HARI ini persiapan terakhir untuk pemilu Ketua OSIS besok. Pemilunya diadakan di aula. Sekarang para panitia sedang mengondisikan tempat serta menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.
Beberapa orang nampak menghitung ulang kertas suara dan membaginya kedalam bundel-bundel kecil sesuai daftar absensi per kelas. Sebagian menata kotak suara. Papan penghitungan juga sudah disiapkan.
Calonnya ada tiga orang, dari kelas sebelas, ex anggota OSIS angkatan Edgar.
"Bang, ini HP lo bukan, sih?" Seorang junior menghampiri Edgar yang sedang mengangkat meja bersama seorang temannya.
Edgar meneliti benda yang dibawa gadis itu. "Eh, iya. Kok bisa di elo?"
"Ketinggalan di meja Bu Endang."
Teman yang mengangkat meja bersamanya cuma bisa menahan tawa. Edgar memang nggak sesempurna kelihatannya. Dan keteledorannya soal barang-barang pribadi sudah menjadi rahasia umum di kalangan teman-temannya. Bahkan biasanya kalau HPnya disembunyikan seharian, dia tidak akan menyadari, kecuali akhir-akhir ini, karena dia ingat harus menghubungi pacarnya.
Edgar menerima ponselnya dan memasukan ke saku celana. "Tengkyu, ya."
"Iya, sama-sama, Bang."
Gadis itu berlalu, dan Edgar segera meletakkan meja yang dibawanya ke posisi yang diinginkan.
"Cewek lo udah sembuh, emang? Kok HP ditinggal-tinggal lagi. Padahal seharian kemarin nggak pernah lepas dari tangan."
Edgar cuma ketawa. Malas meladeni. Dia mau pekerjaan mereka cepat selesai, biar dia bisa segera ke rumah Tessa.
¤ ¤ ¤
Aurel membantu Tessa mewarnai doodle sepulang sekolah. Bahkan Wulan dan Judith yang duduk di meja di depan mereka juga ikut-ikutan minta jatah mewarnai. Lumayan, katanya, untuk nambah-nambah uang saku.
Mereka berempat duduk beralaskan karpet di ruang tamu. Tessa yang menggambar. Aurel dan Judith yang mewarnai. Wulan yang packing dan menulis surat ucapan sesuai permintaan pelanggan.
"Gimana rasanya jadian sama Ketos?" tanya Wulan tiba-tiba. Gara-gara membaca surat yang ditulisnya, dari seorang cewek untuk pacarnya. Ucapan selamat wisuda. Dia, Aurel, dan Judith sama-sama jomblo. Cuma Tessa yang sudah punya pacar.
"Tessa nggak pernah jilat-jilat Kak Edgar, jadi nggak tahu rasanya. Asem, paling." Aurel yang menyahut. Ngaco abis.
Tessa ketawa. "Apaan, sih? Ketos kan juga cowok biasa."
"Tapi kan dia murid nomer satu di sekolah. Kemana-mana pasti diliatin."
"Justru itu jadi kekurangannya, kan? Emang diliatin terus nggak risih? Mending kalau liatinnya takjub plus mendoakan biar langgeng gitu. Ini ngeliatinnya pada sirik dan doainnya pasti yang jelek-jelek."
"Iya, sih. Kemaren aja gue risih banget denger kakel cewek-cewek pada ngeghibahin elo di perpus. Mending kalo mereka cakep-cakep."
"Hush." Tessa ketawa lagi. "Ngurusin orang julid mah bikin cepet tua. Mending cuekin aja."
"Tapi kan kita ngerumpinya sambil nyari dollar begini. Mending, lah." Wulan membela diri.
"Terus lo bakal diem aja, Tes? Diomongin sana-sini?" Judith masih kepo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Hangover [COMPLETED]
Teen FictionTessa pikir, menjadi murid SMA itu tidak jauh berbeda dengan menjadi murid SMP. Asal dia teguh pada pendirian, maka semuanya akan berjalan lancar. Namun, nyatanya semakin tinggi tingkatan sekolahnya, makin banyak pula yang harus dia hadapi. Dan beru...