"Aduh, duh ... anak cantiknya Emak masih molor rupanya. Bangun, Sayang...." suara cempreng emak mengusik tidur tambahan gue usai solat subuh.
Gue bangkit dari pembaringan dan berusaha duduk tegak dengan mata yang lengket. Gue berusaha mengerjap dari silau cahaya yang masuk karena jendela kamar dibuka emak.
"Melek, Se. Molor aje kerjaan Lo dari kemarin." omel emak menjadi santapan pagi gue.
Gue cuman balas dengan cengiran, lalu gue mendekat ke emak dan memeluknya. "Sea sayang, Emak." ungkap gue manja.
"Bisa ae, Lu! Dah, mandi sono!" emak melepas pelukan gue dan memerintah.
"Masih pagi, Mak. Lagian, Sea juga cuti. Malesss...." gue berniat kembali memeluk emak, tapi dicegah emak. Gue jadi merengut sebal.
"Babeh Lu mau ngajak Kita naik kapal, sono mandi!" ucap emak ngebuat gue kaget.
"Ape? Naik kapal, Mak?" gue mengorek kuping, kali aja salah dengar karena masih ngantuk.
"Iye, Babeh ingin ngajak Lu pesiar naik kapal." ulang emak sungguh membuat gue kegirangan. Sekian dekade sejak gue lulus SD, baru hari ini kami bakal naik kapal penyebrangan bersama-sama lagi.
"Oke, oke, Mak. Sea pegi mandi sekarang!" mata gue lantas melek dan gue segera bangkit mendorong tubuh ke kamar mandi.
....
"Assalamualaikum...." terdengar suaranya Bang Syam memasuki rumah. Gue buru-buru keluar kamar buat mastiin."Eh, Bang Syam. Rapi amat mau kemana, Bang?" tanya gue setelah menilai cara berpakaiannya hari ini. Sebenarnya mau hari apa aja, Bang Syam selalu tampil rapi dan cukup fashionable.
"Lah, Kamu gak dibilangin Babeh, kalo Bang Syam yang akan jadi sopir pribadi Kalian hari ini?" Bang Syam malah balik bertanya.
"Sopir pribadi? Wait, wait, jangan bilang Bang Syam...." gue mencoba menebaknya.
"Syam akan ikut Kita. Babeh udah nyewa orangnya sekaligus mobilnya." suara babeh menggagalkan tebakan gue. Tapi, emang salah, sih tebakan gue. Gue kira Bang Syam cuman bergabung doang, rupanya sama mobilnya juga.
"Beneran?" gue masang tampang sok gak percayaan.
"Iya, Bang Syam akan mengantar Sea kemanapun Sea minta. Iya, kan, Beh?"
"Tepat sekali, Syam."
Gue bahagia banget dengernya, tanpa malu-malu gue hampirin babeh dan memeluknya. "Makasih, Babeh Janarnya Sea...."
Babeh balas pelukan gue disertai suara tawa, Bang Syam-pun ikut tertawa juga.
"Pelukan mulu, bantuin Emak ngapa!" suara emak muncul dari dapur. Emak menenteng dua rantang entah apa isinya di kedua tangannya. Dengan sigap, Bang Syam meraih rantang itu dari tangan emak dan membantu membawanya.
"Matahari udah naik, nyok, berangkat!" seru emak sambil jalan keluar.
"Let's go!"
"Berangkattt...."
_💍_
Gue baru aja mengunjungi rumah Sea, sayangnya rumahnya tak berpenghuni. Kata tetangganya, mereka tadi keluar sekeluarga naik mobilnya Syam. Sedih rasanya harus pulang dengan kenihilan. Semua ini gara-gara mama, batin gue masih menyalahkan mama.
Gak seharusnya gue nyalahin wanita yang udah melahirkan gue, tapi gue masih aja jengkel dengan perbuatannya tempo hari. Langkah gue dan Sea yang hampir mendekati pintu buat naik pelaminan, harus terhalang oleh sikap mama. Gue sampai merasa gak punya muka untuk berjumpa Sea saking malunya dengan perbuatan mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAHPANKAPAN [TAMAT]
Romance[[KEN AKSARA MERA & SEAZALIKA JANARDANA]] "Kapan kawin?" Bisa nggak, kata itu dihilangin aja dari dunia ini?😤 "Kapan nikah?" Besok, kalo gak ujan. 😒 Selengkapnya, silahkan mampir. Dipublikasikan pertama kali tanggal 22 Mei 2020 dan tamat pada ta...