"Aksara lelaki yang cukup baik dan bertanggung jawab, tapi Babeh gak bisa ngelepasmu ke keluarga itu. Apalagi, harus direndahkan seperti tempo hari. Babeh gak sampai hati." penuturan babeh membuat gue tercengang. Gue terharu dengan maksud babeh, tapi gue merasa kurang setuju.
"Beh...." gue meraih telapak tangan babeh yang mulai mengeriput dikikis waktu. "Sea memang benar terluka dengan sikap Mamanya Aksa, tapi ... Sea gak mau nyerah gitu aja." papar gue sambil menatap dalam babeh.
"Babeh, kan pernah bilang, seganas apa pun gelombang, kalo belum dihadapi, Kita gak akan tahu ganasnya gelombang itu. Sea akan menaklukkan gelombang itu, Beh." dengan segala keyakinan yang gue punya, gue sampaikan hal itu ke babeh.
"Tapi, nanti Kamu akan direndahkan seperti itu lagi. Babeh gak tega Kamu nanti disakitin." babeh teguh dengan keyakinannya.
Kalian mungkin tidak mengira, babeh itu jiwanya lebih keibuan ketimbang emak. Beliau aja kalo nonton acara yang menampilkan kisah hidup susah seseorang aja bisa nangis. Bahkan, dengar lagunya Ebiet G. Ade judulnya 'Titip Rindu Buat Ayah' yang diputar di radio babeh bisa terisak. Babeh lebih gak tegaan ketimbang emak, itu faktanya.
"Sea gak akan membiarkan itu terjadi lagi, Beh. Sea akan menghadapinya dengan gagah berani sampai berhasil menaklukkan." gue sampaikan hal itu dengan penuh keyakinan. "Sea hanya minta doa dan dukungan Babeh di tiap langkah Sea. Babeh mau, kan memberi itu ke Sea?"
Babeh membuang napasnya berat, gue tahu babeh pasti susah melakukan hal itu. "Jangan sekarang, ya? Biar Babeh mempertimbangkannya dulu." ujar babeh kemudian.
"Iya, Beh, perlahan aja." gue lalu memeluk babeh. "Putriku semakin dewasa...." ucap babeh sambil balas meluk gue. Gue hanya menanggapinya dengan tawa.
_💍_
Sea baru aja ngabarin gue kalo dia dan keluarga saat ini berada di Lampung dan akan mendatangi beberapa destinasi wisata. Kalo gue gak ada kerjaan dan babeh gak ngucap kek kemarin, udah pasti saat ini gue nyusul Sea ke sana.
'Yah, Gue gak diajak 😭' itu balasan pesan gue untuk Sea dua jam yang lalu. Gue udah karatan nunggu balasannya. Boro-boro ada balasan emoticon atau sekedar stiker, pesan gue aja hanya dibalas dua centang biru.
"Pak Aksa, waktunya untuk berangkat." sekertaris gue datang mengingatkan gue. Gue menegakkan tubuh seraya berdiri. Masih banyak kerjaan yang harus gue hadepin. ngabarin Pulang kerja gue mampir ke kantor lama nemuin Jono, lama gue gak ke sana. Gak nyangka gue harus meninggalkan kantor gue sendiri, lucu juga.
"Eh, Pak Bos!" Jono agak kaget dengan kedatangan gue yang tanpa ngabarin dulu. Dia berdiri dari duduknya di singgasana yang pernah gue tempati.
"Gimana rasanya duduk di sana, Jon? Enak, kan?" gue menepuk bahu Jono seraya duduk di sofa. Gue tinggal beberapa bulan, interior di dalam sini masih sama.
"Lumayan, Pak Bos. Tapi, banyak tegangnya." ungkap Jono. "Pak Bos ke sini dalam rangka apa, nggeh?"
"Main aja, kangen Gue sama Lo." balas gue sambil menyilang kaki dan menautkan jemari di atas paha.
"Kulo juga, Pak Bos. Kita sama-sama sibuk, susah sekali buat ketemu." terang Jono emang bener sekali. Sejak gue pindah, baru sekali dua kali kami ketemu. Itupun cuman papasan di sebuah hotel karena meeting di tempat yang sama. Selepas itu, hanya lewat HP.
"Betul.' gue mengangguk membenarkan. Kami diam sebentar mencari topik lain.
"Oh, iya, Pak Bos. Ada sesuatu yang ingin Saya sampaikan."
"Apa?"
"Saya mau menikah bulan depan." ungkap Jono bikin gue terkejut.
"Menikah sama siapa, Jon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAHPANKAPAN [TAMAT]
Romance[[KEN AKSARA MERA & SEAZALIKA JANARDANA]] "Kapan kawin?" Bisa nggak, kata itu dihilangin aja dari dunia ini?😤 "Kapan nikah?" Besok, kalo gak ujan. 😒 Selengkapnya, silahkan mampir. Dipublikasikan pertama kali tanggal 22 Mei 2020 dan tamat pada ta...