9. Hujan

874 56 0
                                    

Andre menuruni anak tangga dengan cepat menuju dapur. Ia menuju lemari pendingin, dan mengambil satu susu kotak cokelat. Ia pun segera meminumnya hingga tandas.

"Loh, Den, gak sarapan dulu?"

"Enggak, Bi. Maaf ya udah telat, buru-buru soalnya." Andre berlalu pergi dari dapur menuju motornya, yang sudah siap di halaman rumahnya.

Saat Andre sudah pergi, Fajar--- ayah Andre--- berjalan menuju dapur."Bi, Andre sudah berangkat?"

"Sudah Pak, baru saja. Tapi belum sempat sarapan, hanya minum susu kotak saja."

"Huft, anak itu. Ya udah, Bi, makasih."

Andre mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Karena lima menit lagi, bel masuk akan berbunyi, terlebih sekarang ini adalah hari senin. Dan ia begitu malas untuk berurusan dengan sebuah hukuman.

Tepat saat gerbang baru saja ingin ditutup, Andre segera masuk dengan motornya. Kali ini ia selamat. Ia pun segera melepas helmnya, kemudian turun dari motor dan berlari menuju kelas untuk menyimpan tas.

●●●

Semua murid SMA Garuda saat ini tengah melakukan upacara bendera, yang memang dilakukan setiap hari senin.

Biasanya, jika upacara begini banyak dari siswa/siswi yang mengeluh. Seperti Nadine yang baris di samping Ara. Sejak tadi tak ada hentinya untuk mengoceh. Ara sendiri yang mendengarnya pun jadi pusing.

"Ra, aduh gila, ya, ini tuh panas banget. Bisa kebakar kulit gue kalo kaya gini ...

"Ini tuh kapan selesainya, si? Kasih amanat udah kaya lagi pidato presiden ...

"Ini kalo bikin telor di bawah terik matahari gini, apa gak mateng coba? ...

"Aish, kenapa juga gue ngomongin itu, perut gue, kan, jadi laper. Errgh, rasanya gue pengen pingsan ini, kepanasan gila!" Seperti itu lah keluhan Nadine, yang membuat Ara sendiri menjadi pusing.

"Din, bisa gak lo berhenti ngomel-ngomel? Pusing kepala gue."

Tak lama kemudian, upacara pun usai, dan semua murid dibubarkan.

"Ra, kantin dulu, gue haus."

"Langsung ke kelas aja, deh."

"Ish Ra, gak setia kawan lo. Gue dehidrasi ini sumpah, temenin gue, ayo!"

"Ya udah, deh, ayo!" Kemudian mereka pun bergegas menuju kantin bersama. Ara juga merasa kasihan pada sahabatnya itu, lantaran sudah kehausan ditambah dengan wajahnya yang sudah memerah akibat terbakarnya terik matahari.

●●●

"Ndre, tugas prakarya mau di kerjain kapan?" ujar Tantri, teman satu kelas sekaligus teman satu kelompok Andre dalam tugas prakarya. Yang memang kebetulan terdiri dari dua orang, dipilihnya itu secara acak.

"Nanti di rumah lo, sekalian belanja bahan-bahannya."

"Oke. Nanti tungguin gue dulu kalo gitu, kita pulang bareng."

Bagi Andre, ini hanya sebatas tugas kelompok. Tapi bagi Tantri, ini adalah kesempatan emas. Sejak dulu, Tantri ini telah menyukai seorang Andre. Tapi entah Andrenya yang tak peka, atau memang dia tahu tapi pura-pura tak tahu.

ANDREAS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang