#11 Jangan sakit, Tes!

28K 4K 24
                                    


TESSA membuka mata dan sadar dirinya sudah berada di kasur UKS, tempat lukanya dibersihkan oleh salah satu anggota OSIS saat MOS dulu. Aurel dan Kak Ricis duduk di tepi kasur sebelah. Sedang memandangnya dengan khawatir. Yang terakhir diingat Tessa tadi, dia dan Aurel sedang pelajaran olahraga, lari jarak jauh keliling perkampungan di sekitar sekolah.

"Lo belum sarapan, Tes?" tanya Ricis. 

Tadi begitu Edgar tahu pacarnya pingsan saat olahraga, dia langsung dipaksa mengecek ke UKS karena memang anak laki-laki dilarang masuk ke ruang putri.

"Biasanya nggak sarapan juga nggak pa-pa, Kak." Aurel yang menjelaskan.

Tessa bangkit duduk, nyengir. "Tessa begadang semalem. Tadi pas ngitung denyut awal emang kerendahan, sih. Makanya pas lari jadi kerasa kayak lagi terbang."

"Astaga. Bego dipelihara. Udah tahu mau olahraga, malah begadang." Ricis memukul bahunya dengan buku tulis yang ada di nakas. Buku itu sudah ada di sana saat dia masuk. Entah milik siapa. "Emang begadang ngapain, sih? Nonton drakor? Apa main game cacing?"

Tessa tertawa. Dia bukan pencinta keduanya. "Ngerjain orderan. Makin banyak yang order, sayang buat ditolak. Kayaknya Tessa mau ngerekrut orang buat bantuin aja, deh. Mulai kuwalahan.."

Mata Aurel langsung berbinar. "Rekrut gue, Tes!"

"Itu kalian urus ntar lah." Ricis menengahi. "Sekarang keadaan lo gimana? Bisa balik ke kelas? Udah ganti jam pelajaran soalnya."

"Bisa, kok, Kak."

"Makan ini dulu tapi, buat ganjel perut."

Aurel menyerahkan sebungkus onigiri kesukaannya dan satu teh kotak.

Keduanya menunggu Tessa selesai makan.

"Edgar khawatir banget tadi. Gue sampe dipaksa-paksa suruh kesini. Katanya jangan sampe gue balik sebelum lo sadar."

"Bilangin makasih, ya, Kak. Tessa nggak pa-pa, kok."

"Hmm. Jangan bego lagi."

Ricis kemudian meninggalkan kedua juniornya. 

Tessa segera mengenakan sepatu. Dia dan Aurel masih memakai seragam olahraga. Sepertinya mereka baru akan sempat berganti pakaian saat jam istirahat nanti.




¤ ¤ ¤




Pak Didy, guru Matematika, mempersilakan keduanya masuk dan mengikuti pelajaran. Tessa mencoba fokus, mengabaikan keinginannya untuk mengecek HP di tasnya.

Ketika akhirnya Pak Didy undur diri dari kelas, dia melihat sudah ada banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari Edgar.

Segera dikirimnya pesan balasan.


Tessania Prameswari
Aku udah di kelas. Mau ganti
baju dulu. Nanti kususul
ke kantin.


Pesan balasan dari Edgar datang secepat kilat.


Edgar Samapta
Syukurlah.

Edgar Samapta
Gue pesenin lo makan duluan.
Ganti bajunya jangan lama-
lama.

Tessania Prameswari
Iya.


Selesai ganti baju, Tessa segera menuju ke kantin. Kali ini Aurel turut serta karena semua teman mereka sudah ke kantin duluan, dan gadis itu tidak ada teman lain.

Edgar duduk di meja pinggir seperti biasa, langsung menyadari kedatangannya.

Tessa duduk di sebelah pacarnya, Aurel duduk di seberangnya.

Hari ini Kak Ricis tidak ikut ke kantin. Hanya ada Kak Troy dan beberapa cowok lain.

Edgar menempelkan punggung tangannya ke dahi Tessa.

"Tessa nggak demam, Kak."

Aurel terkikik di seberang meja. Menutupi bibirnya dengan telapak tangan.

"Muka lo pucet banget."

"Laper soalnya."

Edgar segera menggeser dua mangkuk rawon yang dipesannya untuk Tessa dan Aurel ke depan kedua cewek itu. Serta masing-masing segelas teh hangat.

"Nanti gue anter ya, pulangnya." Edgar memiringkan posisi duduknya agar bisa memandang pacarnya.

"Kan Kakak nanti ada rakor."

Tessa mulai makan.

"Gue anter lo dulu. Paling cuma lima belas menit PP."

Tessa mesem. Percuma mendebat Edgar. Kalau sudah niat, dia bisa menciptakan berbagai alasan sampai tidak bisa dibantah lagi. Padahal Tessa hanya tidak ingin merepotkan.

"Jangan sakit, Tes. Gue bingung kalau lo sakit. Nggak bisa nolong."

"Tessa nggak sakit. Lagi apes aja. Begadang lanjut lari. Kombinasi yang bego banget sih emang."

"Lo jadi begadang karena gue ajak makan dulu semalem, ya?"

"Makan kan cuma bentar. Tessa juga tetep bakal begadang meski Kakak nggak ngajakin makan."

Edgar menggenggam tangannya di bawah meja. Membiarkan gadis itu menghabiskan makanannya tanpa mengajak bicara lagi. Aurel yang juga sudah kenal dengan Edgar setelah diajak hiking ke Semeru kemarin hanya diam saja di tempat duduknya. Fokus makan.

"Kak Edgar romantis banget, ya. Gila, melting banget gue tuh," cerocos Aurel begitu mereka kembali ke kelas.

Tessa cuma mesem. Edgar memang seperhatian itu, jadi Tessa hanya bisa mengiyakan.

"Kalian beruntung banget bisa ketemu satu sama lain. Kak Edgar baik, pinter. Elo juga, nggak neko-neko, pekerja keras. Emang bener ya kata orang, pasangan kita itu ya cerminan diri kita sendiri. Kalau mau dapet orang baik ya kudu jadi orang baik dulu."

Tessa terkikik geli. "Pasangan-pasangan segala bahasa lo, Rel. Kayak gue sama Kak Edgar udah serius banget aja. Padahal gue punya KTP aja belum."

Aurel meringis. "Gue doain semoga kalian awet deh. Sayang kalau sampai Kak Edgar diambil orang."

"Aminin aja, deh."




Introvert Hangover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang