Ara dan Andre memutuskan untuk berangkat sekolah bersama. Sebelum berangkat ke sekolah, Andre tadi sudah bertengger manis di atas motornya tepat di gerbang kosan Ara. Saat Andre ke sana, Ara tengah memakai tali sepatunya. Hal itu mampu membuat Ara terkejut sekaligus senang.
"Nih, Kak." Ara menyerahkan helm yang dipakainya pada Andre, ketika mereka telah sampai di parkiran sekolah. Dan sang empu, langsung menyimpannya di kaca spion motornya.
"Ayo ke kelas!" ajak Ara pada Andre.
"Sebentar." Andre menahan tangan Ara dan menatapnya begitu lekat.
"K-- kenapa?" tanya Ara dengan gugup.
"Helm yang gue kasih, itu khusus buat lo. Mulai sekarang, gue yang akan anter jemput lo." Ara dibuat takjub dengan ucapan Andre. Hal itu mampu membuat jantungnya berdebar dengan kencang.
Ara menyunggingkan senyumnya saat mendapat ucapan seperti itu dari Andre. "Iya, Kak." Seusai perbincangan itu, mereka mulai melangkah meninggalkan area parkir.
Ara tak bisa menyembunyikan senyumnya saat memasuki kelas, dan tepat mendaratkan bokongnya di kursi samping Nadine.
"Ada apa, ni, bahagia banget kayanya?"
"Lo tau, Din. Tadi Andre bilang ke gue, mulai hari ini dan seterusnya, gue bakalan dianter jemput terus sama dia. Apa gak seneng gue, Din, ya ampun." Ara berujar dengan nada yang pelan, namun penuh greget.
"SERIUS?" pekik Nadine dengan tak santainya.
"Din," tegur Ara seraya meringis malu.
"Sorry. Eh, tapi lo serius, kan?" tanya Nadine penasaran seraya meyakinkan dirinya.
"Iya, gue serius, Din. Gue aja gak nyangka kalo dia bakal ngomong kaya gitu. Dan jujur gue bahagia banget, Din, sumpah."
"Iya-iya. Yang lagi jatuh cinta mah beda. Bawaannya bahagia mulu." Ara hanya memerlihatkan giginya yang rapi kala ucapan itu terlontar dari mulut Nadine.
Ara menoleh ke Arah Nadine. Ia melihat sahabatnya yang sibuk dengan ponselnya, yang menampilkan sebuah film di sana.
"Din, soal lo sama Kento ... gimana?" Ara berujar dengan penuh kehati-hatian. Ia juga berbicara dengan pelan, supaya hanya Nadine saja yang mendengar suaranya.
"Gue sama dia baik-baik aja, Ra." Ara berdecak kala mendengar jawaban seperti itu dari Nadine.
"Bukan itu maksud gue, Din. Lo sama Kento, udah official?"
"Gue sama dia cuma temen."
"Friendzone-an ceritanya?"
"Ya, gitu lah."
Ara memicingkan matanya pada Nadine. Kenapa enteng sekali Nadine berbicara seperti itu, terjebak friendzone dan dia malah biasa saja?
"Terus perasaan lo gimana? Lo suka sama dia? Lo mengedepankan pertemanan lo dibandingkan perasaan lo, apa itu gak sakit? Din, gue gak tau apa-apa soal lo. Gue mau lo berbagi cerita sama gue kalo emang lo gak bisa nampung hal itu."
"Ra, lo gak usah cemas kaya gitu soal gue. Gue bukan gak mau cerita apapun soal hubungan gue sama dia ke elo, cuma gue emang gak mau aja bahas hal itu. Jujur, Ra, gue gak mau terlalu berharap sama dia. Karena kalo gue bergantung dan terlalu berharap, yang ada makin sakit. Lebih baik gue memendam perasaan gue dan bersikap seolah biasa aja sama dia. Kita gak usah bahas ini lagi, oke! Gue gak mau momen bahagia lo rusak gara-gara masalah perasaan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Novela JuvenilAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...