👑49: Akhir Cerita

2.9K 165 6
                                    

_Aksara in Your Area_

"Selamat ulang tahun, Ken Aksara Mera...." ujar mereka kompak dan sedekit heboh, sukses membuat gue terharu dengan kejutan ini.

Gue segera meniup lilin angka 28 sesuai ulang tahun gue dengan sekali embusan. Mereka langsung bertepuk tangan riuh setelahnya.

"HBD, Abangku yang paling nyebelin...." lontar Nitra sambil nyolek krim di kue dan ngolesin ke pipi gue. Gue cuman pasrah aja dan gak niat balas.

"Selamat nambah tua, Bang." Bagas nyalimin gue dan nepuk pundak gue sekali. Ucapannya ngebuat gue ketawa.

"Bisa ae, Lo!" balas gue.

"Mudah-mudahan makin dewasa dan bertanggung jawab." ucap papa sambil peluk gue singkat.

"Amin, Pa." gue membalasnya sambil mencium tangan papa.

Gue agak terkejut begitu melihat ada Sea beserta emak dan babeh ada di belakang papa dan Bagas. Babeh maju lebih dulu, lalu memberi gue beberapa patah kata yang lebih gue rasa sebagai wejangan. Selesai babeh, giliran emak yang ngasih ucapan selamat ulang tahun ke gue disertai usapan di surai gue. Terakir, wanita dambaan yang udah membuat gue hari ini panik kalang kabut dan dongkol, maju mendekati gue.

Kami saling tatap dan ketawa-ketawa lirih gak jelas.

"Bede." ujarnya sangat irit sambil memalingkan mata.

"Lo gak ikhlas ngucapinya?" tanya gue dan gak ditanggapi sama Sea. Dia memilih buat menyamping ke sisi babeh dan menginginkan rangkaian acaranya dilanjutkan.

_Sea in Your Area_

Gue dan si tengik menepi dari keramaian rumah yang dipenuhi canda tawa keluarga kami. Saat ini, kami duduk diem-dieman di gazebo sambil memandangin langit.

"Gue paham sekarang," si tengik bersabda, gue langsung menoleh melihatnya.

"Paham apa?" saut gue.

Si tengik menoleh, mempertemukan pandangan kami di bawah payung langit malam. Dia berucap, "Lo hanya ingin menyampaikan rencana itu dihari ulang tahun Gue."

Senyum gue mengembang, perasaan gue sedikit plong karena akhirnya dia paham. "Alhamdulillah, kalo gitu." ujar gue.

"Maaf, buat sikap Gue tadi. Gue hanya takut Lo pergi tanpa pamit." si tengik mengakui perbuatannya.

Gue mengangguk, "Gue juga minta maaf." balas gue dan tengik mau memakluminya.

Kami terdiam lagi sambil senyum-senyum gak jelas. Gue sampai hampir lupa dengan kado yang udah gue buat.

"Ini." gue serahin buku gambar yang gue genggam dari tadi.

"Apaan?" dia bingung menerimnya. Gue mengambil buku gambar itu kembali dan membukanya.

"Gue bingung mau ngado apa, jadi hanya gambar itu kadonya." ungkap gue sambil nunjukin sebuah sketsa gambar wajahnya yang lagi tersenyum.

"Kenapa gak dibingkai aja, sih? Biar lebih rapi." komennya sambil mandangin sketsa itu dengan penuh raut kebahagiaan.

"Gimana gambarannya, bagus, gak? Gue sampai berminggu-minggu buatnya dan itu versi terbaik menurut Gue." sampai gue apa adanya.

Dia cuman ngangguk-ngangguk sambil nahan tawa.

"Jelek, ya?" gue merasa pesimis ngeliat gimana dia nahan tawa.

"Lumayan." ucapnya diikuti gelak tawa. "Lumayan ancur." sambungnya ngebuat gue merengut.

NIKAHPANKAPAN [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang