea mampir ke tempat makanan masakan jawa. Tempatnya ramai dikunjungin orang, pasti enak dan melegenda nih.

"Lu mau makan apa?" tanya Sea sembari mengambilkan piring beralaskan daun jati. Autentik khas makanan jawa banget tempatnya.

"Soto." sebut gue. Sea langsung narik piring yang baru aja mau gue pegang. "Lah, kok diambil?"

"Soto itu pake mangkok, bukan piring, Kang Mas Aksara." ujarnya greget seraya mengganti piring gue dengan mangkok yang terbuat dari batok kelapa.

Gue terkekeh dengan cara bicaranya yang fasih kek Jono. "Ternyata Lo tahu panggilan khas Jawa, ya?"

"Rekan-rekan Gue di kantor kebanyakan orang Jawa, Kang Mas. Lagian, Gue suka dengan berbagai adat, budaya, dan bahasa yang ada di tanah air." terangnya.

"Kalo gitu, entar abis nikah Kita pindah aja ke Yogyakarta, tempatnya si Jono." celetuk gue ditanggapi gelengan oleh Sea.

"Gue ingin merawat ortu saat Mereka makin senja nanti." tuturnya menyampaikan.

"Ya udah, Kita borong aja ortu Lo ke sana." Sea malah nampol pelan lengan gue pake sendoknya.

"Gak usah aneh-aneh!" peringatnya.

Gue mendecih lalu terkekeh dengan sikapnya.

....
Malam akhir pekan ini gue sama Sea akan makan malam bareng ke restoran yang udah gue pesan beberapa hari yang lalu. Sea kepingin makan makanan Korea, jadi gue coba wujudin. Entah entar gue doyan ato enggak, demi dia gue akan coba.

Beberapa menit nunggu di depan kantor lamanya Sea, akhirnya my special person muncul juga diantar kang ojol. Gue gak paham sama jalan pikirannya, kenapa dia minta gue buat merahasiakan hubungan ini. Udah macem melakukan hubungan gelap aja rasanya. Hadehhh....

"Kenapa awal banget datangnya? Lo, kan jadi harus nunggu lama." dateng-dateng Sea langsung mempermasalahkan kedatangan gue yang lebih awal dari janji temu.

Setelah hampir 2 minggu kita menjalin hubungan aneh ini, gue jadi tersadar kalo gue dan Sea sangat bertolak belakang. Gue tipe cowok yang romantis, tapi dia tipe cewek yang cuek. Gimana ceritanya gue bisa sampai jatuh cinta ke cewek ini? Entahlah. Tapi gue suka dengan kecuekannya.

"Hei, kok diem?" Sea mengipas-ngipaskan tangannya di depan wajah gue.

Gue terperanjat, gue terbangun dari dunia gue. "Gapapa, ayo, cabut!" ajak gue sambil masuk ke mobil. Jangan berpikir gue bakal membukakan atau menutupkan pintu buat Sea bak putri raja, dia gak doyan begituan, pemirsah.

"Lo beneran gak apa-apa makan di restoran Korea?" Sea memastikannya lagi. Dia emang gak mau ada yang saling memaksakan diri dan merubah diri hanya karena pasangannya.

"Iya, gapapa. Kata Nitra makanannya enak-enak, Gue penasaran pingin nyoba." paten gue, walaupun sebenarnya masih ragu. Dari info-info yang gue korek di internet, makanan Korea katanya pedes-pedes. Baru bayanginnya aja dah buat perut gue mules, gimana entar. Bodo amatlah.

_💍_

Baru nyampek di depan restoran Korea dan menyium aroma bumbu-bumbu yang menyeruak ke luar, mampu ngebuat gue ngiler. Pingin cepet-cepet mesen dan memakannya.

Gue udah beberapa kali datang ke sini, tapi baru kali ini pergi sama cowok yang notabene adalah orang spesial buat gue. Bang Syam pernah gue ajak ke sini, tapi setelah itu dia diare dan demam selama tiga hari. Bang Syam rupanya kagak doyan pedas. Mudah-mudahan si tengik doyan pedas, biar seru.

"Ini beneran, Se?" tanyanya ragu melihat ada banyak menu yang gue pesan. Gue mengangguk tanpa ragu.

"Kagak kebanyakan?" si tengik masih meragukan keinginan gue.

"Lambung Gue besar, jadi, muat banyak." dengan diawali bacaan basmalah, gue menyumpit potongan kimbab yang diiris bundar-bundar. Saat potongan kimbab masuk ke mulut, serasa gue makan di depan Babang Jong Suk tercinta.

"Yang ini mirip makizushi dari Jepang." si tengik menunjuk potongan kimbab dengan sendok garpunya.

"Emang sanak saudaranya." saut gue membenarkan.

Puas dengan kimbab sebagai makanan pembuka, kini saatnya makan makanan yang pedas. Kudapan kedua yang akan gue makan adalah ramyeon dan kimchi. Dua makanan ini gak boleh diceraikan, mereka harus dinikahkan agar menciptakan kombinasi sempurna yang bakal ngebuat lidah bergoyang.

"Lo kenapa?" gue kaget lihat reaksi si tengik begitu nyobain kimchi.

"Rasnya pedas, kecut lagi. Pahit juga ternyata." si tengik meringis-ringis menahan rasa pedas, kecut, asin, dan sedikit pahit yang menjadi cita rasa kimchi. Dia nyedot es jeruk balinya terus-terusan sampai tinggal setengah gelas.

"Cita rasa kimchi emang begitu." ujar gue menanggapi. "Siniin aja kalo gak suka, biar Gue abisin."

"No, it's okay. Gue mau melatih lidah Gue biar terbiasa." elaknya sambil menyuapkan sesendok kimchi ke mulutnya. Baiklah, suka-suka dia aja.

Rebusan ramyeon yang dimasak bersama potongan sayuran melambai-lambai minta segera dicicipi. Tanpa nunggu lama, gue sumpit uraian-uraian panjang nan keriting tersebut. Rasa asin, gurih, kenyal, segar, dan pedas bercampur menjadi perpaduan yang sempurna di mulut gue. Perfect! Pecah! Maknyusss! Serasa lagi syuting drama bersama Babang Jong Suk yang tamvannya kagak ketulungan.

"Ampun, pedesnya." si tengik meneguk habis minumannya dan bahkan tanpa malu nyerobot minuman gue.

"Eh, minuman Gue!" gue mencoba mencegah, namun gagal. Minuman gue udah ludes diteguk ama si manusia spesial ini. Astagfirullah... Gue aja baru minum seteguk, tapi sekarang tinggal es batunya. Bukan main nih orang.

"Kok gak ilang-ilang, sih pedesnya?" bibir si tengik kemerah-merahan, dia meniup-niupkan udara dari mulutnya buat ngilangin kepedesannya.

Sambil mengunyah kenyalnya ramyeon, gue geleng-geleng kepala ngeliat dia yang kesetanan manggil pelayan buat ngambilin air minum.

"Kenapa Lo maksain kalo gak doyan pedas, hihhhh!" geram gue bukan main.

"Gue cuman ingin merasakan apa yang membuat Lo seneng." alibinya ngebuat ubun-ubun gue mendidih.















Gitu ae terossssss, dasar tengikkkkk!

Berlanjut...

NIKAHPANKAPAN [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang