KETIKA Tessa membuka pagar rumah Rex, cowok itu sedang duduk-duduk di hammock yang terikat di bawah pohon di halaman rumahnya, sambil main HP.
"Malem-malem kok di bawah pohon!" Tessa mencibir.
Rex menoleh, kemudian mendengus. "Baru dateng tuh salam, Tes. Bukan langsung ngehujat."
Tessa kontan meringis. "Iya, maap. Assalamu alaikum."
"Waalaikum salam."
Rex mempersilakan masuk, berpapasan dengan mamanya yang bersiap-siap keluar.
"Tessa, Ma."
Tessa mesem, kemudian mencium tangannya.
"Oh, ya ampun, lama nggak main ke sini."
Rex permisi ke dalam.
Tessa meringis. "Iya, Tan. Udah gede, bingung kalo main mau ngapain."
Mama Rex menepuk pelan pundaknya. "Pangling, deh. Makin cantik sekarang. Satu sekolah lagi, kan, sama Rex?"
"Iya, Tante. Ini mau minta diajarin ngerjain PR Fisika."
"Oh ya udah, silakan. Anggap aja rumah sendiri. Tante pergi dulu. Om sama adiknya Rex ada di dalem, kok."
"Makasih Tante."
Rex kembali dengan beberapa buku. Tessa sudah duduk di karpet, menyesuaikan tinggi meja ruang tamu yang tidak seberapa, dengan buku Fisikanya yang sudah terbuka. Sementara mamanya sudah pergi.
Rex membaca sekilas materi yang ditunjukkan Tessa, kemudian menjelaskan langkah-langkah mengerjakan soalnya, dengan studi kasus berbeda dari soal yang ada, namun cara mengerjakannya sama. Tessa manggut-manggut, merasa penjelasan Rex lebih mudah dipahami dibanding Guru Fisikanya karena menggunakan bahasa yang lebih sederhana.
Kemudian Rex menyuruhnya mulai mengerjakan, sementara dirinya sendiri mulai membuka buku untuk belajar karena besok pagi ada ulangan harian.
Tapi belum lama mengerjakan, Tessa sudah terkantuk-kantuk, sampai kertasnya banyak terkena coretan bolpoin. Dan kemudian dia jatuh tertidur.
"Eh, malah molor."
Adik Rex, Gempita, yang saat ini duduk di bangku kelas sembilan, yang kebetulan lewat langsung komen, menyadarkan Rex dari keseriusannya membaca.
Rex melongo. Padahal baru sebentar dia meninggalkan gadis itu untuk mengerjakan.
"Ambilin selimut, dong. Kasian, dingin."
Gempita melotot. "Buat dia? Ambil sendiri, lah."
"Ck. Nggak lihat gue lagi belajar? Atau mau gue aduin Mama lo remidi?"
"Hmm. Dasar Abang, cari kesempatan dalam kesempitan. Gue doain kualat."
"Makanya jangan pacaran mulu. Nanti kalau dia sadar lo bego, pasti bakal diputus juga."
"Alah, cewek yang lo suka juga bego."
"Psst!"
Gempita segera masuk dan mengambilkan selimut, kemudian melemparkannya asal ke punggung Tessa. Rex melotot, bembenarkan posisi selimut itu.
"Kalau suka tuh bilang, Bang. Cemen."
"Bodo!"
"Lomba renang sampe tingkat nasional aja bisa, masa nembak cewek nggak bisa. Amit-amit!"
Rex melotot lagi, mengusir adiknya pergi.
Karena Tessa nggak bangun-bangun, Rex sampai sudah pindah posisi ke atas sofa, membaca sambil rebahan. Malah sudah diselingi ngegame juga lewat HP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Hangover [COMPLETED]
Teen FictionTessa pikir, menjadi murid SMA itu tidak jauh berbeda dengan menjadi murid SMP. Asal dia teguh pada pendirian, maka semuanya akan berjalan lancar. Namun, nyatanya semakin tinggi tingkatan sekolahnya, makin banyak pula yang harus dia hadapi. Dan beru...