EDGAR menjelaskan dengan sabar pada Bu Endang perihal laporan kegiatan MOS kemarin dan progress proposal kegiatan pemilihan OSIS yang baru. Sebenarnya belum mencapai deadline. Tapi pembina OSIS satu ini memang demen going for extra miles.
"Laporan MOS tinggal ngecek bagian keuangannya aja, Bu. Besok saya, Aisyah, sama Yunara mau crosscheck terakhir dulu sebelum diserahkan ke Ibu. Kalau proposal penerimaan anggota OSIS sama pemilu Ketua OSIS yang baru, tinggal perbaikan redaksional sama formatnya aja. Besok pagi saya pastikan sudah ada di meja Ibu."
Diliriknya keluar jendela, menuju halaman depan. Ah, itu Tessa sedang berjalan bersama temannya menyeberangi halaman. Sialnya, Edgar lupa tidak memberikan nomor HPnya pada gadis itu. Dia cuma bisa berharap Tessa tidak lupa janji mereka untuk pulang bersama.
"Oke. Kalau ada kendala langsung WA aja."
"Insya Allah aman, Bu. Kan kami juga sudah pengalaman bikin laporan sama proposal. Siapa dulu dong yang membimbing?"
Bu Endang tertawa.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya, Bu. Kasihan teman saya sudah menunggu."
"Temen apa temen? Anak-anak pada gosipin kamu pas MOS kemarin lho."
"Ya Allah, Bu. Emang saya ngapain? Saya profesional. Sumpah, deh."
"Jangan pacaran terus, Gar. Udah kelas dua belas."
"Siap, Bu. Saya tuh kalau pacaran mulai mengganggu urusan sekolah, pasti langsung saya putusin. Buat apa pacaran tapi toxic, nggak mendukung self improvement?"
Bu Endang menepuk lengannya sambil tertawa. "Ya udah. Hati-hati pulangnya. Anak orang jangan dibawa mampir-mampir."
"Siap, Bu. Assalamu alaikum."
"Waalaikum salam."
Edgar bergegas menuju tempat parkir.
Tak lama ponselnya bergetar.
Pesan WhatsApp baru dari nomor tak dikenal.
+62***********
Kak, ini Tessa.Edgar menoleh sekeliling halaman depan sekolah, mengira-ngira arah mana yang paling mungkin Tessa tuju, dan menemukan gadis itu di dalam pos sekuriti. Sedang berbincang dengan Pak Asep.
Edgar Samapta
Iya. Lo di pos sekuriti,
kan? Gue samperin.+62***********
Ok.Edgar menuju motornya, menyahut sapaan yang ditujukan padanya sambil lalu, langsung menyalakan mesin dan menuju pos sekuriti. Gadis yang menunggunya itu bersembunyi di dalam.
Dia turun. Membawa serta helm ekstra dan mengangsurkannya ke Tessa.
"Yuk, Tes."
Tessa menganggu sopan pada Pak Asep dan segera memakai helm itu ke kepalanya.
"Cepet bangat dapet yang baru, Gar?" Pak Asep yang bertanya.
Edgar cuma tertawa. "Zaman sekarang kalau nggak gercep, diduluin sama yang lain."
"Sa ae." Pak Asep geleng-geleng, sambil mengganti channel TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Hangover [COMPLETED]
Teen FictionTessa pikir, menjadi murid SMA itu tidak jauh berbeda dengan menjadi murid SMP. Asal dia teguh pada pendirian, maka semuanya akan berjalan lancar. Namun, nyatanya semakin tinggi tingkatan sekolahnya, makin banyak pula yang harus dia hadapi. Dan beru...