Tak terhitung sudah dua bulan Andre dan Ara berpacaran. Semakin hari, mereka semakin tambah romantis. Mereka selalu digadang-gadang menjadi couple goals di sekolah. Selama itu juga, Ara sering mengunjungi rumah Andre. Di sana, mereka sering berkumpul bersama Marcel, Kento, juga Nadine.
Saat ini, mereka tengah berada di kantin. Duduk bersama dalam satu meja.
"Ra, nanti jadi ke rumah aku?"
"Iya, jadi, kok. Aku, kan, mau buat kue sama mama."
Semenjak berpacaran, mereka mengubah sapaan mereka dengan aku dan kamu, bukan lo dan gue lagi. Namun, tidak ada embel-embel sayang atau yang lain. Mereka sepakat, untuk memanggil nama mereka saja seperti biasa. Karena Andre tidak ingin seperti itu, dan beruntung langsung disetujui oleh Ara.
"Tungguin aku dulu berarti, mau latihan basket soalnya."
"Iya, nanti aku tungguin."
"Marcel ke mana, ya? Tumben gak muncul tuh wujudnya," ujar Kento pada mereka.
"Kaya gak tau aja, si. Dia, kan, lagi pendekatan sama Vanya." Nadine menjawab seraya menyuapkan makanan ke mulut Kento.
Vanya adalah ketua di ekskul dance, dan leader dari grup Miss-X. Yang bergabung bersama Ara juga Nadine.
"Iya, si. Tapi kenapa gak gabung aja sama kita? Masa ngejauh gitu."
"Udah, biarin. Mungkin mereka butuh privasi." Kento pun mengangguk atas ucapan Nadine, yang memang benar adanya.
●●●
Marcel dan Vanya sedang berada di taman belakang sekolah. Mereka memang sengaja tidak ke kantin, karena butuh privasi berdua. Kebetulan juga, Vanya membawa bekal untuk di makan bersama dengan Marcel.
"Enak, gak?" tanya Vanya saat makanannya disantap oleh Marcel.
"Selalu enak," jawab Marcel dengan singkat. Mereka pun melahap makanan tersebut dengan khidmat. Vanya sengaja membawa bekal dengan porsi cukup banyak, supaya bisa dinikmati bersama.
Jujur dua bulan ini, Vanya sudah memiliki perasaan dengan Marcel. Tapu ia tahu, jika Marcel masih belum bisa melupakan perempuan itu.
Seusai makan, Vanya segera membereskan tempatnya dan di susun menjadi satu kembali.
"Vanya," panggil Marcel, saat melihat Vanya telah selesai dengan susunan box makannya itu.
"Apa, Cel."
"Maaf."
Vanya mengerutkan dahinya, kenapa tiba-tiba Marcel meminta maaf padanya? "Maaf untuk apa? Emang lo ada salah?" Vanya tersenyum tipis akan ucapan Marcel.
"Iya, gue ada salah sama lo. Gua minta maaf, karena belum bisa mastiin hubungan kita sekarang. Udah dua bulan kita deket, tapi justru gue ngegantungin elo."
"Marcel, liat gue ...," Marcel menatap Vanya dengan lekat. "Lo gak perlu minta maaf sama gue, ini bukan salah lo. Perasaan gak ada yang bisa dipaksa. Kali emang lo belum bisa ngelupain dia, ya itu gak apa-apa, gue terima. Gak usah ngerasa bersalah gitu, Cel."
"Makasih, Nya, makasih. Lo bener-bener cewek baik." Jujur Vanya sakit mendengar perkataan yang keluar dari mulut Marcel. Tapi, ya, bagaimana? Perasaan orang memang tidak bisa dipaksa begitu saja. Jika memang Marcel bukan pria yang terbaik untuk dirinya, ya tidak masalah. Dengan Marcel yang masih terus di sampingnya saja, itu sudah cukup.
"Vanya, kali ini gue bicara serius. Hal ini gue udah pikirin matang-matang. Lo cewek baik yang gue temuin selain Ara, lo juga cewek yang buat gue bangun dari keterpurukan selain Ara. Inget Nya, lo beda dari Ara. Lo ya elo, Ara ya Ara. Mungkin Ara cuma nemenin gua hanya sebentar. Tapi elo, lo selalu ada dan berusaha untuk gue bangkit dan move on dari dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS (End)
Teen FictionAndreas Kenaan. Cowok tampan bermulut pedas, tidak peduli akan lawan bicaranya siapa. Jika memang mereka sudah mengganggu ketenangannya, siap-siap saja mendapat sumpah serapah yang kasar dari mulutnya itu. Punya sorot mata yang tajam, sehingga siswa...