#24 Lupakan sejenak

19.2K 3.1K 29
                                    


TESSA mengikuti Edgar masuk ke halaman rumahnya. Sudah ada beberapa motor di garasi yang pintunya terbuka. Kata Edgar, Ria Ricis dan yang lain-lain memang sudah tiba. Edgar sengaja menjemput Tessa belakangan agar ketika gadis itu tiba dirumahnya, sudah ada banyak orang, jadi tidak canggung.

Tessa mengembalikan helm yang tadi dikenakannya pada Edgar, memandang sekeliling.

Rumah Edgar besar, dengan tiga lantai. Lantai teratas digunakan sebagai green house. Nampak hijau dan asri. Suara kicauan burung juga terdengar bersahut-sahutan.

Rupanya dia anak orang berada, batin Tessa. Pantas seenaknya sendiri memakai uang pribadi untuk memasang teralis jendela dan CCTV di rumahnya.

Sebagai pacar, Edgar memang sejak awal tergolong lebih dari royal. Rajin menraktir makan, meski sesekali gantian Tessa yang membayar.

"Yuk, Tes." Edgar mengulurkan tangannya setelah meletakkan helmnya sendiri.

Tessa menerima ulurannya dengan ragu. "Kak Ricis beneran udah di dalem, kan?"

"Iya, Tessa sayaaang. Emang gue kelihatan kayak tukang ngibul apa?"

Edgar membawanya langsung ke ruang tengah. Ternyata yang dimaksud banyak orang itu hanya Rex, Troy, dan Ricis.

"Kok cuma bertiga?" tanya Tessa ke Edgar.

Edgar mesem. "Kalau ngundang banyak orang yang lo nggak kenal, nanti lo nggak nyaman, lagi."

Tessa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, langsung duduk di sofa di sebelah Ricis. Troy dan Rex asyik ngegame, duduk di karpet, sudah seperti di rumah sendiri.

Tak lama kemudian Mama Edgar muncul dari tangga. Cantik, bersahaja. Berjilbab syari.

"Tessa, Ma." Edgar langsung memperkenalkan.

Tessa bangkit untuk mencium tangan, Tapi Mama Edgar malah memeluknya. Pakai cipika-cipiki segala.

"Jadi ini toh, cewek yang bikin Edgar bucin?"

Tessa meringis. Edgar sepertinya cukup terbuka ke ibunya. Bahkan beliau sampai update hubungan Edgar dengan teman-temannya.

"Kemarin ribut, ya? Edgar sampai galau abis gitu."

"Biasa, Tante. ABG. Masih labil."

"Iya. Berproses aja. Kalau bisa bawa dampak positif, lanjut. Kalau enggak, ya udah, berteman biasa kan masih bisa."

"Iya, Tante."

"Eh, Tante ini nggak lagi ngomelin kamu lho ya. Nanti salah tangkep lagi."

"Enggak kok, Tante. Tessa ngerti. Malah Tessa setuju banget sama Tante. Sebenernya Tessa juga nggak suka pacar-pacaran. Tapi Kak Edgarnya maksa."

"Eh?" Edgar langsung noleh. "Kita jadiannya pakek nego-nego romantis di Ranu Kumbolo, ya. Nggak ada paksa-paksa!"

Tessa, yang memang cuma bercanda, dan Mama Edgar ketawa, sementara Ricis cuma berdehem-dehem menggoda Edgar.

Tiba-tiba ponsel Tessa bergetar.

"Tessa permisi ngangkat telepon dulu, Tan."

Gadis itu pergi ke teras depan. Edgar sesekali melongokkan kepala agar bisa melihat ke teras, tapi Tessa berdiri membelakangi pintu. Tak lama kemudian gadis itu terlihat menurunkan ponsel dari kupingnya, tapi tidak langsung kembali ke dalam rumah. Dia hanya berdiri diam di sana.

Setelah dirasa sudah cukup lama membiarkan Tessa merenung, Edgar menyusul karena khawatir.

"Ada apa, Tes? Muka lo kayak nggak tenang gitu."

Introvert Hangover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang